Apologize

230 15 1
                                    

Yoongi masih termangu menatap layar laptopnya. Semenjak kepulangannya dari Oakland kemarin, dia masih memikirkan bagaimana akan memberi tahu orangtuanya perihal niatnya untuk belajar islam. Yoongi tahu betul ini akan sangat sulit diterima oleh keluarga besarnya, pasalnya dia juga tahu jika Ayahnya adalah salah satu orang yang pernah menolak saat akan didirikannya masjid di daerah Daegu.

Pemikiran Ayahnya masih lebih dominan terpengaruh oleh berita-berita dari media barat. Masyarakat Korea umumnya memang masih sangat awam mengenal agama islam. Stigma buruk yang selalu digiring oleh media barat membuat sebagian masyarakat masih beranggapan jika islam adalah perkumpulan orang-orang dengan ajaran radikal dan agama dengan aturan yang terkesan membatasi para pengikutnya.

Berbeda dengan sang Ayah, Ibunya justru memiliki pemikiran yang lebih luwes dan terbuka. Dia melihat agama islam atau seorang muslim dengan sudut pandang yang berbeda. Ibunya lebih menghormati perbedaan yang ada, dia memberikan ruang pada orang lain supaya sama-sama merasakan kenyamanan dalam beribadah sama seperti yang lain. Disaat-saat Daegu memanas karena konflik perdebatan pembangunan masjid oleh himpunan mahasiswa muslim Asia, justru wanita paruh baya yang memiliki wajah persis seperti Min Yoongi itu memberikan dukungannya. Meskipun sang suami mengambil sikap yang bertolak belakang dengannya, tapi menurutnya tak masalah. Tak jarang Ibunya selalu mengajak diskusi dingin mengenai hal itu dengan sang suami.

Jika mengingat hal itu rasanya akan sangat mustahil jika Ayahnya akan menerima keputusannya untuk belajar agama islam. Ayahnya adalah sosok yang keras dalam bersikap, jika sudah mengatakan itu maka akan tetap menjadi hal demikian. Sekalipun seisi penghuni rumahnya merayu dan meminta keadilan, jika tanpa campur tangan Ibunya maka sikap ayahnya akan terus demikian. Kuncinya adalah sang Ibu, Yoongi mengingat dengan baik hal itu.

Yoongi meraih ponselnya, dia mengirim pesan singkat kepada Yasmin.

To : Yasmin

Annyeong Yasmin-a ...
Mengenai pembicaraan saat di Oakland, bisakah kita bertemu besok malam?

Sejurus kemudian dia mengirim pesan yang sudah dia ketik. Beberapa saat kemudian, Yasmin membalas pesannya itu.

From : Yasmin

Annyeong Yoongi-ssi
Tentu, kita bisa bertemu besok malam.

Yoongi tersenyum membaca pesan balasan dari Yasmin. Sekalipun setelah kecanggungan yang Yoongi buat saat di caffe kakaknya beberapa minggu lalu, tapi Yasmin tetap bersikap dan berbicara baik dengannya, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Hal itu yang membuat seorang Min Yoongi semakin jatuh cinta padanya. Kadang dia berpikir bagaimana supaya semuanya bisa menjadi baik untuk satu sama lain. Selama ini Yoongi juga memikirkan bagaimana caranya memberi tahu kepada Adora, kepada keluarganya mengenai perasaannya kepada Yasmin.

Sebenarnya hal itu membuat Yoongi stress dan frustasi akhir-akhir ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika Adora akan sangat membencinya, setelah bertahun-tahun dekat dengannya tapi pada realitanya bukan dia wanita yang dicintai oleh Yoongi.

Yoongi berpikir mengapa hidup membawanya pada jalan yang penuh dengan duri kebimbangan seperti ini. Tapi saat pemikiran itu melintas dalam benaknya, dia selalu ingat dengan kata-kata Yasmin jika semua yang tergerak dan terhenti didunia ini semuanya sudah diatur oleh Tuhan. Baik atau buruk, bahagia atau sedih, mulus atau tidak jalannya, semuanya pasti punya tujuan dan maksudnya masing-masing. Kata-kata yang Yasmin ucapkan seperti mantra yang menguatkan sekaligus mengarahkan Yoongi dalam menjalani hidup.

Lalu Yoongi kembali mengetik pesan balasan untuk Yasmin.

To : Yasmin

Gumawo Yasmin-a
Besok nanti akan aku kabari kembali.

Yas & Min [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang