say what we feel

716 100 12
                                    

"Haha bangsat lo beneran di gendong si Sasuke?!" Ino tertawa kencang, mendapatkan kabar bahwa sahabat haramnya sedikit berjaya dengan kisah cinta sialannya.

Wajah Sakura mendeskripsikan kemerdekaan, walaupun hubungan tidak jelas tentu akan Sakura sebar tanpa batas! Mereka sedang berada di toilet, melakukan touch-up agar muka senantiasa cantik tanpa sisa keburukan. Ino membantu Sakura untuk merias wajah karena lengan kiri sahabat jahanamnya masih cacat, kasihan.

"Lo kemarin di kantin ngapain?" Ino bertanya, ia memoleskan lipstik pada bibir nya.

"Ya makan lah tolol, bayar berapa lo biar bisa masuk universitas."

"Dua juta, tapi gue nego jadi satu juta."

"Haha lucu. Lagian lo kalau gak bisa dateng kasih kabar biar gue gak kayak anak sinting diem aja di kantin."

Senyuman tolol terbit di wajah Ino yang baru saja di poles, si pirang nampak tidak keberatan dengan segala makian Sakura. "Ya maaf aja, wifi kampus cacat banget kayak tangan kiri lo hahaha!"

Bangsat!

"Lo pulang bareng bang Sasori?"

"Kagak, Abang gue sibuk."

"Iya lah, yang pengangguran kan lo."

BABI!

Kesabaran Sakura memang selalu di uji, namun ia harus ekstra sabar karena kondisi tubuh yang tidak memungkinkan, walau hati kecil nya sangat menginginkan melakban Mulu Ino dengan tisu toilet.

Keduanya telah selesai dengan urusan make-up, dengan rasa penuh tanggung jawab Ino membantu Sakura kembali ke kelasnya. Bagaimana juga ia adalah sahabat yang baik, dan Sakura akan dengan senang hati membiarkan Ino mendorongnya.

"Cepet sembuh dong, berat nih gue dorong dorong kursi roda lo." Keluh nya, Sakura meralat kalimat sebelumnya. Sahabatnya ini memang bajingan.

"Gak ikhlas lo?"

"Ya kali gue ikhlas. Ada upah nya gak?"

Benar benar biadab. "Lo kalau mau gue upah jadi babu gue lah."

"Ye sinting! Di kasih hati minta otak."

"Lah kenapa otak?"

"Ya lo gak punya otak tolol, hahaha."

.

Tidak mendapatkan pesan dari Sakura membuat Sasuke sedikit gelisah. Kelasnya telah selesai sedari sore dan lelaki itu masih tetap di kampus menunggu Sakura menghubungkannya, bukannya apa. Sasuke lah yang menjemput Sakura maka ia pula yang harus meluangkan Sakura, di tambah malam ini turun hujan.

Mata nya memicing ketika melihat Naruto dan Hinata yang duduk santai di pelataran gedung, Naruto tampak asik bermain gitar. Kaki nya melangkah ke arah keduanya setelah menerobos hujan.

"Weh Sas, belom balik lo." Naruto menghentikan petikan gitarnya.

"Lo satu kelas sama Sakura kan." Tanya nya langsung tanpa basa basi.

Hinata mengangguk sebagai jawaban.

"Sakura udah pulang atau belum? Gue chat dia gak di bales."

"Kita udah pulang dari jam enam tadi sore, gue gak tau dia kemana soalnya dia keluar duluan." Hinata menjelaskan. "Dia pergi sendiri btw."

"Aa. Thanks kalau gitu." Tanpa pikir panjang Sasuke pergi menunju gedung fakultas Sakura, sekarang sudah pukul delapan malam. Dan ia berpikir untuk memeriksa kelas Sakura terlebih dahulu.

Dan sial nya Sasuke tidak tau di mana kelas yang Sakura pakai saat melakukan mata kuliah. Mau tidak mau ia mulai mencari Sakura dari lantai satu. Melirik setiap kelas yang sudah gelap untuk mencari keberadaan gadis merah muda. Gedung fakultas dan ruangan kelas akan berhenti beroperasi pada pukul sembilan malam sebelum akhirnya gedung ini di kunci dan di matikan listriknya.

CEGIL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang