Ini cukup mengejutkan, setidaknya bagi Damian. Menyadari bahwa Carlo ternyata menyukai Aldon Decker tidak pernah sekali pun terlintas di pikirannya selama ini. Ia kira, Carlo hanya sekadar tangan kanan yang setia. Bahkan kalau ditilik ke beberapa waktu belakangan ketika Damian baru saja masuk ke markas Aldon Decker, Carlo justru menunjukkan ketertarikan kepada Damian. Apakah semua itu hanya manipulasi? Jadi selama ini Carlo hanya berpura-pura perhatian padanya?
Damian menghela napas panjang. Ia dan Aldon Decker sudah keluar dari bengkel itu. Untuk sementara, Carlo sudah diamankan oleh anak buah Aldon Decker lainnya. Damian tebak, pria itu mungkin akan dimasukkan ke ruang penyekapan bawah tanah sama seperti tempat Damian sebelumnya.
Kali ini, Damian terus merangkul lengan Aldon Decker. Pikirannya melanglang buana, tetapi langkah kakinya stabil mengikuti ke manapun Aldon Decker melangkah.
Si bos mafia membawa Damian masuk ke kamar pribadinya. Damian segera melepaskan rangkulannya ketika Aldon Decker berjalan ke arah sofa berukuran sedang di kamar itu kemudian duduk dan menyalakan sebatang rokok dari kotak kuningan mewah di dalam saku jasnya.
Aldon Decker menghisap rokok itu dengan nikmat, mendongakkan kepalanya, kemudian mengembuskan napas perlahan, membuat asap tembakau itu membumbung tinggi di sekitarnya.
Damian terus memperhatikan gerak-gerik pria itu. Sama sekali tidak ada kata yang terucap. Ekspresinya pun terlalu abstrak untuk dijabarkan. Namun yang jelas, Damian tahu pria itu sedang tidak baik-baik saja.
Marah, kah? Atau... entahlah. Damian tidak pernah bisa menebak isi pikiran Aldon Decker.
"Hey, you okay?"
Damian sekuat tenaga membuat suaranya terdengar biasa saja. Ada banyak pertanyaan yang ingin ia sampaikan, tetapi entah mengapa malah pertanyaan itu yang muncul duluan.
Aldon Decker melirik Damian. Kilat di matanya begitu tajam, membuat Damian tanpa sadar menelan ludahnya sendiri sambil berusaha mengurangi rasa gugup yang mendadak menyerang.
Sayangnya, Aldon Decker tidak menjawab pertanyaan Damian. Ia tetap asyik mencumbu batang rokoknya dengan nikmat.
"Apa selama ini kau tau soal Carlo?"
Damian tidak menyerah. Rasa canggung luar biasa ini mengganggunya.
Aldon Decker melirik Damian. Kali ini, ia mengalihkan sedikit perhatiannya pada pemuda itu.
"Tau apa?"
"Kalau... Kalau dia menyukaimu?" Ragu-ragu Damian mengatakannya, dan ia bisa melihat sedikit kerutan di pelipis Aldon Decker. Apakah mengetahui fakta bahwa Carlo menyukainya selama ini sangat mengganggu?
"Aku tidak butuh perasaan semacam itu."
Damian berdeham pelan. "Okay? Lantas apa yang akan kau lakukan padanya?"
Aldon Decker mengulurkan telapak tangannya, mengisyaratkan Damian untuk mendekat. Damian yang sejak tadi hanya berdiri diam merasa ragu untuk melangkah.
"Come here."
Damian menghela napas panjang. Pada akhirnya, ia hanya bisa menurut. Ia berjalan mendekati Aldon Decker dan berdiri tepat di antara paha pria itu. Rasa perih dan nyeri di beberapa bagian tubuhnya masih terasa. Sejak tadi, luka-lukanya pun belum dibersihkan apalagi diobati.
"Kau yakin akan membiarkannya begitu saja? Jika Carlo benar-benar membunuh si kembar informanmu itu, dan juga petarung terbaikmu, bukankah ia bisa disebut sebagai pengkhianat?"
Aldon Decker terkekeh rendah. "Mengapa kau peduli?"
Damian membelalak lalu buru-buru menggeleng. "Aku tidak peduli. Aku hanya..." Ah, sial. Damian bingung harus membuat-buat alibi seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plaything | YAOI
ActionDamian hanya ingin bermain-main selama hidupnya. Ia tidak suka melakukan sesuatu yang berat karena itu melelahkan dan merepotkan. Ia memiliki segalanya. Uang tak terbatas, orang tua yang memanjakannya, dan dua kakak perempuan yang memperlakukannya s...