Gadis Kacamata #7

8 6 0
                                    

Saat aku menoleh ke kiri ternyata dari tadi kak Rizki sudah mendengarkan pembicaraan kami berdua di kantin.
          "Apa ini Reza ingin mengakhiri persahabatan denganku hanya karena dia ada rasa tidak enak hati saat melihat aku dengan kak Rizki?" bergumam dalam hatiku.
Aku pun menoleh kembali melihat wajah Reza yang tertunduk sambil menyerup jus didepannya, lalu dia membuka handphonenya sambil scrolling instagramnya sedangkan aku mengalihkan pandangan darinya ke jam tanganku bahwa jam istirahat sebentar lagi berakhir.
"Rez ayo ke kelas lagi kita, sebentar lagi masuk," pintaku.
Ia pun menyudahi minumannya yang dipesan tadi lalu kita beranjak dari kursi sambil ia memasukkan handphonenya ke dalam kantong celana. Sedangkan kak Rizki curi-curi pandang melihat gerak-gerik kami beranjak dari kursi karena jam istirahat sudah mau selesai, ditengah kami menuju ke kelas masih ada saja segerombolan laki-laki berdiri ditiang depan kelas mereka yang menyoraki aku padahal di sebelahku ada Reza namun mereka masih membully aku.
         "Awas, awas, minggir guys ada nenek kacamata mau lewat gandeng cucunya," salah satu dari mereka.
         "Eiittss, bukan cucu guys yang digandeng nenek kacamata itu pangerannya," sambung Tasya yang salah satu ketua dari mereka yang membully aku.
Mereka pun tertawa keras...
        "Nenek kacamata sama pangeran, hahahahahaha."
        "Tapi guys pangerannya bukan dari istana," kata Tasya.
         "Jadi darimana Tasya?"
         "Dari empang."
Mereka pun semua semakin tertawa keras, tetapi si Reza mengabaikan ejekan tersebut namun dia merangkul aku dan kami berjalan dengan cepat menuju ke kelas. Hampir masuk kelas tiba-tiba...
          "Gadis! Kamu tidak apa?" Reza panik.
Aku terjatuh karena kesakitan kepalaku terkena ember lalu didalam ember tersebut berisikan tepung dari atas ventilasi pintu sedangkan Reza hanya terimbas tepung saja.
          "Siapa yang menaruhkan ember tepung itu diatas ventilasi pintu kelas? Salah apa si Gadis sampai keterlaluan kalian dengannya?"
          "Bukan kita Rez, tapi si Tasya yang menaruhkannya itu."
Tasya pun datang hampir menginjak kacamataku.
          "Upss, nenek kacamata jatuh. Sakit ya nek boleh aku bantu tidak?"
Ia malah meledek diriku dan aku pun pelan-pelan bangkit dan bertanya ke dirinya.
          "Tasya, salah aku ke kamu apa? Begitu tega kamu letakkan ember tepung diatas ventilasi pintu kelas."
           "EGP, bodo amat. Biar nenek kacamata pindah dari sekolah ini."
           "Apa hak Lo meminta Gadis pindah dari sekolah ini?" Tanya Reza.
           "Biar dia tidak betah di sekolah elit ini dengan banyak bullyan ke dirinya, kan gue anak kepala sekolah tinggal bilang saja di rumah sama bokap gue keluarkan si Gadis Putri Sri Nirmala," sambil mengibas rambutnya Tasya.
            "Lo baru anak kepala sekolah saja sudah sombong, gimana Lo anak menteri pendidikan semakin seenaknya Lo membully orang," sambung Reza.
            "Sekarang ini gue bisa laporkan ke guru Bp dan yang ada Lo yang dikeluarkan langsung sama bapak Lo," tambah Reza.
            "Bodo amat, tidak akan mungkin terjadi."
Tasya pun mendorong bahunya aku hingga membuat Reza ingin menampar rasanya tetapi semakin melebar kasusnya nanti, tidak lama Tasya meninggalkan mereka menuju ke kelasnya sebelah dan aku mengambil baju ganti dalam tas lalu pergi ke toilet. Ditengah aku berlari kecil ke toilet dan aku menangis tanpa suara lalu guru biologi kelas aku siang ini melangkah menuju ke kelas seiringan dengan lawan arah karena aku ke toilet sedangkan guru matematika ke kelasku. Tiba di dalam toilet sepuasnya aku menangis.
           "Salah apa aku? Kenapa orang bisa sejahat itu sama aku?"
Selesai aku mengganti baju, lalu aku pun keluar dari toilet buru-buru ke kelas karena siang ini jam pelajaran biologi tiba-tiba berpapasan dengan kak Rizki.
           "Maaf kak, aku mau ke kelas dulu."
Aku sambil berlari kecil sembari memohon ke kak Rizki sebagai kode karena tidak sengaja berpapasan barusan.
           "Iya tidak apa, hati-hati."

Gadis Kacamata (On GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang