where you are

875 107 32
                                    

Kejadian bulan lalu tentu saja mengguncang Sakura, pelaku pelecehan sudah di amankan pihak kepolisian. Sangat mengejutkan ketika mengetahui bahwa penyebar hoax tentang Sakura di lingkungan kampus adalah Pain, lelaki dengan tindik di wajah itu telah berhasil di amankan. Keluarganya tidak tau perihal keadaan Sakura, dan selama satu bulan pihak kampus telah bertanggung jawab dengan memberikan penanganan medis juga mental serta pengawasan intens terhadap perkembangan psikis dan mental Sakura.

Lupakan kejadian buruk, hal tersebut hanya akan membuat mu berada dalam bayang bayang ketakutan. Bukan berarti Sakura tidak waspada, gadis itu masih sering kali waspada ketika tidak sengaja bersentuhan dengan lawan jenis asing.

"Bun, aku baru tau kalau anak Tante Mikoto udah nikah." Celetuk Sakura, gadis itu tengah mengupas jeruk di meja makan. Ada satu kardus jeruk yang di bawa Ayahnya.

"Kamu aja jarang bergaul." Jawab Mebuki yang tengah memotong daging, "kenapa emang?"

"Enggak sih. Emang Bunda gak di undang?" Jujur Sakura penasaran akan hal ini.

"Di undang lah, Tante Mikoto undang semua temen arisannya."

"Ih kok bunda gak ajak aku!" Ia memprotes, kesal dengan Mebuki yang tidak mengajak Sakura ke pernikahan kakak Sasuke, ia memiliki segudang niat mencari perhatian calon mertua.

"Bunda udah ajak, tapi kamu bilang banyak tugas. Tante Mikoto aja nanyain kamu."

Siapapun tolong lempar Sakura ke parit sekarang juga, rasanya ia akan lompat indah begitu mengetahui bahwa Mikoto mencarinya, Sakura salting. Namun ia kesal juga karena tidak ikut, semua karena rasa galau nya setelah melihat postingan story Sasuke yang ternyata salah paham. Maybe we got lost in translation.

"Eh Bunda udah gak liat Sasuke lagi sebulan ini." Mebuki duduk di hadapan Sakura, ikut mengupas jeruk. Jeruk Mandarin yang rencananya akan di buat menjadi permen dan selai ini cukup merepotkan untuk di kerjakan sendiri.

"Sasuke praktikum Bun." Bohong, Sakura memang memutus hubungan timbal balik keduanya.

"Pasti susah banget sih kuliah arsitektur gitu, Bunda liat di TikTok mereka kayak bikin nirmana gitu."

"Itu DKV  Bun."

"Beda ya?"

"Beda Bun, jurusan aku juga susah tuh."

"Kamu keliatannya santai aja, nanti juga lulus."

Mungkin Bunda nya lebih suka Sasuke menjadi anaknya.

"Gpp sumpah gpp."

Daripada menjadi anak lebih bagus menjadi menantu bukan, begitulah pikiran random Sakura yang tentu saja ia Amini.

.

Ini adalah kesempatan emas untuk Sakura, Bunda nya memberikan kue jeruk untuk Mikoto, dan Tuhan sedang memberkati Sakura karena Mikoto meminta Sasuke untuk mengambilnya di Sakura, sejujurnya ia memiliki pemikiran dengan penuh percaya diri bahwa Bunda nya berusaha menjodohkan ia dan Sasuke. Membayangkannya saja sudah membuat Sakura tertawa geli sampai ingin gila.

Ia dan Sasuke sepakat untuk bertemu di kantin fakultas kedokteran, Sakura masih sedikit tidak nyaman berada di luar lingkungan fakultas kedokteran sejujurnya.

Kehadiran Sasuke di kantin kedokteran tentu saja bagaikan angin sejuk untuk mencuci mata, wajah tampannya selalu menjadi daya tarik yang memukau.

Tidak sulit untuk menemukan kehadiran Sasuke, Sasuke selalu mencolok walau hanya mengenakan pakaian biasa. Sakura berjalan ke arah lelaki tersebut sambil menenteng kotak kue untuk Mikoto.

CEGIL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang