"Jeno?"
"Em?"
Johnny mendekat ke kasur Jeno, dia membuka selimut yang membalut tubuh putranya. Kemudian mengusak rambut berantakan Jeno untuk membangunkannya.
"Ayo bangun, kamu bisa kesiangan kalo ga bangun sekarang."
Jeno hanya berdengung dan memunggungi Johnny.
"C'mon, boy. Wake up."
Johnny menarik tangan Jeno, membuatnya kembali terlentang ditengah kasur.
"Bangun, ayo nanti telat."
Johnny dengan entengnya mengangkat tubuh Jeno dan mendudukkan nya di pinggir kasur.
Jeno membiarkan Ayahnya memegangi kedua bahunya agar tidak kembali merebah, sedangkan dia berusaha membuka matanya yang terasa begitu berat.
"Ayo, open your eyes, berjuang Jeno, kamu pasti bisa!." Ucap Johnny seolah suporter atlet.
Jeno jadi tertawa mendengar Ayah berkata demikian. Matanya pun terbuka lebar menatap Ayahnya yang terlihat sudah rapih.
"Good job! I know you can do it, Jeno." lanjut Johnny sambil tertawa-tawa dengan Jeno.
"Ok enough. Sana mandi, kamu bisa telat ke sekolah kalo gak mandi sekarang."
Jeno tersenyum dan beranjak ke kamar mandinya dengan langkah sempoyongan yang di perhatikan Johnny.
"He's loving you, Jeno."
Well, perkataan Ayah Jeavin kemarin Jeno anggap sebuah pembuka untuk dirinya memiliki hubungan yang lebih baik dan lebih dekat dengan Johnny.
Sedangkan Johnny tersenyum merasakan kehangatan di pagi hari ini.
"I hope I can say that I love you right now." Gumam Johnny.
***
Jeno memasuki mobil dengan tangan yang menggenggam roti sebagai sarapan pagi harinya dan susu putih dalam gelas termos yang semua sudah di siapkan Johnny.
Ya, selama bertahun-tahun Johnny hanya memberi makan Jeno sebisanya yang dia masak. Dia tidak pernah meminta Jeno memasak dan Jeno tidak pernah mau memasak.
Mereka juga sering membeli atau makan di luar. Tentu saja yang sehat.
Sedangkan untuk bebersih rumah yang sudah seperti istana ini, beberapa hari sekali Johnny akan menyuruh orang untuk datang membersihkan.
"Kamu perlu belajar ikat dasi yang rapih, Jeno." Ucap Johnny sambil tangannya mulai mengikatkan dasi Jeno dengan rapih.
"Jeno bisa, tapi lagi buru-buru kan?" Jeno membela dirinya.
Johnny hanya menggeleng kecil, padahal dia tau betul kalau Jeno memang tidak bisa mengikat dasi dengan rapih.
Jeno mengunyah rotinya, sambil sesekali mengobrol dengan Johnny dan ya, ini benar-benar awal yang manis dan hangat.
Setelah sampai di sekolah Jeno, Johnny menatap Jeno sepenuhnya.
Dia mengusap sudut bibir Jeno dengan jempolnya yang terdapat susu karena baru saja Jeno meneguknya tadi. Dan seperti biasa dia menjilat jempol yang tadi digunakan untuk mengusap sudut bibir Jeno.
Sebenarnya alasan Johnny melakukan itu awalnya karena tidak ada tisu dan bajunya tidak boleh kotor. Tak disangka kalau hal kecil ini jadi kebiasaannya pada Jeno.
"Jangan nakal, jangan bolos, jangan ngerokok atau hirup asapnya, be a good boy, Love."
Bukan Johnny yang mengatakan itu, dirinya bahkan baru saja membuka mulut untuk mengatakannya, tapi Jeno mendahului.
"Berani ya, sekarang." Goda Johnny.
Jeno terkikik saja menanggapinya. "Udah hafal!"
Johnny tersenyum senang, dia mengusak legam Jeno dan mengecup singkat dahi Jeno.
"Gih, sana masuk." ucap Johnny.
Jeno mengangguk, dia memeluk Johnny sekilas sebelum keluar dari mobilnya, melambai pada Johnny dan berlari memasuki sekolahnya.
"So damn cute,"
"Fuuuccckkk!!" teriak Johnny memukuli setir mobilnya.
Dia memegangi dadanya yang berdegup kencang. "Ah, cuma Jeno yang ini, yang bisa bikin Gua tantrum karena salting. Akh, gila berasa muda lagi Gua mah!"
Johnny berseru senang sambil mulai kembali mengemudikan mobilnya.
***
Tiba di kantor, karyawan heran seheran-herannya.
Resepsionis yang biasa menyapa dan mendapatkan anggukan singkat, pagi ini dia menyapa dan mendapatkan anggukan lengkap dengan senyum manis atasannya.
"Ada apa ini? itu bukan pak Johnny ya? Gua salah liat? guys tolong bilang iya!" pekik dia pada rekan kerjanya setelah Johnny berlalu.
"Gak woy, memang dia." sahut sekertaris Johnny yang mendekat ke meja resepsionis.
Dalam ke heranan mereka, tiba-tiba Yuta datang. Dia pun ikut bingung karena melihat karyawan-karyawan nya seperti orang linglung.
"Ada apa ini?" tanya Yuta.
Sekertaris dan resepsionis tadi terkejut.
"Oh, ini pak. Pak Johnny keliatan lagi bahagia banget kayaknya, kami semua cuman ngerasa kaget aja tapi ikut seneng kok." ucap si sekertaris.
Yuta semakin penasaran mendengar hal itu, dia langsung berlari keruangan sahabatnya. Mungkin saja ada hal yang belum dia tau.
Dan dia juga khawatir kalau Johnny jadi gila karena masalah kemarin.
Yuta berfikir kalau Johnny masuk dalam keadaan gangguan jiwa, jadi dia harus segera ke ruangan Johnny dan memastikan sahabatnya masih waras.
***
Jenkills_y
Jenkills_y jadul bener.
View all 1.589 coment
14 February 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Inner Child
Fanfiction-- GA SUKA SKIP, JGN KAYAK ORG TOLOL -- Johnny - Jeno story (semi daily) John!dom Jen!sun #BOYSLOVE #BOYPUSSY #SEMIINCEST #STEPFATHER