rasa

1.1K 91 5
                                    

Merindukan keluarga? Ucapan Damian diabaikan oleh Aldon Decker, dan jelas Damian menyadari hal itu. Dia tidak meneruskan ucapannya, tetapi dia hanya diam dan terus mengekori langkah pria itu sembari mendengarkan penjelasannya tentang koleksi senjata api yang ada di ruang penyimpanan itu.

"Kenapa kau tidak mengajariku?"

Aldon Decker menoleh. "Hah?"

"Memakai senjata apimu itu. Apa gunanya kau menjelaskan segalanya dengan detail jika aku tidak bisa memakainya?"

Aldon Decker mendengkus. "Mengajarkan penggunaan senjata kepada musuh? Apa kau pikir aku ini bodoh?"

"Well, kastaku sudah naik menjadi musuh, rupanya. Kukira aku hanya sebatas sandera yang kau butuhkan agar ayahku datang."

"Dan ke mana ayah kayamu yang kau banggakan itu?"

Damian tertawa. "Hei, aku tidak pernah membanggakan ayahku. Aku hanya membanggakan hartanya."

"Ha! Anak tidak tahu diri."

"Kenapa? Kau iri? Aku bisa bermalas-malasan setiap hari tetapi aku memiliki segalanya, dan kau? Hm... Bagaimana kau memiliki semua ini?"

Aldon Decker mendecak. "Bukan urusanmu."

Damian mengambil sebuah pistol di meja kaca yang terletak di sebelahnya kemudian menekan moncong pistol itu tepat di punggung Aldon Decker.

Aldon Decker berhenti melangkah. Damian bisa merasakan punggung pria itu menegang.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Aldon Decker dengan suara tajam.

"Mencoba memegang senjata koleksimu."

"Letakkan benda itu kembali di tempatnya, Damian. Aku memperingatkanmu."

Damian tertawa pelan. "Kenapa? Kau takut tertembak?"

"Letakkan sekarang juga."

Damian menyeringai. Dia melepaskan kuncian pengaman pada pistol tersebut dan menimbulkan bunyi klik yang cukup keras.

"Damian!"

"Apa kau terkejut saat mengetahui bahwa aku tahu bagaimana caranya melepaskan pengaman pada pistol ini?"

Damian semakin keras menekan moncong pistol tersebut ke punggung Aldon Decker. Dia sendiri tahu bahwa Aldon Decker jelas akan menang dibanding dirinya, tetapi merasakan tubuh Aldon Decker yang menegang seperti ini rasanya menyenangkan.

Damian mendekati tubuh Aldon Decker dan menempeli punggungnya. Tangan kirinya menggerayangi dada Aldon Decker dan turun ke bawah. Dia menyentuh bagian selatan dari tubuh Aldon Decker dan sengaja meremas organ sensitif itu dari balik celananya.

"Wow, kau bahkan bisa terangsang di saat-saat berbahaya," ucap Damian. Nada suaranya penuh dengan hawa ejekan.

Damian tidak memiliki intensi apapun ketika berada di sini. Dia juga tidak berencana akan melakukan ini sebelumnya. Dia adalah pemuda yang impulsif. Otaknya selalu bekerja dengan cara yang aneh. Damian hanya melihat pistol di rak kaca Aldon Decker, dan mendadak ide aneh muncul di kepalanya. Mungkin ini adalah bagian dari jiwa jahilnya yang tercipta secara alami? Atau Damian memang ingin menggoda Aldon Decker? Dia sudah berhari-hari di tempat ini. Damian adalah pemuda normal dan sehat. Ada kalanya dia membutuhkan pelepasan dari dalam tubuhnya untuk merasa lega,  dan satu-satunya orang yang terpikirkan olehnya hanya Aldon Decker.

Apakah ini saatnya? Mungkin dia sudah siap jika Aldon Decker menidurinya? Hell, dia bukan gadis perawan yang ketakutan di malam pertama pernikahan. Dia adalah pemuda tampan dan kuat. Seks mungkin bukan hal yang buruk. Lagipula dia bosan.

Plaything | YAOITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang