𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 3 - 𝑲𝒂𝒈𝒖𝒎

5.7K 301 20
                                    

Setelah Raga meninggalkan rumah Cessa, Cessa pun segera mandi dan mengganti pakaiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Raga meninggalkan rumah Cessa, Cessa pun segera mandi dan mengganti pakaiannya. Cessa menunggu kakaknya pulang, namun sampai pukul 22.00 belum terlihat tanda-tandanya.

Cessa sengaja menunggu di kamar Bryan, supaya ia tahu saat Bryan tiba. Tetapi karna sudah sangat lelah dan mengantuk, ia pun tertidur di kamar Bryan.

Pukul 23.00 Bryan sampai di rumah, ia segera masuk ke kamarnya. Namun, ia dikagetkan dengan keberadaan adiknya.
Adiknya tidur begitu pulas, Bryan tersenyum melihat adiknya yang mulai beranjak dewasa namun masih manja kepadanya. Baginya, Cessa tetaplah tuan putri kecil dimatanya.

Bryan sengaja tidak membangunkan Cessa, ia tidak tega melihatnya terbangun karna sepertinya sangat lelah. Bryan pun segera mandi dan mengganti pakaiannya.

Setelah mandi, Bryan merebahkan tubuhnya di samping Cessa dengan hati-hati. Namun tetap saja Cessa terbangun, Cessa mendudukkan dirinya sembari mengerjapkan matanya yang masih mengantuk.

"Mmm kakak sudah pulang?" Tanya Cessa dengan suara parau.

"Iya sayang.. kenapa bangun? Adek tidur aja gapapa" ucap Bryan.

"Adek kan nunggu kakak pulang, kenapa malah ketiduran yah? Hehe" Cessa.

"Adek tidur aja, masih ngantuk kan?" Tanya Bryan.

"Cessa boleh tidur sama kakak? Cessa pengen tidur sambil dipeluk, lagi kangen mommy. Biasanya kalau Cessa pengen tidur sambil dipeluk, ada mommy yang peluk Cessa. Tapi berhubung di rumah cuma ada kakak, boleh ga Cessa tidur sama kakak?" Cessa merengek.

Bryan kembali tersenyum mendengar adiknya.
"Ututuuu sini sini, boleh dong sayang.. kakak jadi inget pas adek masih kecil, kalau tidur minta dipeluk sama kakak. Tapi sejak SMA adek udah ga mau, katanya adek udah gede. Padahal dimata kakak, kamu tetep jadi tuan putri kecil sampai kapanpun" Bryan menarik tubuh Cessa dan memeluknya.

"Cessa sayang sama kakak, Cessa mau dipeluk sama kakak yang lama mumpung kakak belum menikah. Kalau kakak sudah menikah, pasti kakak lebih sayang istrinya dan lupa sama adek" ucap Cessa sembari meletakkan kepalanya pada lengan Bryan dan memeluknya erat.

Bryan pun membalas pelukan Cessa sembari menciumi rambut Cessa.
"Cessa adeknya kakak.. dengerin kakak ya.. Cessa itu sampai kapanpun tetep jadi adik kesayangan kakak, kalaupun nanti kakak menikah rasa sayang kakak ke adek tetep sama. Kan nanti suatu saat adek juga punya pasangan. Tapi kakak harus tau dulu pasangan adek layak atau tidak. Harus kakak seleksi satu per satu. Soalnya kan adek kakak ini tuan putri, jadi ga boleh dapet pasangan yang ga baik" Bryan menoel hidung Cessa.

"Ihhhh kakak, masa pasangan Cessa diseleksi sama kakak? Yang ada semua pada takut, minder duluan" ucap Cessa sembari mengerutkan dahi nya.

"Ga cuma kakak, daddy juga pasti akan lebih selektif lagi kalau urusan pasangan adek" Bryan.

"Ck.. susah emang kalau berurusan sama daddy dan kakak" Cessa.

Bryan hanya tertawa melihat adiknya kesal. Tak terasa mereka sudah ngobrol cukup lama dan kini sudah pukul 01.00 dini hari. Akhirnya mereka mengakhiri obrolannya dan segera tidur.

𝑬𝑳𝑬𝑨𝑵𝑶𝑹 [𝑺𝒖𝒅𝒂𝒉 𝑻𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang