Author's POV
Jenna tersenyum puas ketika melihat Noah tak lagi duduk bersampingan dengan Kai, lelaki dengan warna mata abu-abu itu kini lebih memilih duduk dengan anak aneh lain dibarisan paling belakang.
Ujian minggu ini akan diadakan dengan Kai yang kini menyendiri, Rakek yang dahulu selalu menempel padanya sudah tak ada, orang yang seharusnya menggantikan Rakel sekarang malah membuang nya.
Noah telah membuang Kai, dunia telah berbalik, parasit telah meninggalkan inang nya.
Kertas soal mulai dibagikan diikuti dengan lembar jawaban.
Dua puluh menit berlalu, Jenna sedang berpikir keras untuk menyelesaikan soal-soal rumit itu, ah sial! Semua soal yang keluar sudah Jenna pelajari namun mengapa ia masih kesulitan dalam memilih jawaban.
Jenna tak berhenti untuk mencorat-coret kertas kosong yang disediakan untuk membantu murid dalam menghitung.
"Saya sudah selesai."
Jenna melebarkan kedua matanya ketika mendengar suara itu, siapa? Siapa yang telah selesai mengerjakan?
"Ah..." Menghela napas pelan ketika melirik Kai yang kini mengangkat tangan kanan nya.Gila, anak itu pasti mengisi lembar jawaban dengan asal! Jenna yakin itu.
"Kamu yakin? Baru dua puluh menit loh ini, periksa sekali lagi jawaban mu." Ucap pengawas didepan.
"Sudah saya cek tiga kali, boleh saya keluar?" Peraturan nya adalah siapa yang selesai mengerjakan bisa keluar dan menunggu ujian mata pelajaran yang kedua.
Setelah pengawas mengiyakan, Kai bangun dari duduk nya dan mengumpulkan kertas jawaban serta soalnya ke depan setelahnya ia melangkah keluar kelas, sepertinya ia akan menunggu mata pelajaran selanjutnya dengan duduk ditaman atau diperpustakaan.
"Saya juga udah selesai, Pak!"
"Saya juga, Pak!"
Mikhail dan Noah tersenyum puas dengan lembar jawaban yang sudah mereka isi lima menit yang lalu, sepertinya nilai tak diperlukan dihidup mereka. Sama seperti Kai, lembar coretan matematika mereka bersih tak terlihat coretan pulpen.
"Gas kantin?"
"Gas."
Noah dan Mikhail lekas bergegas mengumpulkan lembar jawab dan berlari keluar tanpa mengatakan apapun lagi pada pengawas, mereka berencana untuk menghabiskan waktu dikantin.
Mikhail berkata bahwa ada makanan yang sangat direkomendasikan. Hari ini mereka libur merokok
"Jangan bilang siapa-siapa kalau gua nggak bisa naek sepedah."
"Tenang, gua gak punya siapa-siapa." Mikhail menepuk pundak Noah keras sembari mengunyah makanan dimulutnya.
.
.
.
.
.
."Paman Qian?"
"Halo,"
"Kenapa paman ada disini?"
Qian mengusap pucuk kepala Kai sembari tersenyum, "Pak Jo minta saya untuk gantiin dia di rapat wali murid." Ujar nya jujur.
Satu jam yang lalu ia datang ke sekolah ini untuk menggantikan Johan sebagai wali murid Kai, tak disangka saat ia hendak pulang ia bertemu dengan Kai dikoridor sekolah.
"Kenapa?"
"Hm?"
"Kenapa bukan ayah yang dateng?"
Qian menghela napas nya kecil dan mensejajarkan tinggi nya dengan Kai.
"Pak Jo cuma minta paman gantiin dia aja, dia nggak bilang alasan nya." Sebenarnya Qian tak bertanya alasan Johan meminta nya untuk melakukan ini, ia khawatir pertanyaan nya akan membuat Johan tak jadi memintai nya tolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Makan Malam Bersama Ayah
RandomIni bukan tentang makan malam, ini juga bukan tentang apa yang dimakan. Tapi, ini tentang rasa yang belum pernah terungkapkan dan tak bisa diungkapkan antara dua insan yang terhalang oleh ego mereka sendiri. Rasa gengsi, canggung, benci, sayang dan...