10

9 4 0
                                    

Langkah airi menyusuri setiap lorong yang sepi terdengar nyaring, hingga siswa dari kelas kelas yang dilewati nya menoleh keluar dari jendela.
Seketika kelas menjadi ricuh dengan bisikan bisikan hinaan untuknya

"Anak anak tolong tenang! Kerjakan tugas kalian!" Teriak seorang guru melihat kondisi kelasnya yang ricuh

"Dengar! Hei..Apa yang kalian liat, perhatikan saya menjelaskan" Ucap guru lain di kelas yang berbeda

Tok tok tok... Suara papan tulis di ketok
"Alvin tutup pintunya"

"Silence pliss! kenapa ribut sekali, apa yang kalian liat? tingkahnya sangat tidak patut untuk dicontoh, sangat buruk! saya nggak mau tau, jangan sampai kejadian ini terulang. Ntah bagaimana sekolah akan menjelaskan sama orang tua seren" Ucap guru lainnya dikelas terakhir yang airi lewati

Cih... Umpat Airi

Airi mengetuk pintu ruang bk yang disana telah berada buk arna, kepala sekolah dan orang tua dari seren

"Masuk" Titah bu arna

"Duduk dulu Airi" Lanjutnya

Plak... Satu tamparan mendarat mulus dipipi Airi sebelum sempat ia menduduk kan diri "Hoo jadi kamu anak berandalan yang sudah memukul putri saya, dasar j****g betina" Teriak marah seorang wanita kisaran umur empat puluhan, mamanya seren

Kepala sekolah segera memegangi areta, mamanya seren yang kehilangan kendali "tenang dulu nyonya areta, ini sekolahan nyonya. kita dengarkan dulu penjelasan dari Airi"

"Apa lagi yang harus didengarkan buk? semuanya sudah jelas! Anak b*j***an ini telah melukai putri saya" Teriak nyonya areta menarik kera baju Airi, namun segera dilerai kembali oleh bu arna

"Kamu lihat saja, akan saya laporkan ini pada polisi, kamu tidak akan lolos dari saya" Lanjut nyonya areta mendudukkan diri

"Airi duduk dulu! Saya sudah mendengar ceritanya dari seren. Sekarang jelaskan pada saya, Kenapa kamu melakukan ini?" Ucap bu arna menatap Airi tajam

Airi tersenyum sinis sesaat "aku tau ibu juga seorang manusia, jadi apa yang akan ibuk lakukan kalau ada seseorang yang sengaja menyiramkan air panas ke badan ibu?"

"Kau,... "
"Jangan berbelit belit Airi" Ucap kepala sekolah memotong ucapan nyonya areta

"Aku sedang makan bakso dikantin, dia datang menendang mejaku. Kuah bakso itu mengenai badanku. Apa anda mau melihat badanku yang melepuh? " Ucap Airi hendak membuka kancing seragam dengan tampang datarnya

"Tidak mungkin putriku melakukan itu! Kau memfitnahnya, j****g." Nyonya areta mendorong bahu Airi

"Mohon tenang nyonya areta"

"Baiklah... Ayo kita lihat, luka siapa yang lebih parah" Airi mengangkat seragamnya memperlihatkan perutnya yang telah memerah, sangat jelas karena kulit Airi yang putih dan juga terlihat sangat lebar

"Mungkin saja putriku tidak sengaja. Tapi dia... Dia sengaja memukul putri ku dengan bangku sampai ia pingsan. Aku tetap akan menuntutmu" Ucap nyonya areta tak Terima

"Baiklah.. Anda bisa melakukan apa yang anda mau. aku rasa orang seperti anda tidak terlalu memperhatikan reputasi keluarga anda. Karna yaa... Jika diselidiki lebih lanjut. Tidak ada masalah apa apa pada putrimu. Dan saya rasa, luka di tubuh saya ini juga nggak bakal sembuh dalam hitungan 3 hari kedepan. Jadi silahkan saja" Ucap Airi Santa. Ya tentu saja Airi telah memperhitungkan sebelumnya. Dia telah meminta roni untuk melihat kondisi seren dirumah sakit. Dan kondisi sudah baik baik saja, hanya ada memar di punggung gadis itu.

"Kau tidak tau siapa keluarga brata itu gadis bodoh! Aku bisa melakukan apa saja demi putriku, apalagi hanya gadis berandal seperti kamu. Kau lihat, Bahkan orang tuamu saja tak sudi datang kesini membela mu" Hardik nyonya areta

"lakukan saja nyonya brata yang terhormat. Kita lihat siapa yang akan mendapat masalah nanti" Ucap Airi

"Airi jaga sikap mu" Tegur bu arna
"Begini nyonya areta, saya selaku kepala sekolah meminta maaf atas semua kejadian yang melanda putri anda untuk hari ini. Tapi setelah mendengar pengakuan dari airi, saya bisa menyimpulkan ini hanya perkelahian antar siswi, dan bukan pembulian, nyonya. Jadi tidak perlu melibatkan polisi dalam hal ini. Toh anda juga bisa melihat kalau Airi juga terluka, dua duanya juga terluka nyonya" Jelas kepala sekolah

"Omong kosong, anda tidak bisa membela orang yang salah dong bu candra! Jelas jelas dia udah mukul putri saya"

"Saya paham masalah nyonya. Tidak ada yang akan Terima putrinya terluka nyonya. Tapi anda juga bisa melihat bagaimana luka di tubuh airi bukan? Saya tadi juga telah melihat luka seren nyonya. Dan saya rasa, mereka punya luka masing masing, jadi kalaupun nyonya melaporkan ke polisi, ini akan tetap dianggap pertengkaran dua orang siswi" Jelas buk candra selaku kepala sekolah

"Saya tidak percaya anda akan berpihak pada gadis berandal ini, ibu candra! Anda tidak ingat? Suami saya lah yang menjadi donatur terbesar bagi sekolah ini. Kami bisa saja menghentikan itu semua kalau anda lupa" Hardik nyonya areta

"Mohon maaf nyonya areta, kami tidak memihak siapa siapa nyonya. Ini semua juga untuk kebaikan bersama. Nyonya tenang saja, kami akan memberi hukuman yang berat untuk airi nyonya."
Jelas bu arna

Kling.... Suara notifikasi di HP nyonya areta mengalihkan perhatiannya.
"Baiklah kalau begitu, saya tunggu kabar tentang hukuman berat untuk gadis berandal ini. Saya permisi" Ucap nyonya areta mengambil tasnya lalu keluar dari ruangan itu

"Hati hati nyonya" Ucap bu arna sebelum kepergian nyonya areta

"Dan kamu airi! " Bu areta menekan ketiga kata itu

"Sudah saya bilang jangan macam macam. ingat airi, kamu itu seorang siswi, apalagi anak baru. Sekolah itu buat belajar, nggak cuma belajar ilmu pengetahuan tapi juga adab. Nggak pantas kamu berlaku kayak berandalan seperti itu." Omel bu arna

"Sudah saya ingatkan berkali kali, tolong jangan buat ulah. Mau jadi apa kamu? Tiap semester pindah sekolah, Tiap tahun kena do." Lanjutnya

Airi hanya diam di tempat, pikirannya berkelana ntah kemana "Airi, saya tau kamu murid yang pintar, apa susahnya jalani saja pembelajaran kamu dengan baik? Cari teman bukan musuh. Kamu itu sudah kelas dua belas, sebentar lagi mau lulus. Mau jadi apa kamu kedepannya? " Ucap Buk candra ikut memberi nasehat

"Kamu dengar itu Airi, jangan mentang mentang sekolahan ini milik papamu. Kamu bisa berlaku se enaknya saja. Kalau bukan karna pak giotama yang meminta untuk menyelamatkan kamu, saya juga malas buat ngurus ini. Karna asal kamu tau, meski banyak anak anak nakal disekolahan ini, selama saya menjadi guru bk, tidak ada satupun kasus yang hampir membawa siswanya ke jalur hukum. Dan kamu....?" Lanjut bu arna

"Sudahlah buk arna, kita jangan bahas itu lagi. Saya juga tidak mau nama sekolahan ini tercemar hanya karna oknum oknum sepertinya." Ucap bu candra

"Sekarang kamu harus mendapat hukuman. Saya tidak akan men skors kamu, karna saya tak bisa jamin kamu akan berubah jika dirumahkan. Hukuman kamu yaitu....Kamu harus datang pagi ke sekolah dan gantikan tugas pak budi selama sebulan penuh untuk membersihkan seluruh sekolahan ini, tanpa terkecuali. Kedua, jika setelah jam masuk berbunyi, dan kamu belum selesaikan tugas itu, kamu harus lari keliling lapangan 20 kali dan menulis rasa bersalah dibuku isi 40. Ketiga, kamu tidak boleh bolos sekalipun dari kelas. Ke empat, kamu harus ikut satu ekstrakurikuler yang ada disekolah ini. Dan yang terakhir, kamu harus minta maaf sama seren. Kamu ingat semua tugasmu. Kalau kamu berani melanggar, saya nggak akan segan bicara pada papamu untuk mengirimkan kamu kepesantren dipelosok. Karna apa? Karna disana saya yakin hidup kamu tidak akan seburuk sekarang ini. Ingat Airi, saya akan memantau kamu"

"Kenaoa diam saja, apa kamu mengerti Airi? " Lanjutnya menaikkan suara

"Ck.. Tanpa anda jelaskan panjang lebar, saya bahkan telah mengerti sedari awal." Balas Airi malas

"Apa yang kamu mengerti Airi? " Imbuh bu arna

"Yang saya mengerti? Anda tau, saya mengerti dan sangat paham bahwasannya tidak akan pernah ditemui keadilan dimana pun. Termasuk oleh orang yang mengajarkan dan mengangung agungkan keadilan tersebut" Diakhiri senyum sinis airi.

Mata airi tak sengaja bertemu dengan mata elang milik seseorang  saat keluar dari ruangan BK. Namun airi segera beranjak pergi menyisakan nya dengan tatapan yang tak dapat diartikan

27 FEBRUARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang