"Jika bumi berputar pada porosnya selama 24 jam, maka Aluna harus bisa menjaga diri Aluna sendiri tanpa ada campur tangan orang lain selamanya."
-L-
ヽ(^o^;)ノ
🕊HAPPY READING🕊
Pagi ini langit terlihat mendung, langit seakan tahu apa isi dan suasana hati Aluna saat ini. Aluna diam mematung di tengah pusaran tanah sembari memegangi batu nisan yang namanya tertulis disana; Amira Steyra Syuria.
Begitu ramai yang menghadiri pemakaman Amira. Amira di makamkan dekat dengan makam kedua orangtuanya, Aluna menatap penuh dengan rasa sesak dalam hatinya pada nisan itu. Pandangannya begitu kosong, hatinya begitu runtuh dan hancur, dunianya seakan direnggut.
Damar—Abang Amira, turut menghadiri pemakaman adik satu-satunya itu. Terlihat juga ada seorang gadis muda yang hadir dengan pakaian berwarna putih seperti menyerupai seorang dokter. Gadis itu terlihat sangat kehilangan, dia menunduk dan menaburi bunga di atas makamnya itu.
Zevira, Gishara, Indira, dan Anasera pergi meninggalkan Aluna bersama Laskar dan seorang gadis muda itu. Mereka berempat ikut kehilangan Amira, namun, terlihat acuh dan tak peduli.
Laskar menatap Aluna yang terus memeluk nisan Amira, Laskar menunduk dan tertanam rasa iba dalam benaknya melihat Aluna seperti itu.
"Luna, sakit sekali hati ini melihatmu seperti itu. Kamu begitu kehilangan, kamu terus menderita, Lun. Sampaikan rasa sakitmu padaku, Aluna."
Laskar mendekat kearah Aluna, lalu meraba bahu Aluna dengan lembut dan halus. Aluna tidak menoleh dan menggubris Laskar.
"Aluna, aku permisi ke mobil duluan, ya?" Aluna mengangguk kecil menandakan iya. Laskar pergi dan menjauh dari posisi Aluna berada.
Aluna terus mematung, hingga gadis di depannya memulai pembicaraan. Gadis itu menghentikan gerakannya yang menaburi makam Amira dengan bunga, lalu mengembuskan napasnya panjang, menatap Aluna yang begitu hancur. "Kamu Aluna, kan?"
Aluna mendongak dan menatap gadis itu dengan tatapan sendu,"Iya, saya Aluna."
"Saya Lengkara Askya Regrava, panggil saja saya, Kara." Lengkara mengulurkan tangannya untuk mengajak Aluna berjabat tangan. Aluna membalas uluran tangan itu.
"Kak Kara, kakak siapanya Amira?" tanya Aluna. Lengkara terseyum.
Lengkara mengeluarkan telepon genggam dari dalam sakunya itu. "Kamu lihat poto ini, kan? Ini saya dan ini Amira." Aluna mengangguk paham.
"Saya dokter yang merawat Amira, Aluna. Dia selama ini begitu sakit, dia bukan hanya sakit di batin, Lun. Dia juga sakit dalam fisiknya, dia sakit keras," ujarnya dengan bibir yang bergetar menahan tangis agar tak keluar.
"Amira sakit apa, kak? Sudah berapa lama dia sakit?" mulut Aluna ikut bergetar menahan ribuan bulir-bulir air mata, dia begitu terkejut mendengar kebenaran tentang sahabatnya.
"Amira mengidap kanker otak, sudah stadium 3. Sebelum masuk penjara, dia sudah sakit, Lun." Aluna semakin hancur, dia sudah tak kuasa menahan benteng air matanya. Air matanya pecah begitu saja.
"Amira juga banyak cerita tentang kamu, tentang hidup kamu yang juga sama sakitnya. Kalian sama-sama sakit, tapi, tak berkicau kemana-mana untuk mengatakan bahwa kalian sakit. Kalian gadis yang kuat—"
KAMU SEDANG MEMBACA
1000/1 | END
Teen Fiction[ DILARANG KERAS PLAGIAT⚠️ ] SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW! JANGAN LUPA BERI VOTE DAN KOMEN! ------------- ------------- ------------- --------- Aluna Esha Gabriella, anak perempuan pertama keluarga Januarta. Gadis baik hati dan berha...