⇢ ˗ˏˋ 𝐜𝐨𝐦𝐟𝐨𝐫𝐭 𝐡𝐮𝐦𝐚𝐧 ࿐ྂ
Ada sekitar 40 nomor yang ada di daftar kontak Epiphany, dan sekitar 30 orang dia exclude dari pembagian story whatsappnya, jadi, cuma 10 orang yang bisa lihat status dia dan itu sudah termasuk Wonbin sendiri dan Jaemin. Orang tua dan saudaranya termasuk dalam daftar exclude.
Rencananya dia akan buat status nanti, setelah mereka selesai makan dan pergi dari sini. Jadi, setelah dia dapat foto yang dimau, dia langsung melipir ke wastafel untuk cuci tangan, bersamaan dengan Wonbin yang baru selesai cuci tangan.
Saat papasan, Epiphany menunjukkan cengiran cerahnya pada Wonbin, yang malah dibalas dengan angkatan alis heran oleh si pemuda.
Entah mengapa hari ini Epiphany tampak begitu bahagia, saat mencuci tangan pun dia terlihat terkekeh-kekeh sendiri, aneh.
Kembali ke mejanya, Epiphany lagi-lagi memberikan senyumnya pada Wonbin, pertanyaan pun jadi terlontar begitu saja dari pemuda itu, takut kalau pacarnya itu kesambet setan ketawa.
“Paras-parasnya bahagia banget? Habis dapet jackpot ya?”
Epiphany menyengir kuda. “Habis dapet bonusan hehe.”
“Oh? Bonusan part time?” Epiphany mengangguk-angguk cepat, lucu kalau kata Wonbin.
“Kerja kakak bagus dong?”
“Bagus dooong~ Kalau enggak pasti gak bakalan dikasih izin kerja di situ lagi.”
“Selamat yaaa.. Oh? Gara-gara itu kakak tiba-tiba traktir aku?”
Epiphany terkekeh lagi, kemudian mengibas-ibaskan tangan kanannya. “Udah-udah, makan aja dulu, makan hehe.”
Karena tadi Wonbin baru sampai di Culture Library pukul 4 sore lebih, selesai makan pun langit alun-alun sudah mulai berubah jingga.
Epiphany yang memang ke perpustakaan pakai kendaraan umum pun sekarang pulang pun diantar oleh Wonbin dengan motornya.
Di lampu merah, Wonbin menurunkan sebelah kakinya, rasanya masih buat dia berdebar saat merasakan dua tangan milik Epiphany melingkar di pinggangnya. Kupu-kupu dalam perutnya seolah-olah tak pernah lelah berterbangan jika sudah ada kontak fisik antara dirinya dan Epiphany. Wonbin kalau boleh pingsan juga dia mau pingsan aja.
“Kak, mau langsung pulang?” Tanya Wonbin, melihat ke arah spion, di mana dia bisa melihat Epiphany yang tampak mendongak memandang langit.
“Apa, Bin?” Epiphany menurunkan pandangnya, agak memiringkan kepala untuk memandang Wonbin.
“Pulang, kakak mau langsung pulang aja? Gak mau mampir dulu ke mana gitu?”
“Mampir ke mana??”
“Ke rumahku mau? Hehe.”
Epiphany memukul pundak Wonbin, lalu menegakkan tubuh, melepaskan pelukannya pada pinggang Wonbin. “Lo ngajak kesitu terus ih!”
“Hihi, bercanda kaaak... Tapi yakin ini mau pulang aja?”
“Iya, Wonbiiin, pulang aja.”
“Okee~”
Balik ke 24 Desember kemarin, waktu Epiphany ngajak Wonbin ke Zoo, mereka habisin waktu di sana dari pagi sampai sore.
Seperti musim hujan pada umunya, siang menjelang sore pasti langit sudah kelihatan mendung dan betul aja, sekitar jam tiga sore hujan mulai turun dan buat mereka terjebak di salah satu toko oleh-oleh di sana.
Mereka yang awalnya gak ada niat untuk beli oleh-oleh pun jadi terpaksa lihat-lihat ke dalam toko karena hujannya makin lama bukannya makin reda malah makin deras volumenya.
Di dalam toko itu ada banyak banget aneka barang yang dijual, dari kaos bergambar hewan dan slogan Zoo, boneka, topi, dan perintilan-perintilan lain yang berhubungan sama Zoo.
Epiphany, dia jalan ke satu rak yang isinya bando-bando bentuk telinga hewan. Ada satu yang bentuknya mirip telinga kelinci, dia ambil dan langsung kasih lihat ke Wonbin. “Wonbiiin, ini kaya lo!” Katanya dengan senyum cerah, lalu tanpa izin masang bando tadi ke kepala Wonbin.
“Aaah! Lucuuu! Kita foto! Harus foto!” Entah kenapa dia kedengeran antusias banget, lebih antusias dibandingkan waktu dia tadi ketemu anak singa.
Perempuan itu ngeluarin ponsel dari tas selempang kecilnya, lalu nyalain kamera depan dan ngerangkul lengan Wonbin erat.
Wonbin yang memang pada dasarnya suka sama Epiphany pun jadi membeku. Ini kali pertamanya kontak fisik paling dekat antara dia sama Epiphany, jantung dia udah berdebar gak karuan, semua kupu-kupu di perutnya udah meronta-meronta pengin keluar.
Fotonya diambil, yang senyum di sana cuma Epiphany, sedangkan Wonbin kelihatan noleh ke arah Epiphany, mandang muka perempuan itu dengan mata membulat terkejutnya.
Masih dengan tangan kiri yang merangkul lengan Wonbin, kedua tangannya kini sibuk mengunggah foto tadi ke instagramnya, hanya story, ke close circelnya saja, dengan caption yang berbunyi; ke zoo mau lihat singa, eh pulang-pulang dapet kelinci 🐰 lucu gak? wkwk.
“Bin, nanti kita mampir makan dulu ya? Gue laper.” Ucapnya begitu mematikan ponsel.
Wonbin, masih di posisi yang sama, masih membatu, namun masih tahu caranya bernapas. “Hm?” Bingungnya.
“Nantii, kalau udah reda hujannya, pas pulang kita mampir ke tempat makan dulu, laper.”
“O-oh, ok..”
Tanggal 25, pagi hari, Wonbin baru sempat buka ponsel, dan baru hari itu juga dia lihat story di lingkar hijau Epiphany.
Baca captionnya, Wonbin jelas jadi salah tingkah dong, dia jadi baper. Emang boleh HTS tapi selucu ini? Kalau kata Wonbin sih gak boleh.
Jadi Wonbin screenshot story Epiphany tadi, dan dia kirim ke Epiphany, tapi cuma bisa sekali lihat.
WONBIN:
aku baru lihatEPIPHANY:
lantas?WONBIN:
kak fani gak boleh gituEPIPHANY:
gitu gimana?WONBIN:
ya gitu, bikin orang mikir
aneh-anehEPIPHANY:
lo mau pacaran sama gue gak?WONBIN:
apasih kak? gak lucuEPIPHANY:
gue seriusWONBIN:
masih pagi ini kakEPIPHANY:
gue juga tau sekarang masih pagi
ini gue aja mau nyuci bajuEPIPHANY:
mau apa enggak?
gue kasih waktu setahun buat jawabWONBIN:
emang kakak udah gak trauma?EPIPHANY:
kayanya gue nyaman kalau
sama lo deh, bin
KAMU SEDANG MEMBACA
comfort human - park wonbin ✔
ФанфикEpiphany kira dia cuma akan dijadiin emotional support animal jadi-jadian aja, eh yang minta jadi nyaman beneran sama dia. semuanya fiksi yaaa