Nakal

6.3K 292 4
                                    

"Halo gaes!"

"Bolos sekolah bawa celurit dan tawuran? mana keras?. Maling pisang laahh!"

"Di tempat pak tani, hampir di lempar pacul, tapi bisa kabur."

Suara tawa terdengar karena celotehan Jeno yang merekam dirinya sambil memamerkan hasil curiannya, pisang satu tandan. (pisang se batang-batang nya tapi ga sama pohon pisangnnya.)

"Tuh, maling sama anaknya orgil."

Vidio beralih menyorot Jaemin, yang berjalan di paling belakang.

"Woi, anjing!"

Seru Jaemin. Dia berlari mengejar Jeno, sedangkan Haechan dan Jisung tertawa sampai berjongkok di jalan.

Guk guk guk!

"Anying, Anjing beneran cok!" seru Haechan langsung berlari menyusul Jeno dan Jaemin di ikuti Jisung.

***

"Ya?"

"Halo, pak. Klien sudah datang dan ruang meeting juga sudah di siapkan, pak. Di roomeet 3. Semua berkas juga sudah saya letakkan di meja meeting bapak."

Johnny mengangguk meski dia tahu itu tidak akan terlihat.

"Baik, Terima kasih."

Setelah menutup telpon kantornya, Johnny menutup beberapa berkas yang tadi tengah di kerjakannya. Dia merapihkan sekilas penampilannya sebelum kemudian melangkah keluar dari ruangannya.

Baru saja pintu terbuka, Johnny mendapati Yuta— asistennya yang terlihat hendak mengetuk pintu ruangan.

"Oh?"

"Ini, ada surat dari sekolah Jeno."

'Ya Tuhan, apalagi ini???'

Batin Johnny mengeluh, namun tetap dia ambil surat tersebut dan membacanya sambil berjalan menuju ruang meeting.

Dalam surat tersebut, tertera kalau ini adalah surat peringatan, bukan lagi surat biasa yang mengundangnya untuk berdiskusi tentang kenakalan Jeno secara kekeluargaan.

Johnny mendengus kesal, dia meremas surat tersebut dan membuangnya ke dalam tong sampah sebelum memasuki ruang meeting.

***

Keesokan harinya, Jeno membuntuti langkah gurunya dengan pasrah.

Sebenarnya Jeno baru tahu kalau dia dapat surat peringatan dari guru yang ternyata dikirim langsung ke Ayahnya.

Dia awalnya tidak mau datang ke ruang konseling, tapi setelah gurunya mengatakan kalau Ayahnya sudah di sana, Jeno pasrah.

"Permisi,"

Jeno menatap seisi ruangan, ternyata sudah ada orang tua dari teman-temannya juga dan teman-temannya pun ada disana, duduk di samping orang tua masing-masing.

"Silakan Jeno duduk di samping Ayahnya."

Jeno menurut dan duduk di samping Johnny.

Sedetik kemudian, ruangan itu di penuhi obrolan yang tidak Jeno dengarkan sama sekali. Dia asik dengan dunianya sendiri.

"Dengar, Jeno?"

Inner ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang