BAB 17 : Aluna Juga Sakit!

50 11 1
                                    

Happy Reading

Malam hari di sel 132 sangat berbeda dari hari-hari biasanya. Kini suasananya hening dan udaranya sangat sejuk. Aluna, Amira dan Zevira sedang bersantai di ranjang Aluna. Sedangkan Indira menyendiri dengan menatap Aluna sinis. Rasa sakit akibat cekikan Aluna kemarin masih membekas.

Indira bangkit dari ranjangnya lalu menyeret Aluna hingga kepalanya terbentur oleh dinding.

"Indira!" jerit Amira.

"Gue suka. Aluna harus mati," bisik Gishara.

"Indira, kamu mau apa?" tanya Aluna sembari memegangi kepalanya yang terbentur.

"Aku hanya ingin kamu mati, Aluna. Aku benci kamu, dan, sisi kamu yang satunya masih melekat di diri kamu ternyata." Indira menarik rambut Aluna sekuat mungkin.

'Sisi apa? Sebenarnya dia itu siapa?'  batin Aluna.

"Kamu masih belum mengerti ternyata, Aluna. Gishara, minta cutter gue di bawah bantal gue," ketus Indira.

"Ck,... nih cutter kesayangan lo," ujar Gishara sembari memutarkan bola matanya malas.

"Come on, ladies. Don't worry." Indira mulai menggoreskan cutternya ke tangan dan wajah Aluna hingga dia merintih kesakitan, lalu mendorongnya hingga Aluna tersungkur.

"Sakit, Indira!" jerit Aluna.

"Lo lupa? Lo juga ngelakuin ini ke gue sebelas tahun yang lalu, sialan," umpat Indira.

"Sebelas tahun yang lalu? Kamu? Salah satu teman Karmila!" pekik Aluna.

"Good job, you right. Ini gue, Aluna." Indira terus memainkan cutternya.

"Memang apa yang Aluna lakukan ke kamu?" Aluna mengernyitkan dahinya.

"Shit! Ga usah pura-pura gatau, BANGSAT!?" napasnya memburu, dia berdecak kesal, dia menodongkan cutternya ke arah Aluna. "Lo pilih mana, mati atau jadi babu gue?"

"Eh! Jangan kurang ajar kamu ya!" jerit Amira.

"Gausah sok jadi pahlawan. Lo lemah, Ra. Lo akan kalah di tangan kami." Gishara memegangi tangan Amira dengan kuat.

"Indira, kenapa Indira jahat sama Aluna? Apa alasannya, Indira?"

"LO GAPERNAH TAU HIDUP GUE, ALUNA! GUE SELALU DIBANDING-BANDINGI BOKAP DAN NYOKAP GUE SAMA LO! WALAUPUN MEREKA PUNYA DENDAM SAMA BOKAP LO, KENAPA HARUS LO SIH?" napasnya memburu, dia menelan salivanya. "GUE SAKIT, NA! GUE CAPEK HARUS KAYAK LO!"

Aluna tersenyum getir ke arah Indira, dia memegangi bahu Indira. "Aluna juga sakit, Indira. Bahkan, lebih sakit. Aluna ga pernah dianggap ada di keluarga itu, bahkan Aluna ga pernah di apresiasi, Aluna ga pernah dapat kasih sayang, ga pernah dapat peran kedua orangtua. Bahkan, disaat Aluna mulai mendapatkan peran dari seorang Ibu itu, dia malah meninggalkan Aluna disini." Cairan bening mulai memenuhi ujung pelupuk matanya. "Aluna dituduh berbuat yang Aluna sendiri ga lakukan. Aluna juga capek seperti ini, tapi, takdir Aluna tertulis seperti ini dan Aluna berharap akan menemukan bahagia itu." Indira terduduk lemas dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.

"Indira? Lo kenapa sih? Jangan terhasut omongan dia, Indira!" Gishara mengompori Indira untuk semakin benci pada Aluna.

Aluna terduduk pada ranjangnya, matanya terlihat teduh, dia menatap dinding dengan raut wajah datar.

1000/1 | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang