Jeno menatap tajam pada Jaka yang duduk di seberangnya.
"Saya sudah panggil orang tua Jakasha, pak. Untuk orang tua Jenogar belum bisa di hubungi."
Pak Heechul mengangguk pelan, "Tolong coba panggil sekali lagi. Celya juga tolong di panggil."
Bu Iren menuruti perintah guru konseling sekolah ini.
"Jadi Jakasha, bener Celya pacar mu itu hamil?"
Jakasha menatap dalam diam gurunya itu. Dia sendiri begitu terkejut mendengar berita nya, sedangkan kemarin dia dan Celya masih baik-baik saja.
"Kamu belum tau itu bener atau gak tapi udah hajar Jenogar?" tanya Pak Heechul lagi.
"Dan Jenogar? apa bener yang ada di dalam foto-foto di mading itu kamu?"
"Bukan." Jawab Jeno cepat.
Jaka tampak mendelik menatap Jeno.
"Jelas-jelas itu muka Lo!"
"Gua bilang bukan ya bukan."
"Sudah jangan ribut lagi, kalian ini—"
"Pak, Ayah Jenogar masih belum bisa di hubungi." Bu Iren memotong obrolan mereka.
"Saya disini."
Suara yang datang dari pintu masuk membuat mereka menoleh menatap siapa yang datang.
"Jeno? you okay? is it hurt? hm?"
Jeno tersenyum miring menatap Jaka.
"Nah, I'm good."
Tepat setelah Johnny duduk di samping Jeno, orang tua Jakasha tiba, Celya pun ikut masuk ruangan.
"Berhubung sudah lengkap, orang tua Celya menyusul nanti. Kita langsung saja."
Pak Heechul pun menjelaskan akar permasalahan yang membuat Jakasha menyerang Jeno. Semua mendengarkan seksama apa yang Heechul jelaskan hingga dia terdiam pertanda cerita sudah selesai.
Johnny tersenyum kecil mendengar penjelasan guru Jeno ini.
"Apa ada bukti pasti, kalau Jeno yang hamilin cewek itu?"
"Ada, foto di mading." sahut Jakasha.
"Dih, yang diminta bukti pasti kalo Gua yang hamilin cewek Lo itu. Yang di mading itukan bukan foto ngewe, bego."
"Ssttt.." Johnny menutup mulut Jeno dengan telapak besarnya.
Dia melihat raut kesal Jeno yang menatap tajam pada Jaka.
"Jeno gak mungkin hamilin cewek dia, pak."
"Jangan membela yang salah, Pak Johnny. Walaupun itu anak mu sendiri." sela Ibu Jakasha.
Johnny menatap remeh pada orang tua Jakasha.
"Nyonya Geoffrey?"
Dengan gestur sombongnya, Ibunda Jakasha mengangguk kecil.
"Ya, saya istri dari Rexmon Geoffrey."
Johnny mengangguk singkat. Kemudian beralih menatap Jakasha.
"Kalau, terbukti bukan Jeno yang ada di foto itu, atau Jeno yang hamilin cewek kamu, boleh saya balas pukulan yang kamu kasih ke Jeno?"
Jakasha menatap ragu uluran tangan Johnny di depannya.
"Pak Johnny, jangan begini—"
"Jeno bahkan gak balas pukulan anak ini, Pak. Dan saya gak suka, jadi biar saya yang balas." potong Johnny pada perkataan guru konseling Jeno.
Dia kembali menatap Jakasha. "Mana nyali kamu? hilang?"
Jakasha mulai terprovokasi mendengar perkataan Johnny.
"Jangan dengerin dia, nak." ucap Ibu Jakasha di telinga putranya.
"Dan kalo terbukti iya, Jeno sekarat di tangan saya."
Dengan berani Jakasha membalas uluran tangan Johnny tanpa menghiraukan saran ibunya. Dia teringin melihat Jeno sekarat.
Johnny tersenyum, kemudian perhatiannya mengarah pada Celya yang sedari tadi diam dengan jantung berdegup kencang.
"Silakan, di jelaskan." Pak Heechul berkata setelah menghela nafas berat.
Celya berdehem sejenak sebelum melanjutkan perkataan selanjutnya.
"Ini, sebenernya memang saya hamil, tapi ini bukan anak Jenogar atau Jakasha. S-saya, hamil anak cowok di sekolah sebelah." ucap Celya melirih diakhir.
"Di foto itu juga bukan Jeno, itu foto cowok yang hamilin saya. Emang mukanya mirip Jeno, sih."
"Maaf semuanya.." lirih Celya sebagai penutup.
"Denger tuh. Mangkanya jangan maen gebuk aja kayak orang dongo." celetuk Jeno untuk Jakasha.
"Jangan bohong, Cel. Kamu dipaksa Jeno buat bohong kan?" tanya Jakasha memastikan.
Jeno mendelik kesal mendengarnya, "Enak aja! Lo kira Gua elu yang sukanya nyogok?!"
"Bukan, Jaka— emang kenyataannya begitu.. Eriko namanya, cowo yang di foto itu."
Jakasha tampak terdiam menatap Celya tanpa ekspresi.
Jeno berdecih pelan. Dia juga menatap Ayahnya yang tersenyum kemenangan.
"Baik, karena Jeno tidak terbukti salah, Jeno boleh keluar. Dan pak Johnny, mohon maaf sekali sudah mengganggu waktunya. Jakasha akan diberikan sanksi yang setimpal."
Johnny hendak menjawab, namun terhenti saat Jeno merogoh saku jas nya.
Dia mengambil kartu nama Ayahnya, kemudian Jeno memberikannya pada Jakasha.
"Nih, dateng ke alamat itu buat penuhin taruhan kalian tadi, ya. Be gentle, bro." Ucap Jeno kemudian berlalu dari ruang konseling begitu saja.
Johnny tersenyum melihat kelakuan Jeno ini. Dia pun berpamitan pada Pak Heechul untuk menyusul Jeno.
"Nyonya Geoffrey, saya harap putus kerja sama dengan saya tidak membuat keluarga anda miskin. Saya permisi."
Terdengar berlebihan karena Johnny menyangkut pautkan dengan pekerjaan, tapi dia benar-benar tidak suka melihat Jeno mendapatkan beberapa lebam di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inner Child
Fanfiction-- GA SUKA SKIP, JGN KAYAK ORG TOLOL -- Johnny - Jeno story (semi daily) John!dom Jen!sun #BOYSLOVE #BOYPUSSY #SEMIINCEST #STEPFATHER