Bab 20 : Ada yang Pergi?

56 5 3
                                    

Haloo paraa readersnyaaa seaa, ada yang kangenn ga sama keseruan Aluna??

Ayoo di vote duluu, dan, di komen juga, yaa.
Jangan jadi silent readers, yaa.

(((o(*゚∀゚*)o)))

~Happy Reading~

Hiruk piruk menyapa ruang kesehatan sel, semua tahanan sel 132 bermalam disana akibat tragedi kemarin malam. Aluna yang masih terbaring di brankar dengan kondisi yang jauh lebih baik dibanding kemarin, ada Laskar yang selalu menjaga dan memerhatikan setiap langkah yang Aluna ambil.

Mengapa?

Entahlah, hanya Laskar saja yang mengetahui itu.

Indira yang merasa tidak nyaman karena harus tidur di lantai yang dialasi karpet, Gishara yang begitu berisik akibat merasa jijik dengan kamar mandinya. Anasera yang masih tertidur pulas bersamaan dengan Zevira.

Amira? Dia sudah bangun dari tadi dan duduk di sebelah ranjang Aluna, memerhatikan wajah dan sekujur tubuh Aluna yang dipenuhi bekas luka dan lebam yang membiru. Rasa iba terus menusuk dalam hati Amira di kala melihat Aluna.

"Aluna, Amira harap Aluna akan segera menemukan bahagia itu. Amira ga kuat lihat Aluna yang begitu hancur, dan, untuk sisi Aruna itu, jangan hampiri dan hinggap di tubuh Aluna berhati malaikat ini lagi, ya?"

Bulir-bulir bening perlahan turun dan membasahi wajah Amira, menatap Aluna dengan rasa sakit yang begitu besar.

"Lo nangis, Ra?" tiba-tiba dari arah belakang ada yang memegangi pundak Amira yang bergetar menahan tangis agar tidak pecah.

"Engga, Amira ga nangis, Ser. Amira hanya kelilipan saja." Dia tersenyum menatap lawan bicaranya itu, Anasera hanya terlihat mengernyitkan dahinya saja.

Anasera pergi dari hadapan Amira, Amira yang langsung menghapus air matanya agar tidak ketahuan tahanan lain.

"IH, NAJISS GUEE!!" jerit Gishara yang terdengar dari dalam kamar mandi. "Huekk, mau muntah, bau banget nih kamar mandi."

Indira terlihat gerasah-gerusuh, ke kanan dan ke kiri untuk mendapatkan posisi ternyaman itu. "Ih, kesel gue. Ga nyaman banget sih tiduran disini, pengen balik ke ranjang sel aja."

"Kamu cantik Aluna, selalu cantik. Aku harap cantik kamu itu selalu hinggap persis seperti hatimu yang begitu lembut."

Aluna terbangun dari tidurnya, dia beranjak menuju Indira tidur sembari membawakan selimut dan bantal.

"Ini Indira, alaskan karpet ini dengan selimut dan tidur dengan bantal ini." Aluna tersenyum sembari menyodorkan bantal dan selimut itu.

"Ya, thank you, Aluna." Indira mengerjapkan matanya dan langsung menerima pemberian Aluna.

Aluna pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu kembali bergabung bersama Amira di balkon.

"Amira," panggil Aluna perlahan.

"Eh, kamu, Aluna. Kok disini? Kondisi kamu gimana? Udah baikan? Udah enakan?" begitu berisiknya Amira mengenai kondisi Aluna, Aluna terkekeh dan mengulas senyum manisnya. "Aluna selalu baik, Amira. Kapan Aluna terluka? Tidak pernah, kan?"

1000/1 | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang