Tatapannya semakin dalam seakan dia meyakinkan diriku lagi bahwa aku pasti bisa melewati ini semua, tetapi dari mataku seperti tidak ada harapan lagi namun dia terus meyakinkanku dari tatapan matanya yang membuat aku merasa sedikit tenang dan aman. Tidak lama kemudian bel istirahat pertama pun berbunyi dan mereka pun ternyata tidak sadar telah menghabiskan jam matematika pagi tadi karena masalah bully yang bertubi-tubi kepada Gadis.
"Sudah ya, ayo kita istirahat lagi," ujar Reza.
Akhirnya aku pun perlahan-lahan menarik nafas dengan pelan lalu membuangnya dan perlahan mengangguk tanpa suara sebagai tanda aku menerima ajakannya tersebut. Lalu mereka pun turun dari rooftop dengan wajahku yang benar-benar ketakutan dengan keramaian siswa-siswi saat jam istirahat namun tangannya Reza tidak melepaskan rangkulannya dari bahuku supaya perlahan dengan rangkulannya mengurangi sedikit ketakutanku padahal semakin takut aku.
"Sudah Gadis, ada aku disampingmu."
Sepanjang menuju ke kelas, aku hanya menunduk kepala saja sambil dirangkulnya dengan erat agar aku merasa sedikit mereda ketakutan tersebut. Sesampai di dalam kelas, aku hanya duduk diam dengan menunduk kepalaku dari tadi sedangkan Reza setengah jongkok dibawahku sambil berkata dengan lembut.
"Kamu duduk di kelas saja ya, biar aku belikan kamu makanan ke kantin."
"Aku mau minum saja Rez."
Reza pun mengangguk pelan menerima permintaannya karena dia tahu aku sekarang ini butuh ketenangan dan butuh perlindungan.
"Ya sudah, aku ke kantin dulu ya nanti keburu masuk. Kamu duduk di kelas saja."
Seiring Reza berjalan ke kantin, salah satu dari teman-teman kelasnya selain Reza yaitu si Dara mencoba menghampiriku sedangkan aku ketakutan ia akan melakukan hal yang sama seperti teman-temannya yang lain, ketika ia memegang bahuku dengan pelan seketika aku reflek menarik bahuku dari tangannya.
"Gadis it's okay aku tidak apa-apain kamu kok, aku pengen di samping kamu saja."
Walaupun begitu, aku masih menunduk kepala sambil menahan ketakutan akan tetapi Dara memelukku tiba-tiba.
"Mulai hari ini aku jadi sahabat kamu ya," tutur Dara.
Seketika aku meneteskan setitik air mata di pundaknya.
"Tidak usahlah Dara, aku takut kamu nanti jadi beban temaniku dari mereka."
Dara pun melepaskan pelukannya.
"Gadis, aku mengerti bagaimana perasaan kamu dan aku mau kok jadi sahabat kamu sama sekali tidak jadi beban buat aku."
"Tapi Dara?"
"Sudah .... sekarang kamu ada dua sahabat yang selalu ada disamping kamu," sambil Dara menggenggam jemariku.
Seketika Reza pun datang dari kantin membawa satu bungkus minuman untuk aku disaat Dara menggenggam jemariku.
"Gadis ini minumannya, kamu minum dulu ya biar tenang," ujar Reza.
"Iya Dis kamu minum dulu, sudah dibawa sama Reza."
Akhirnya aku pun mengambil minuman dari yang dibawakan oleh Reza dari kantin barusan tadi, hampir setengah cup minuman tersebut aku menghabiskan airnya.
"Terimakasih ya Rez."
"Iya sama-sama, sudah sekarang kamu ada Dara dan aku buat menemani kamu jadi kamu tidak usah takut lagi ya," tutur Reza.
"Makasih ya Rez sudah menerima aku di pertemanan kalian berdua," ujar Dara.
"Iya tidak apa kok, aku senang kalau Gadis sekarang punya sahabat cewek. Temani dia terus ya Ra."
Dara pun mengangguk dengan senyumannya sambil melihat aku yang diam seribu kata karena tidak menyangka masih ada orang yang peduli denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kacamata (On GOING)
Teen FictionSeorang gadis manis dan kecil sudah berkacamata sejak dini membuat dirinya tidak percaya diri dengan penampilan barunya karena sering mendapatkan ejekan dari teman-teman kecilnya terutama para laki-laki. Sehingga membuat dirinya merasa kurang canti...