Kemudian aku mulai diajaknya memasuki ke dalam rumahnya, seketika aku terkejut lalu heran dengan keadaan didalam rumah kak Rizki tidak seperti rumah yang lain lalu aku bertanya padanya.
"Kak Rizki sendiri ya di rumah ini?" polos aku.
"Enggak kok, nyokap bokap lagi masih kerja saja entar malam aku kenalin kamu ke nyokap gimana?"
"Hah?"
Aku semakin bingung dengan pertanyaan darinya dan aku masih belum paham dengan maksud tujuan dia mengajak aku ke rumahnya untuk membantu aku mencari narasumber jadi kebingungan aku berlapis.
"Oh iya kamu mau nanya apa ini buat tugas kamu?" tanya kak Rizki.
Aku bingung lagi.
"Memang narasumbernya siapa kak?"
Ia pun memberikan aku arah ke sebuah ruangan kerjanya karena aku melihat ada fotonya yang dibingkai besar ditempelkan pada dinding berwalpaper Eropa klasik, setelah aku melihat sekeliling ruangan tersebut aku semakin bingun dan bertanya-tanya dalam hati.
"Kenapa? Kamu bingung?"
Ia bertanya dengan ekspresi senyumnya itu sambil mengambil sebuah kertas dari laci meja kerjanya kemudian ia ajak aku duduk di sebelahnya pada sofa panjang di ruangan tersebut.
"Kak, kak Rizki sudah kerja ya?"
Ia malah memberikan senyuman manisnya yang membuat aku jadi takut salah gerak.
"Kamu mau nanya apa ini? Kebetulan aku punya toko butik dan mungkin kamu tertarik untuk bertanyanya."
"Kak Rizki pengusaha butik?"
Ia hanya mengangguk kepala dengan pelan sambil memberikan senyumannya.
"Hah? Aku sering loh kak beli butik setiap lebaran tapi aku tidak tahu nama tokonya apa, asal terlihat ada toko butik aku singgah."
Aku tertawa kecil memberikan informasi kalau aku sering butik di sebuah toko besar terutama.
"Iya aku juga pernah melihat kamu sebagai konsumen aku," sambil senyum lagi.
Aku bingung lalu aku melihat wajahnya untuk meyakinkan hatiku kalau aku juga pernah melihat sosok kak Rizki diluar sekolah.
"O..o..oh yang toko butik terbesar itu kan bahkan artis - artis sering juga pakai butik dari toko itu tapi aku lupa namanya," sambil aku mengingat nama tokonya.
"Butik Rizki Indonesia."
"Hah iya... itu serius punya kak Rizki? Keren banget masih SMA sudah punya bisnis sebesar itu."
Ia tersenyum lalu menunduk sedikit kepalanya sebagai tanda terimakasih setelah mendengar pujian dari aku.
"Itu serius benaran punya kak Rizki? Atau modalnya dari orangtua kakak atau juga bisnis itu dari orangtua kak Rizki lalu diteruskan?"
"Alhamdulillah tidak, orangtua support saja apa yang aku lakukan."
"Jadi bisnis butik ini dari 0 kak Rizki rintis sendiri?"
Ia hanya mengangguk kepala saja dengan pelan.
"Sudah berapa tahun kak tokonya berdiri?"
"Hmm.. mulai dari 2018 berdiri tokonya dan operasionalnya 2019 awal."
"Wih kurang lebih sudah 5 tahun juga ya toko butik kak Rizki beroperasi, keren banget masih SMA sudah punya bisnis sebesar ini."
Sekian kalinya ia memberikan senyumannya lalu ia menunduk kepalanya sedikit sebagai tanda kode terimakasih.
"Oh berarti selesai SMA tahun ini kan kak?"
"Iya benar tahun ini, bulan April kan aku UN."
"Wih lagi sibuk banget ini sekarang ya kak, sibuk persiapan UN sama sibuk bisnisnya."
"Alhamdulillah dinikmati saja, kamu pasti bisa kok mewujudkan mimpi kamu sebagai Paskibraka sama juru bicara."
Setelah ia meyakinkan mimpiku, aku langsung gelap hari rasanya.
"Tidak akan mungkin sih kak aku bisa jadi paskibraka sedangkan syaratnya saja tanpa kacamata dan aku pakai kacamata yang ada makin dibully aku kak."
Ia pun tersenyum mendengar curahan aku lalu ia memberikan aku support dan dorongan untuk semangat terus menggapai impian karena tidak ada yang tidak mungkin didunia ini selangi masih logis dan masih ada ingin untuk berjuang semua akan ada pada waktunya.
"Pasti bisa kamu Dis, I bellieve you kamu itu wanita hebat Dis."
Aku hanya menghela nafas saja mendengar pernyataan singkat barusan darinya. Lalu ia hanya tersenyum melihat wajahku yang ragu dan takut merasa semakin dibully lagi dengan mimpiku sama orang-orang, akan tetapi ia mengajakku untuk mengelilingi ruangan kerjanya yang super inspiratif buat aku dan ia menunjuk prestasi-prestasinya seperti piagam MURI dan prestasinya yang berkaitan dengan bisnisnya.
"Keren banget kak Rizki, aku pengen seperti kakak."
"Aku juga pengen kamu..."
Aku langsung bingung dan terkejut.
"Hah?"
Ia langsung menghela nafas dan sigap ia mengalihkan pernyataannya barusan tadi.
"Pasti bisa kamu Dis, aku yakin kamu bisa."
"Oouh, doakan saja ya kak. Jadi kuliah nanti ambil jurusan manajemen bisnis berarti ya kak?"
"Tidak, aku ambil jurusan Fashion design agar bisnis butik aku makin berkembang."
"Wah keren keren kak, berati seperti Ivan Gunawan gitu ya kak?"
"That's right beliau salah satu tokoh inspiratif aku dibidang Fashion dimata laki-laki."
Hari ini aku sungguh mengagumkan sosok kak Rizki yang usianya masih muda sudah memberanikan terjun langsung ke dunia bisnis yang berani menghadapi rugi dan untungnya di bidang bisnis butik tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kacamata (On GOING)
Teen FictionSeorang gadis manis dan kecil sudah berkacamata sejak dini membuat dirinya tidak percaya diri dengan penampilan barunya karena sering mendapatkan ejekan dari teman-teman kecilnya terutama para laki-laki. Sehingga membuat dirinya merasa kurang canti...