𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 28 - 𝑩𝒐𝒐𝒎

2.8K 269 19
                                    

Bryan sudah menyiapkan segala hal untuk mempertemukan orangtuanya dengan Toni dan Jeffry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bryan sudah menyiapkan segala hal untuk mempertemukan orangtuanya dengan Toni dan Jeffry. Tujuannya untuk membongkar kejahatan yang sudah dilakukan mereka. Tidak hanya tempat dan saksi yang Bryan siapkan. Namun dia juga sudah melaporkan hal itu pada pihak yang berwajib. Tentu saja beberapa polisi akan mengawasi jalannya rencana Bryan.

Karna sudah cukup mengantongi bukti yang kuat. Akhirnya Bryan mengizinkan Raga untuk kembali bekerja. Padahal hanya tiga hari, belum sampai seminggu Cessa tidak bertemu dengan Raga. Namun rasanya sudah setahun tidak bertemu baginya. Apalagi selama tiga hari ini mereka sibuk menjalankan misi, dan Raga sibuk bekerja dari pagi hingga malam. Jadi mereka belum sempat video call lagi, namun walau begitu mereka tetap komunikasi dengan saling memberi kabar melalui pesan.

Hari ini Cessa diantar Bryan ke kampus. Dan Raga sudah menunggunya disana. Cessa terlihat bahagia sekali.

"Adek kenapa? Dari tadi senyum-senyum terus?" Tanya Bryan yang sedikit heran melihat tingkah adiknya.

"Hehe adek seneng kak.. mau ketemu ayang" pipi Cessa begitu merona saat mengatakannya.

"Halah.. anak kecil ayang ayangan, tuh lihat pipinya udah kaya tomat aja merah banget" ledek Bryan.

"Ihhh engga ya.. tadi Cessa pake blush on makanya merah. Lagian adek udah 20 tahun bukan anak kecil lagi kak.." Cessa coba mengelak.

"Haha iya iya.. percaya deh. Emang kalau ketemu Raga mau ngapain?" Tanya Bryan.

"Mau peluk yang kenceng, terus cium pipi boleh kak?" Begitulah Cessa, dia terlalu polos. Bahkan hal yang seharusnya privasi justru dia tanyakan pada Bryan. Sudah tahu kakaknya posesif, Cessa malah bertanya sesuatu yang sensitif. Bryan menepuk jidatnya, heran sekali dia dengan adiknya.

"Heh, anak kecil dilarang cium-cium. Kamu tahu nggak sih dek? Raga itu lebih dewasa dari kamu. Jangan pancing dia. Nanti kamu habis ditangannya. Ingat ya.. kakak pernah ingatin kamu jangan terlalu jauh dulu. Apalagi kamu masih kuliah" begitulah Bryan, dia sangat menjaga adiknya. Bryan tetaplah seorang kakak yang sangat menjaga adiknya.

"Ihhh Cessa nggak akan jauh-jauh kok. Cuma cipika-cipiki hehe" Cessa masih berusaha menawar.

"Lagian kak Raga udah pernah kecup bibir adek" ucapnya lirih namun Bryan masih mendengarnya.

"Apa? Kecup bibir? Kapan? Kurang ajar Raga! Beraninya dia sentuh bibir kamu. Awas aja nanti kalau ketemu. Kakak mau hukum dia" Bryan sedikit kesal mendengar apa yang Cessa katakan.

"Ihhh kakak.. kak Raga cuma kecup nggak sampai berciuman apalagi yang itu. Engga kok, Cessa nggak bohong. Itu pun refleks, jadi nggak benar-benar sengaja melakukan" Cessa sedikit takut kala Bryan memberi ancaman. Bryan juga tidak menjawab apa yang Cessa katakan.

Tak berselang lama mereka tiba di kampus, sudah terlihat disana Raga bersama motor bututnya berada di depan kampus. Karena terlalu bahagianya Cessa, hingga membuatnya lupa tidak berpamitan pada kakaknya. Dia langsung turun dan berlari ke arah Raga untuk memeluk kekasihnya itu.
Bryan tetap turun dari mobilnya lalu menghampiri mereka. Bryan menempeleng kepala Bryan begitu saja ditengah Raga yang sedang berpelukan dengan Cessa.

𝑬𝑳𝑬𝑨𝑵𝑶𝑹 [𝑺𝒖𝒅𝒂𝒉 𝑻𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang