Chapter 10

17 1 0
                                    

Author's POV

Tak seperti Rakel yang pendiam dan selalu menempel pada Kai, Noah memiliki kepribadian yang berbeda dan mulai berbaur dengan siswa lain. Dalam satu bulan ini lelaki itu sudah beradaptasi dengan lingkungan baru nya. Kai menjadi seidikit iri pada sepupu Rakel itu.

Banyak yang menyangka bahwa Noah adalah alasan utama Rakel pindah ke luar negeri, dan Noah sama sekali tak menyangkal atau mengiyakan tuduhan tersebut. Seperti ditulis pada pengenalan karakternya, 'Noah doesn't give a shit'.

Noah duduk dibangku yang ditempati Rakel sebelumnya, tepat disamping Kai. Karena Noah kini menjadi teman sebangku nya, ia terkadang memerhatikan lelaki itu yang suka sekali tidur ketika jam pelajaran dimulai.

Noah selalu tidur saat jam pelajaran, jika pelajaran matematika maka ia akan bolos, jika itu pelajaran olah raga dan jasmani Noah menjadi murid nomor satu yang paling semangat-saat prakter lari jarak jauh, Noah mencemooh semua murid dikelas karena menurutnya semua murid kecuali ia berlari dengan lamban seperti siput, terbukti dengan nya yang mendapat peringkat satu dimateri praktek.

Menurut Kai, Rakel adalah lelaki yang memiliki kekuatan fisik yang mumpuni dibanding seumuran nya, dan saat ini Noah bahkan melebihi Rakel.

Walau fisik Rakel sangat unggul, namun dengan diam nya lelaki itu menjadikan nya siswa yang biasa saja dipelajaran apapun. Berbeda dengan Noah yang suka menertawakan kelemahan orang lain, kini ia terlihat seperti berandal.

Seperti sekarang, saat sekolah melakukan inspeksi dadakan, ditemukan sekotak rokok ditas milik Noah-akibatnya ia dihukum untuk berdiri dilapangan sembari berpose hormat kepada tiang bendera, para siswa yang pernah diejek oleh Noah dengan sangat antusias menonton lelaki itu dihukum dari balik jendela.

Inspeksi dadakan memang menyebalkan bagi banyak murid, namun baru kali ini mereka menyukai nya.

Kecuali Kai, semua orang dikelas nya senang melihat Noah dihukum dan dipermalukan dilapangan, itu adalah akibat dari Noah yang sering membuat onar dan mengganggu murid lain.

Selain hormat ke tiang bendera, pada jam istirahat Noah diberikan tambahan hukuman untuk membersihkan toilet. Kai merasa hukuman tambahan itu tak diperlukan, karena jam istirahat harusnya dipakai Noah untuk makan dan mengganti baju nya yang basah akan keringat karena dua jam dijemur dilapangan.

"Noah, kamu nggak perlu bersihin toilet." Kai menghampiri Noah yang kini sedang sibuk memilih alat kebersihan digudang, "Mending kamu ganti baju dan makan."

Mendengar ada yang menyebut namanya Noah menoleh, ia menghela napas kecil ketika melihat Kai yang berdiri di ambang pintu. "Punishment is a punishment."

"Kebiasaan dihukum ya?" Kai tersenyum kecil, "Kita belum kenalan lebih dekat, loh." Ujarnya sembari ikut memilih alat kebersihan, ia berniat membantu Kai dalam menjalani hukuman nya.

Noah mengerutkan dahi nya, jika dipikir-pikir benar adanya bahwa mereka hanya tahu nama masing-masing. Noah menolak bantuan dari Kai karena merasa bahwa ini adalah hukuman nya dan bukan hukuman Kai, namun yang lebih tua sangat keras kepala-jadilah kini mereka bersama mengepel lantai toilet yang dipenuhi oleh lumut dan kerak.

"Jadi, sekarang kamu tinggal sama orang tua Rakel karena orang tua mu diluar negeri?"

"Hm." Jawab Noah singkat, awalnya ia pikir bahwa Kai akan menanyakan ini itu prihal Rakel yang pergi, namun sebaliknya ia merasa bahwa Kai benar-benar ingin mengenalnya lebih jauh. Menggaruk dengan tangan nya yang kotor, bibir Noah gatal karena sedari tadi ia berbohong tentang identitas nya.

"Kamu memang suka merokok, ya? Sejak kapan kamu mulai merokok?"

Noah terlihat berpikir, ia sedikit lupa pertama kalo ia menghisap benda bernikotin tersebut. "Sejak.... kecil kali ya? Lupa."

Makan Malam Bersama AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang