Assalamu'alaikum semuanya 🤗
Gimana nih, kabarnya?Sebelum baca ceritanya kalian panggil aku 'Moona' aja yaa. Terus aku panggil kalian 'Mooners' yaaa...
Bantu komen di setiap paragraf nya🙌
Bismillahirrahmanirrahim ...
~•Happy Reading•~
•
•
•
"Bersabarlah dengan ujian-Nya, dan akan tiba saatnya dimana pelangi itu datang dan membuatmu banyak bersyukur kepada-Nya, dengan semua yang telah terjadi terhadapmu."
_NOBLE IDEALS_
****Semuanya pun telah berkumpul kembali di ruang tamu ndalem. Melanjutkan pembicaraan yang tadi sempat tertunda. Firah hanya bisa diam-menyimaknya dengan baik. Karena tidak ada hal yang harus ia utarakan ataupun diungkapkan.
Namun, pembicaraan itu buyar di kala ada dua lelaki yang mengucap salam.
"Assalamu'alaikum," ucap keduanya berbarengan."Wa'alaikumussalam," jawab semua orang yang ada di sana.
Keduanya pun menyalami sang Abi dan Umi-nya tak lupa pada orang yang di sana. Kecuali sama Bu Urwa dan Firah keduanya menangkupkan tangannya di depan dada.
"Eh ... Bas, kapan kamu pulang? Terus kenapa bisa bareng sama Abang mu?" tanya Kyai Razi pada sang anak bungsu.
"Barusan, Bi. Terus di saat mau menuju ke sini. Abbas ketemu sama Bang Aris. Jadi, walhasil kita barengan sampai rumahnya," ucap Abbas menjelaskan apa yang dipertanyakan sang Abi kepadanya.
"Ouh gitu, terus kalau kamu kenapa, Bang? Biasanya juga pulang ke ndalem gak pernah telat?" tanya Kyai Razi sembari berpindah menatap pada sang putra.
"Ouh itu, kalau Abang ... Habis menyimak para santri yang kena ta'jir. Terus pulangnya Abang keliling pondok putra dulu ... Hanya sebentar. Dan berakhir pulang ke ndalem terus dipertengahan menuju ke sini bertemu sama Abbas. Gitu Abi," papar Gus Wasim pada kyai Razi. Sang Abi mendengar penjelasannya pun langsung menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah, Aris mau ke kamar dulu ... Abi, Umi, semuanya. Assalamualaikum," pamit Aris dan berlalu menuju ke kamarnya.
"Iya, silakan. Wa'alaikumussalam."
'Ternyata, dia ... putra Kyai Razi. Aduhh! Mampus! Baru aja masuk pondok. Tapi, malah dibuat malu sama diri sendiri. Kena hukuman tahu rasa kamu, Fir.' Firah bermonolog dalam hatinya dengan raut khawatir.
***
Kini, tiba saatnya Pak Basir dan Bu Urwa akan pulang. Begitupun dengan Pak Ariz juga sekretarisnya. Mereka berdua masih ada pekerjaan yang harus diurus. Walaupun Kyai Razi menawarkan mereka untuk menginap satu malam di sana. Tapi, mereka menolaknya dengan suatu alasan. Akhirnya Kyai Razi pun membiarkan mereka pulang.
Di suasana itu, Firah tak kuasa menahan bendungan bulir bening yang tengah menumpuk di kelopak matanya. Mungkin satu kedipan saja, kristal itu akan jatuh.
Ini kali pertamanya dia akan berjauhan dengan orang tuanya. Semoga saja, dia bisa betah berada di pesantren. Lagian, di sini juga banyak kebaikannya. Itu juga untuk dirinya sendiri, bukan orang lain. Dia berusaha untuk tegar di saat kedua orang yang disayangnya pamit kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOBLE IDEALS [On Going]
Spiritual[Follow dulu sebelum membaca,ya?! 😇🤗] Zhafirah bercita-cita ingin menjadi seorang penghafal Al-Qur'an dan melanjutkan kuliah di kota Madinah, tetapi orang tuanya tidak punya biaya dan sekolahnya pun di keluarkan akibat beberapa bulan bulanannya be...