Aku pun menatap matanya lalu pikiranku berantakan karena aku sulit memilih untuk pulang diantarin kak Rizki atau dengan sepeda saja bersama Reza.
"Ya sudah Dis kalau kamu mau pulang sama dia, aku dengan sepeda saja," Reza langsung keluar dari tempat boutiquenya tanpa basa-basi lalu secara isyarat dia meminta untuk bukakan bagasi mobilnya.
"Rez, Rez, Reza ... tunggu sebentar," aku mengejarnya sampai keluar dari tempat boutiquenya.
Dia pun menoleh kearah aku.
"Apa Dis? Kamu mau pulang bareng aku?"
Mataku tertuju ke bawah lalu aku menggenggam tangannya.
"Hm ... aku mau ikut, kita kan sahabat Rez dari dulu jadi apapun itu kita harus sama - sama ya?" Mataku tulus melihat matanya.
Sementara itu kak Rizki hanya terdiam seribu bahasa menyaksikan aku menggenggam tangannya Reza sebagai sahabat kecil aku, namun di hatinya ada rasa cemburu melihat aku dengan Reza.
"Kamu masih mau kan sama - sama dengan aku Rez?"
Reza pun melirik kearah kak Rizki yang hanya terdiam saja melihat kami, seakan di hatinya sangat menginginkan kak Rizki pulang bersama denganku.
"Aku tetap jadi sahabat kamu kok Dis, aku tidak kemana - mana kok. Cuman kak Rizki mau pulang bareng sama kamu jadi ya sudah aku naik sepeda saja, kan ada Dara juga yang temani kamu di mobil."
Aku pun menoleh kearah kak Rizki dan Dara yang sudah menyaksikan kami tadi, lalu aku menoleh kembali ke Reza.
"Hm ... ya sudah, kamu hati - hati ya."
"Iya ..." Reza pun mengangguk pelan sambil berikan senyumannya yang membuat aku tenang.
"Kak Rizki tolong bukakan bagasinya."
"Lo yakin Rez? Tidak pulang bareng dengan kita saja?" Pinta kak Rizki.
"Tidak apa kak, santai saja," sambil mengambil sepedanya dari bagasi mobil.
"Hati - hati ya, aku duluan."
Reza pun mengayuh sepedanya meninggalkan kami bertiga terlebih dahulu, sedangkan aku hanya terdiam bertanya - tanya namun sulit untuk menanyakan hal yang aku pikirkan.
"Sudah ayo kita pulang lagi, sudah terlalu sore juga ini." Pinta kak Rizki.
Aku pun mengangguk lalu dirangkul sama Dara dan aku masih tetap duduk didepan samping kak Rizki sedangkan Dara duduk dibelakangku, kami antarkan Dara dulu ke rumahnya karena rumah kami dengannya berbeda arah, setelah kami antarkan Dara ke rumah, kak Rizki bertanya - tanya ini tiba - tiba.
"Dis, sudah berapa lama kalian bersahabatan?"
"Hm ... Alhamdulillah sudah 9 tahun kurang lebih kak, kenapa tuh kak?"
"9 tahun? Lama juga ya."
"Ya kurang lebih lah kak segitu, kenapa tiba - tiba nanya itu kak?"
Ia pun jadi bingung ingin menjawab apa setelah aku bertanya balik.
"Hm ... enggak cuman pengen nanya saja, sepertinya Reza dari aku lihat wajahnya tadi kayak tidak anggap kamu sebagai sahabat lagi."
Aku pun terkejut mendengar pernyataan dari kak Rizki barusan.
"Maksudnya gimana kak?"
"Iya kan kalian sudah 9 tahun sahabatan lawan jenis, tentu ada benih - benih perasaan diantara kalian, kamu merasakan gak sih hal itu?"
Aku bingung menjawabnya apa.
"Sampai detik ini enggak sih kak karena masih anggap dia sahabat aku dulu, cuman sekarang ini aku sedikit bertanya - tanya saja dengan sikapnya yang berbeda 9 tahun yang lalu."
"Tapi kamu suka sekarang sama Reza?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kacamata (On GOING)
Teen FictionSeorang gadis manis dan kecil sudah berkacamata sejak dini membuat dirinya tidak percaya diri dengan penampilan barunya karena sering mendapatkan ejekan dari teman-teman kecilnya terutama para laki-laki. Sehingga membuat dirinya merasa kurang canti...