Spending time with Jeavin

3.5K 276 5
                                    

"Jeno mau kemana?"

"Kemana aja, tapi mau jajan dong~" pinta Jeno menatap binar pada Jeavin.

Jeavin tertawa melihat nya, "Boleh, kita jajan dulu kalo gitu."

Mereka pun pergi ke daerah yang banyak penjual jajanan di pinggir jalan. Cukup ramai sampai jalan terlihat sesak.

Untung nya Jeno mau berjalan kesana kemari untuk membeli makanan yang dia inginkan.

***

"Disini aja, nih?" tanya Jeavin memastikan.

Pasalnya mereka sekarang tengah duduk di bagasi mobil yang terbuka lebar, menghadap ke arah pantai dengan mobil yang terparkir di jembatan layang yang terletak tepat di atas pantai.

Jeno mengangguk tanpa ragu.

Menurutnya, untuk melepas rindu, pemandangan dan suasana seperti ini yang cukup membuat nyaman dan memorable.

"sebentar lagi sunset, disini bagus sunsetnya. Jeno sering kesini sama temen-temen."

Jeavin mengangguk percaya.

Mereka pun mulai mengobrol ringan sambil menyantap jajanan yang dibeli tadi.

"Emm gitu, jadi istri Ayah mana sekarang? masih di AS atau ikut Ayah kesini?"

Jeavin tersenyum, "Di AS. Ayah kesini cuman mau ngurus perusahaan, pindahin pusatnya di AS dan disini cabangnya."

"Jadi Ayah mau netap disana dong?" tanya Jeno.

"Iya, mungkin lusa Ayah pulang kesana, soalnya udah hampir beres."

Raut Jeno jadi sedih. Melihat itu Jeavin tersenyum, di usapnya legam Jeno yang membuat keduanya bertatapan.

"Jangan sedih, Jeno juga disini punya Ayah Johnny."

Mengingat Johnny, Jeno jadi merasa semakin sedih. Dia benar-benar merasa bersalah pada Ayahnya yang satu itu.

Perlakuannya padahal tidak jauh beda seperti perlakuan Jeavin, tapi Jeno selalu gagal bersikap biasa di depan Johnny, dia selalu merasa takut. Padahal Johnny juga menghantarkan rasa aman secara bersamaan.

"Ayah Johnny sayang Jeno lebih besar dari apapun dan siapapun."

"Ayah tau karena Ayah Johnny selalu bersemangat ceritain tentang kamu, terutama kenakalannya kamu itu."

Jeno meringis kecil mendengar nya. Padahal dia kira Jeavin mengenalnya sebagai Jeno anak baik yang berprestasi dan bukan seorang trouble maker.

Jeavin pun menceritakan apa saya yang Johnny ceritakan padanya. Membuat Jeno beberapa kali tertawa malu.

"Jangan takut sama Ayah mu, be yourself di depannya, itu yang dia mau dan yang buat dia pertahanin kamu, Jeno."

Jeavin terkekeh pelan. "He's loving, you." ucap penutup Jeavin untuk ceritanya.

Jeno berkedip-kedip mendengarnya. Dia melongo dengan jantung berdegup kencang. Berusaha meyakinkan ucapan Jeavin mengarah pada hubungan Ayah dan Anak.

"Love?"

Jeavin mengangguk. "Love like what you think."

Jeavin terkikik geli melihat wajah kebingungan Jeno yang perlahan-lahan merah sampai ke telinganya.

"Kamu mau liat putri kecil Ayah gak?"

Pertanyaan itu membuat Jeno menatao terkejut.

"Ayah punya anak?! liat! mau liat!" heboh Jeno dengan semangat.

Jeavin oun mengambil ponselnya dan menunjukkan beberapa foto dan video yang terdapat seorang bocah perempuan berusia 3 tahun.

Jeno tersenyum melihatnya.

Anak itu beruntung sekali memiliki Ayah seperti Jeavin. Jeno ikut bahagia melihatnya.

Dia pun memeluk Jeavin sekali lagi.

"Makasih Ayah udah pernah jadi Ayah Jeno, jangan lupain Jeno ya, Jeno tetep sayang Ayah dan tetep bilang kalo Ayah Jeavin itu Ayahnya Jeno." ucap Jeno.

Jeavin tersenyum sambil menepuk-nepuk punggung Jeno.

"Hm, itu pasti dan Ayah juga begitu. Jangan sungkan kalau ada apa-apa bisa hubungi Ayah."

Inner ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang