"Berapa total nya mas?" Tanya Sakura ketika mereka telah sampai di aula gedung seminar, bicaranya ia buat buat seakan ia adalah pelanggan sungguhan walau sebenarnya memang iya. Ia telat tiga puluh menit dari jadwal dan tidak peduli akan hal tersebut, Sakura lebih menikmati dua puluh menit perjalanan bersama Sasuke.
"Dua ratus ribu mbak."
"Bjirt mahal amat, ngerampok segitunya."
"Mobilnya beda soalnya Mbak."
Sakura menghela nafas pelan, "waduh mahal juga mas."
"Iya harus mahal, buat makan kita nanti."
Tanyakan keadaan Sakura saat ini juga! Gadis pink itu seakan hilang kesadarannya setelah mendengar ucapan basi dari Sasuke, walau sederhana dan sangat basi namun bagi Sakura itu adalah hal istimewa. "Ya udah, aku cicil seumur hidup aja ya." Ucap nya di sambung dengan tawa garing untuk menutupi rasa salah tingkahnya.
"Serius Sas berapa harga nya? Di aplikasi ga tertera harga nya."
"Ga usah, itung-itung traktir lo."
"Kenapa aku di traktir? Kamu ulang tahun kah?"
"Iya."
Jantung Sakura berdegup kencang, tidak pernah menyangka jika tebakan asalnya akan benar. "Eum, happy birthday. Aku ga inget kalau kamu ulang tahun sekarang."
"Aa. Terimakasih ucapannya."
"Aku belum siapin kado buat kamu tapi."
Sasuke hanya tersenyum tipis, sangat tipis hingga Sakura tidak menyadari hal tersebut. "Nanti pulang jam berapa?"
"Acaranya sih selesai jam dua belas."
"Oke, nanti gue jemput." Usai mengucapkan kalimat tersebut Sasuke masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Sakura dengan wajah memerah, bukan karena ucapan Sasuke barusan. Namun lelaki Uchiha itu menepuk pucuk kepalanya sebelum masuk ke dalam mobil, sialan Sakura ingin berteriak saat ini juga.
Gadis itu menjadi tidak fokus selama seminar, di otaknya mulai memikirkan banyak hal tentang wedding organizer, gedung pernikahan, hingga gaun apa yang cocok untuk mereka pakai nanti.
"Lo kenapa? Ngelamun aja." Ucap Hinata yang ternyata memperhatikan Sakura sejak tadi.
Sakura menghela nafas pelan, "kalau cowok nepuk pucuk kepala gue artinya dia mau nikahin gue kan?"
Raut wajah Hinata berubah drastis, gadis penuh drama di sampingnya dengan gelar Cegil tersebut benar benar membuatnya tak habis pikir. "Sinting, lo pikir aja sendiri."
"Tapi di pikiran gue iya dia mau ngajak nikah makannya gue tanya lo sebelum gue sewa WO."
Mereka berdua sama-sama mengambil jurusan psikologi namun mengapa Hinata kini merasa Sakura lebih cocok menjadi pasien, tingkat kewarasannya di pertanyakan kini. "Gak gitu deh, dia cuma pengen nepuk aja. Siapa tau di rambut lo ada nyamuk tadi."
"Beda njir, dia nepuk gue nya halus lembut penuh perasaan, gue yakin sih pasti dia ngajak gue nikah."
Tangan Hinata kini berada di atas kepala Sakura, mengusap pelan pucuk kepala si pinky yang terus mengoceh, ingin sekali ia menarik rambut Sakura dan meniup ubun-ubun nya agar kewarasan Sakura kembali. "Sekedar ngusap kayak begini juga gue bisa, ga usah gila deh. Ada aja gebrakan nya."
"Ah gak girl support girl lo."
"Suka-suka lo aja deh, gue juga gila kalau gue support lo dalam hal tolol itu."
.
Setelah hampir empat jam mendengarkan obrolan orang tua Sakura akhirnya dapat terbebas dari ruangan sesak yang penuh dengan manusia manusia ambis, mahasiswa psikologi di paksa untuk mengikuti seminar teknik pembangunan model belajar yang mana hal tersebut bukanlah ranah mata kuliah Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEGIL!
Hayran KurguCegil, itulah sebutan yang cocok untuk Sakura. Gadis yang mencintai Uchiha Sasuke secara gila gilaan, siap bersaing dengan gadis manapun yang mendekati crush nya. Ya! Sakura hanyalah satu dari seribu gadis yang menyukai Sasuke. "Sasuke! Kamu udah su...