BAB 3 : LUKA DI HARI ISTIMEWA

111 27 6
                                    

Happy Reading!

🍃🍃🍃🍃🍃

20 Februari 2023
Pukul : 00.00

Cahaya menerangi seisi kamar Aluna, alunan irama musik berjalan dan lembut masuk kedalam telinga pendengarnya. Irama itu diiringi suara nyanyian Aluna dengan amat lembut dan pelan.

"Happy birthday to me, happy birthday, happy birthday, happy birthday to me." Aluna meniup api yang menyala di lilin yang berbentuk angka 16.

Tepat pada hari ini Aluna berumur 16 tahun dan dirinya sendiri lah yang merayakannya, karena tidak ada yang mengingat hari bahagianya Aluna.

"Semoga Aluna bisa merayakan ulang tahun bersama keluarga besar Aluna," harap Aluna.

Aluna memotong kue yang telah dia siapkan terlebih dahulu. Aluna sangat suka dengan kue bahkan dia juga suka dengan cokelat.

●●●☆●●●

"Happy birthday anak Mama dan Papa tersayang," suara samar-samar terdengar di telinga Aluna.

Aluna mulai sedikit membuka matanya secara perlahan walaupun kondisinya masih setengah sadar, dia bangun dan beranjak ke depan pintu untuk mengintip suara itu.

"Anak Mama dan Papa sudah besar ya ternyata," suara itu semakin jelas terdengar.

Dia membuka pintunya sedikit sampai ada celah kecil untuk mengintip ke arah luar, dan ternyata suara itu berasal dari Helena dan juga Elga yang memberi kejutan untuk Alula.

"Ternyata suara itu berasal dari Mama dan Papa, lagipula tidak mungkin mereka ingat hari ulang tahunku," ujar Aluna pelan.

Dia pun menutup pintu itu perlahan dan pergi ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

●●●☆●●●

Aluna turun ke lantai bawah untuk mulai membersihkan rumah serta menyiapkan sarapan untuk keluarganya walaupun itu adalah hari istimewanya.

"Aluna kenapa baru bangun sekarang," bentak Elga membuat Aluna menghentikan langkahnya.

"Maaf Pa," rintih Aluna menundukkan kepalanya.

"Jangan panggil saya dengan sebutan 'Pa', panggil saya dengan sebutan Tuan,... paham?" Bentak Elga sekali lagi membuat Aluna mundur satu langkah.

"I-iya T-tu-uan, permisi." Aluna pergi meninggalkan Elga dan langsung menuju dapur.

Di dapur Aluna mulai membersihkan dan memasak sajian untuk sarapan hari ini dengan mulut yang terbata-bata serta jemarinya yang bergetaran. Suaranya terisak-isak, rasa sesak di dada menyelimutinya.

"K-kenapa harus Aluna, Tuhan?" Tanya Aluna terbata-bata.

"Sakit,.... tapi Aluna ga punya rumah untuk bersandar," rintih Aluna memegang dadanya yang sesak.

Dia pun melanjutkan pekerjaannya sembari memasak dan langsung menyajikannya di meja makan.

●●●☆●●●

"P-pa,  makanan sudah siap dan sudah Aluna sajikan," ujar Aluna ketakutan.

"Tuan, bukan 'Pa' kamu masih belum mengerti juga ya. Sudah pergi kamu saya muak melihat wajah kamu dihadapan saya," bentak Elga seraya mengusir Aluna.

Aluna pun berlari kebelakang dan tanpa aba-aba air matanya jatuh menyelimuti wajahnya.

"Kenapa harus aku yang dibenci disini?"
"Kenapa?" Ucap Aluna histeris.

●●●☆●●●

"Happy birthday Alula," pinta Arkana sambil mengelus puncak kepala adiknya itu.

Mereka merayakan ulang tahun Alula dengan meriah dan bahagia namun tanpa adanya kehadiran Aluna.

Aluna melihat dari jauh dan merasa sesak melihatnya, air mata kembali jatuh menyelimuti pipinya. Aluna pergi ke kamarnya agar tidak melihat acara itu.

"Sakit Tuhan," rintihnya menatap ke arah luar jendela. Dan dia mulai menutup matanya membayangkan dia ada di posisi Alula saat itu. Dia pun tertidur akibat terlalu lelah menangis.

●●●☆●●●

Alhamdulillah telah membaca sampai habis.
Terimakasih karena telah membaca cerita saya.
Tunggu kelanjutan dari kisah Aluna dan keluarganya.

Jangan lupa vote untuk lanjut ya, terimakasih.

Spam 'Aluna' untuk lanjut.

See youu🤍









1000/1 | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang