Matahari merangkak pelan di angkasa, meredupkan cahayanya pertanda senja akan segera tiba. Ini saatnya aku menjemput Gea setelah ia sudah selesai melaksanakan ujian hari kedua. Setelah menjemput Gea, aku menyadari bahwa dia mungkin sangat lelah karena sedari pagi tadi sudah berada di kampus, dan bisa jadi ia tidak sempat makan.
Ketika aku sudah bersamanya. Aku mengajaknya untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang.
"Gea, apa kamu sudah makan? Kalau belum lebih baik kita makan dahulu, ya."
"Iya, Dim. Aku belum sempat makan dari pagi."
"Yaudah, kamu mau makan apa?"
"Kita makan di tempat aku sama temanku kemarin makan aja, yuk?"
"Oke, nanti tunjukan aku jalannya, yah?"
"Baik, Dim."
Tempat itu tidak jauh dari kampus 2, dan tempat itu sangat ramai. Kami harus menunggu beberapa saat mengantre untuk memesan makan dan minum di tempat itu.
"Kamu mau pesan apa, Dim?"
"Aku pesan mie aja, tapi jangan pedas, yah. Aku tidak suka pedas. Untuk minumnya aku mau coba lemon Tea itu."
Kalian boleh saja menilai ku lemah karena tidak suka makan-makanan pedas, karena laki-laki yang tidak suka pedas itu, terlihat lemah di mata orang lain. Jadi tidak apa-apa.
Sambil menunggu pesanan, kami mencari kursi dan meja yang kosong untuk kami tempati. Karena tempat yang sangat ramai, kami agak sedikit kesulitan mencarinya. Namun pada akhirnya, kami menemukan satu tempat yang kosong di dekat tembok.
Setelah duduk, kami pun mengobrol sebelum makanan dan minuman kami siap.
"Ohiya, bagaimana hari ini, apakah kamu mendapatkan kesulitan saat mengerjakan ujian itu?"
"Nggak terlalu, sih, Dim. Meskipun sulit, tapi aku masih bisa mengerjakannya."
"Tadi ujian apa emang?"
"Metodologi dan hukum konstitusi, Dim. Aku kesulitan di metodologi nya."
"Tak apa, yang penting sudah berlalu. Tinggal berdoa agar kamu mendapatkan nilai yang bagus."
"Iya, Dim."
Beberapa saat kemudian, pesanan kami pun di antar oleh karyawan di sana. Meski kami memiliki ritual yang berbeda saat sedang berdoa sebelum makan. Tapi kami sama-sama berpegangan tangan, namun tetap berdoa menurut kepercayaan kami masing-masing.
Aku sedikit tidak berkomentar tentang makanan yang aku makan. Hanya saja, lemon tea ini membuatku akan mengingat saat-saat ini.
"Wah, lemon tea ini enak banget, Gea. Aku suka!"
"Benarkah, Dim? Aku juga soalnya suka sama lemon tea di sini."
"Iya, Gea. Aku langsung memikirkan sesuatu. Mungkin di suatu hari nanti, saat kamu telah kembali ke kota asal mu, ini akan menjadi minuman favorit ku, dan ini menjadi tempat yang sering aku kunjungi."
"Semoga kamu tidak lupa akan hal itu, Dim!"
"Iya, Gea. Aku tidak akan lupa. Bahkan, aku akan mengabari mu kalau aku sedang berada di sini!"
Hari pun semakin sore. Setelah kami sudah selesai makan, kami pun bergegas untuk pulang.
***
Jangan pernah bahagia bersama dengan seseorang yang kamu cintai saat sedang hujan. Sebab jika suatu hari nanti kamu kehilangan dirinya, kamu akan tetap melihat wajah dan kenangannya di antara setiap rintik hujan itu. Kamu akan terus melihat bayang-bayang tentang dirinya, terus merangsek masuk ke dalam hati mu, dan terserap di dalamnya; seperti genangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
Romancekisah cinta yang berbeda berlipat ganda. Agama, Suku, Ras, dan Kota. Mungkin memang tak ada yang salah dalam mencintai, akan tetapi, terkadang cinta itu tumbuh di sebuah ruang dan waktu yang salah. Ini adalah sebuah kisah tentang seorang Mahasiswa b...