"K-Kunci apa?" Damian memalingkan wajahnya.
Sial, sial, sial.
Dia lupa dengan keberadaan kunci itu. Apa dia masih meninggalkannya di Indonesia? Dia terlalu khawatir dengan sahabatnya yang diculik waktu itu.
Aldon Decker menunduk, mendekatkan wajahnya sampai pucuk hidung mancung pria itu menggesek pipi Damian.
"Kamu tidak tau? Atau..."
Damian mendorong dada Aldon Decker dan langsung menaikinya. Dia mencengkeram wajah Aldon Decker kemudian menabrakkan bibirnya pada bibir Aldon Decker. Dia mungkin terlalu panik sampai tidak tahu harus melakukan apa. Sayangnya, Aldon Decker tidak sebodoh itu. Dia bukan pria gampangan yang akan lupa oleh sesuatu hanya karena digoda sesaat.
Aldon Decker melepaskan ciuman mereka dan berbalik mendorong tubuh Damian hingga terhempas ke ranjang.
"Calm down. Kau baru saja selamat dari maut. Oh, atau kau sangat merindukanku?"
Damian menggertakkan giginya. "Fuck you!"
"So, di mana kunci itu?"
"Aku nggak tau apa maksudmu." Lagi, Damian memalingkan wajahnya.
Aldon Decker menyeringai. "Fine. Bukan berarti aku tidak punya salinannya."
Diam-diam, Damian bernapas lega. Perkiraannya benar. Tidak mungkin orang yang sangat teliti seperti Aldon Decker tidak memiliki salinan kunci. Apalagi jika itu sangat penting.
"... tapi masalahnya, jika kunci itu berada di tangan orang yang salah, mungkin akan ada peperangan lagi dengan organisasiku."
"Hah?" Damian mengernyit. "Memangnya apa yang kamu simpan?"
Aldon Decker menyeringai semakin lebar. Dia menjulurkan jemarinya, menyentuh bibir Damian pelan-pelan.
"Penasaran?"
"Aku--"
"Bos! Sesuatu terjadi di halaman belakang!"
Aldon Decker menoleh, pun dengan Damian. Pintu kamar itu masih dikunci, tapi suara salah satu anak buah Aldon Decker terdengar begitu panik.
"Ada apa?" gumam Damian.
"Tetap di sini," pinta Aldon Decker. Dia membuka pintu, dan salah seorang bawahannya menjelaskan sesuatu. Ekspresi datar Aldon Decker berubah.
"Ada apa?" tanya Damian ketika Aldon Decker hendak keluar.
"Tetap di sini. Jangan mengikutiku."
Sayangnya, Damian itu bukan jenis orang penurut. Meski dia baru saja selamat dari racun, dia tetap ingin tahu apa yang terjadi. Aldon Decker hanya bisa menghela napas panjang ketika Damian dengan santainya memegang tangan Aldon Decker dan mengikutinya. Aldon Decker sendiri tidak punya waktu untuk berdebat dengan Damian jadi dia biarkan saja pemuda itu mengikutinya.
Ketika mereka semua sampai di halaman belakang, sudah banyak anak buah Aldon Decker di sana dan juga Carlo. Pria itu langsung bertemu pandang dengan Damian dan mengulas senyum tipis.
Di dekat tanaman merambat yang berada di halaman belakang markas Aldon Decker, teronggok mayat seorang pria dengan leher yang hampir putus. Dua bola matanya hilang, dan ada banyak tusukan di seluruh tubuhnya. Darah berceceran dan menguarkan aroma anyir.
"Itu..." Damian membelalak. Seluruh tubuhnya langsung merinding. Refleks, dia memeluk lengan Aldon Decker dan menyembunyikan wajahnya pada lengan sang bos mafia.
Aldon Decker menoleh. "Aku sudah bilang jangan mengikutiku."
Damian seketika melepaskan lengan Aldon Decker. "Aku... um, aku baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Plaything | YAOI
ActionDamian hanya ingin bermain-main selama hidupnya. Ia tidak suka melakukan sesuatu yang berat karena itu melelahkan dan merepotkan. Ia memiliki segalanya. Uang tak terbatas, orang tua yang memanjakannya, dan dua kakak perempuan yang memperlakukannya s...