Ovt

3.6K 254 13
                                    

"Ayah, mampir ke minimarket dulu ya." minta Jeno saat baru saja masuk ke mobil Ayah nya.

Hari-hari Jeno masih diantar-jemput oleh Johnny. Dia bahkan sudah mulai melupakan tentang berangkat sekolah dengan motor kesayangannya.

"Mau beli apa?" Tanya Johnny.

"Ada lah, kepo."

Johnny berdecih kecil dan tertawa mendengar jawaban Jeno. Namun dia tetap menuruti permintaan Jeno.

Sampai di tujuan, Jeno meminta Johnny tetap di mobil dengan alasan yang dibeli Jeno tidak banyak dan tidak akan memakan waktu lama

Jadilah Johnny hanya diam di dalam mobilnya, memperhatikan Jeno yang terlihat mengambil beberapa barang.

***

"Mana ya, yang biasa Gua beli?" gumam Jeno pada dirinya sendiri.

"Jeno?"

Panggilan dari arah belakang Jeno membuat empunya menoleh, menghadap sumber suara.

'Mama?'

"Jeno? ini mama, kamu inget kan?" Ucap Alea mendekat pada Jeno yang membeku.

"Jeno, mama mohon Jeno ikut mama aja, ya? mau ya?"

Jeno menggeleng keras, langsung menolak tanpa berfikir panjang.

"Jeno, dengerin mama dulu, nak."

"Johnny itu Ayah tiri kamu. Mama tau dia belum punya pasangan sampai sekarang, mama takut kamu yang dimanfaatkan dia karena kamu spesial, Jeno."

"Bisa aja dia bukan orang yang menyimpang, tapi karena kamu punya—"

"Jangan sembarangan ngomong sama Jeno." Suara tegas dengan tubuh tegap itu langsung menghalangi pandangan Alea pada Jeno.

"Aku peringatkan sekali lagi, Alea. Jangan ganggu hidup aku dan Jeno atau kejadian beberapa tahun lalu, terulang lagi."

Setelah berkata demikian, Johnny langsung menarik tangan Jeno untuk keluar dari minimarket tersebut, tanpa perduli panggilan Alea yang berusaha mengejarnya.

***

"Jeno mau langsung istirahat?" tanya Johnny saat mereka sampai di rumahnya.

"Iya, nanti Jeno makan nya nyusul."

Setelah berkata demikian, Jeno langsung berlalu ke kamarnya dengan cepat. Meninggalkan Johnny yang terdiam di tempat dengan perasaan gusar.

Dia takut Jeno akan kembali mendiamkan, atau lebih parahnya Jeno mau dibawa Mama nya, karena hasutan Alea di minimarket tadi.

Sengaja Johnny tidak mau langsung menjelaskan karena sepanjang perjalanan tadi, emosinya tidak stabil, apalagi Jeno terlihat sedikit menolaknya.

Johnny menghela nafas berat, kemudian berlalu ke kamarnya.

***

Kamar luas yang selalu gelap ini terdengar semakin sunyi walaupun penghuninya ada di dalam.

Jeno mengacak-acak rambutnya dengan rasa frustasi.

'Apa iya yang dikata mama itu bener?'

'Tapi kalo iya, kenapa ayah gak macem-macem ke Gua dari dulu?'

'Dia juga pernah ngaku dulu dia denial, sih. Apa karena itu, ayah gak macem-macem ke Gua dari dulu?'

Pemikiran itu terus berputar-putar di otak Jeno.

Sekarang dia benar-benar merasa lebih takut dengan Johnny.

Karena kalau apa yang mama nya katakan benar dan Jeno masih berada di bawah kendali Ayahnya, masa depan Jeno juga akan hancur begitu saja.

Jeno semakin merasa frustasi memikirkannya.

Bunyi getaran handphone, terdengar jelas karena suasana yang sunyi. Jeno melihat telepon masuk dari Ayah Jeavin. Langsung saja Jeno mengangkat nya.

"Halo, Ayah?"

"Iya, Jeno. Kamu udah pulang belum?" tanya Jeavin.

Jeno mengangguk kecil, "Udah dirumah ini, kenapa?"

"Ayah cuman mau ngabarin kalo hari ini Ayah mau pulang ke AS."

Mendengar itu, Jeno langsung menampilkan ekspresi sedihnya.

"Mau ikut.." lirih Jeno.

"Kok ikut? Ayah Johnny kasian nanti sendirian disini. Kamu boleh kok nanti main ke rumah Ayah kalo pas liburan." ucap Jeavin membujuk Jeno

Jeno menghela nafasnya.

"Ayah ada waktu buat ketemu sebentar gak, sekarang?"

"Ada, pesawatnya jam 8.45 kok. Ayah tunggu di lobi bandara ya, H.CO."

"Oke, Ayah."

Detik berikutnya, Jeno langsung bangkit bersiap,  mengganti baju seragamnya dengan hoodie polos tanpa mengganti celananya.

Jeno menuruni tangga sambil memasukkan dompet dan Handphone nya ke saku Hoodie.

Dia berhenti sejenak di depan kamar Ayah nya.

"Ayah, Jeno keluar sebentar."

Setelah itu Jeno langsung berlari cepat keluar dari area rumahnya.

Dan seperti biasa, Johnny menatapi Jeno dari balkon kamarnya sambil menghisap batang nikotin.

Inner ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang