11. Lulus

637 58 16
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم صل على سيدنامحمد،وعلى ال سيدنامحمد

Assalamualaikum Wr Wb
Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah swt, Aminnnn

Selamat datang teman-teman ini cerita pertamaku, semoga kalian suka sama cerita ini, dan buat aku, itu hal yang paling bahagia jika kalian mau membaca ceritaku yang masih belum sempurna ini🙏🙏.

Semoga kalian bisa semangatin aku terus buat nulis yaaa😊

Buat yang mau baca terima kasih yaaa😊😇

{YUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA}

Jangan lupa mampir juga
Ig;intnnrainy07
Tiktok;authorpermata7704


1 tahun kemudian...

Hari ini adalah hari kelulusannya, sudah satu tahun ia menghindar dari Gus Zhafi, Zahra menyibukkan dirinya dengan hafalan dan pelajarannya, ia sudah tidak mengingat lagi tentang Gus Zhafi, ia sudah membuang sangat jauh perasaannya. Namun, siapa sangka selama satu tahun ia tidak bertegur sapa dengan Gus Zhafi, dan hari ini ia di pertemukan kembali, tepat saat Zahra dan Ayna hendak pergi ke asramanya, Zhafi lebih dulu memberhentikan langkah mereka. Zahra merasa canggung dengan Gus Zhafi, karena setahun ke belakang ia memilih menghindar darinya.

"Assalamualaikum." ucap Zhafi

"Waalaikumsalam gus." mereka pun menjawabnya

"Zahra, saya memilih kamu untuk menjadi qiro' saat acara perpisahan nanti."

Deg... Jantung Zahra berdegup sangat kencang saat gus Zhafi memanggil namanya.

"Maaf tap__

"Saya tidak butuh penolakan, nanti kamu tanya sama ustadzah Dena, saya permisi dulu. Assalamualaikum." Setelah mengucapkan itu, Zhafi pun pergi,dan mereka berdua menjawab salamnya, Zahra menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Na aku ga bisa..." lirihnya

"Kamu pasti bisa ra, kamu harus yakin, nanti aku temenin ke Ustadzah Dena ya." ucap Ayna sambil mengelus punggung Zahra, ia tau Zahra belum pernah seperti ini sebelumnya, tapi ia harus bisa meyakinkannya.

"Makasih na." lalu mereka berdua pun kembali berjalan menuju asramanya.

Nyai Zainab berjalan menuju kamar putanya dengan membawa segelas kopi di tangannya, ia pun mengucakan salam dan Zhafi membukakan pintu untuk Uminya, Nyai Zainab menaruh kopi itu di atas nakas, sedangkan Zhafi kembali menaruh kitab yang di pegangnya pada rak buku yang berada di kamarnya. Nyai Zainab duduk di sofa lalu menepuk supaya Zhafi duduk di sampingnya, Zhafi pun menurut saja.

"Kamu sudah dewasa, jika kamu menyukainya kamu datangi orang tuanya, bukan diam-diam memperhatikannya dari jauh. Perempuan itu butuh kepastian nak." ucap Nyai Zainab sambil mengelus punggung Zhafi, Zhafi tertegun dengan ucapan Uminya, bagaimana Uminya bisa tau bahwa dirinya selama ini telah memperhatikan seseorang secara diam-diam.

"Maksud Umi?" tanya Zhafi, ia pura-pura tidak tahu dengan perkataan Nyai Zainab.

"Umi tahu nak, bahkan tanpa kamu bercerita pun, Umi sudah tahu. Kamu anak Umi, Umi sudah sangat hafal dengan sikap kamu, pesan Umi lebih cepat lebih baik, karena Umi perhatikan ada seseorang yang juga menyukai dia."

Gus ZhafiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang