Chapter 9

19 2 0
                                    

Author's POV

Tepat tujuh tahun lalu, keluarga Gallan mengadopsi seorang anak disalah satu panti asuhan dengan kapasitas anak yang membludak melebihi jumlah seharusnya, Ayah Gallan mengadopsi seorang anak laki-laki yang direkomendasikan oleh kepala panti. Dan dengan membayar biaya asuh yang cukup tinggi ia kemudian bisa membawa anak itu pulang.

Ayah Gallan sedikit bingung saat melihat kondisi fisik anak itu yang terlihat mengerikan, tubuh kurus tak terawat seperti tulang yang dibalut dengan kulit, rambut panjang berantakan dan kusut hingga pipi yang sangat tirus. Sungguh memprihatinkan.

"Siapa nama mu?"

"Nomor 98."

Anak itu hidup dengan tak memiliki apapun, bahkan nama. Ayah Gallan tersenyum kecil dan mengelus kepala anak itu, "Mulai sekarang nama mu Alexander Noah."

Begitulah cerita singkat diangkatnya Noah menjadi bagian keluarga Gallan, anak kecil yang semula seperti tengkorak berjalan kini tumbuh menjadi laki-laki yang sehat. Jika pengurus panti yang dulu melihat Noah yang sekarang, bisa dipastikan mereka tak akan mengenali anak yang mereka beri nama 'Nomor 98'.

Faktanya adalah, Kai kehilangan seorang Ibu, Rakel kehilangan seorang saudari dan Noah yang tak pernah kehilangan. Karena sedari awal Noah tak memiliki apapun.

Saat melihat Ayah Gallan yang memperlakukan nya dengan baik, Noah merasa seperti menjadi 'Manusia', namun semua itu hancur ketika sosok Rakel muncul dihadapan nya dengan melontarkan kata-kata tak suka, berbicara bahwa ia tak akan bisa menggantikan posisi seseorang.

Noah sangat sedih ketika mendengar kabar bahwa ia akan dilempar kembali ke panti asuhan, tempat dimana ia diperlakukan sebagai hewan ternak. Hanya perjanjian 'itu' yang mampu menyelamatakan Noah, dan saat ini ia harus menepatinya.

Dua hari setelah kedatangan Noah, segalanya sudah diatur oleh keluarga Gallan. Dimulai Noah yang sudah terdaftar sebagai murid disekolah yang sama dengan Rakel, kini dimalam hari Rakel mengajak Noah untuk datang ke rumah seseorang.

Mengetuk pintu beberapa kali hingga sang pemilik rumah keluar, "Oh? Rakel, tumben dateng ke sini malam-malam."

"Aku mau bicara, Kak." Seseorang itu adalah tak lain dan tak bukan adalah Kai.

Melirik seseorang yang berdiri dibelakang Rakel, Kai mengerutkan dahi nya karena tak biasanya Rakel membawa orang datang ke rumah nya. "Masuk aja..." tak ingin berpikir yang aneh-aneh, Kai mempersilahkan dua orang itu masuk.

"Dimana Paman Jo?"

"Keluar buat ngerokok," Ujar Kai, "Maaf rumah nya kecil..." ia merasa tak enak ketika laki-laki yang dibawa oleh Rakel kini tengah sibuk melihat-lihat keadaan rumah nya. Sedikit tertawa kecil karena Rakel langsung menyikut perut laki-laki itu, "Behave."

Mereka bertiga duduk disofa yang ada diruang tamu, "Kenalin ini Noah, sepupu ku." Kebohongan yang diucapkan Rakel membuat Noah memasang ekspresi tak senang, siapa yang sepupu siapa? Ia hendak protes namun tak jadi ketika merasakan cubitan kecil dipunggung nya.

Kai mengangguk dan tersenyum, ia tak tahu bahwa Rakel memiliki seorang sepupu laki-laki. "Aku Kailin, salam kenal..."

"Nama lu kayak perempuan." Bukan nya membalas jabatan tangan Kai, Noah malah berkomentar yang lagi-lagi membuat Rakel harus mencubitnya, setelah itu Noah buru-buru membalas jabatan tangan yang disodorkan kepada nya.

Mereka bersalaman selama beberapa detik.

Mendengar aksen Amerika yang kental, Kai yakin bahwa Noah tinggal di luar negeri.

"Mau minum apa-"

"Aku mau tinggal di Amerika untuk sementara waktu." Rakel adalah orang yang payah dalam berbasa-basi, mengabaikan tawaran minum dari Kai-laki-laki itu berbicara langsung ke inti membuat si tuan rumah terkejut bukan main. Noah bisa merasakan kesedihan yang ada didalam kalimat Rakel.

Makan Malam Bersama AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang