"Lo nggak bisa ngebut apa? Lelet amat" Ucap Airi yang mulai jengah dengan Alta yang sedari tadi hanya membawa motornya pelan, sangat pelan
"Bisa, mangkanya dari tadi gue bilang. Lo nya pegangan, lo nya ngeyel sih. Gue nggak mau tanggungjawab kalau kalau ntar lo kejungkel"
" Alasan lo, bilang aja lo emang penakut bawa motor, mangkanya kalah" Ledek Airi memukul bahu Alta
"Lo ngomong apa? Nggak kedengaran" Teriak Alta
"Budek, lari motor nggak seberapa sok lo" Umpat Airi
"Iya nggak kedengaran, soalnya suara perut lo bising amat, laper ya lo? " Ucap Alta spontan membuat Airi memegangi perutnya. Sial...
"Kalau laper ma makan, jangan malah ngoceh" Lanjutnya
"Bacot, udah buruan" Airi memukul pelan punggung alta untuk menghilangkan canggung
"Eh eh, malah berenti, abis bensin lo? " Ucap Airi saat alta tiba tiba memberhentikan motornya
Tak menghiraukan celotehan gadis itu, Alta melepas helm nya dan turun
"Motor elit, bensin sulit. Eh mau kemana lo? "
"Lo laper kan? Makan dulu, ngoceh aja lo dari tadi" Senyum kecil terbit dibibir Alta saat mendudukkan diri di sebuah bangku penjual bakso kaki lima. Bagaimana tidak, gadis yang ia tau pendiam itu ternyata bisa cerewet juga
Airi menyipitkan matanya curiga mendekati Alta "kesambet apa sih lo banci? Tadi nawari pulang, sekarang ngajak makan? Haa gue curiga lo ada niat Terselubung"
"Lo lucu kalau lagi ngoceh kek tadi, jangan jadi sangar lagi dong, nambahin jelek muka jelek lo." Bukannya menjawab, Alta malah membuat Airi semakin curiga.
Airi duduk dua bangku disamping Alta "gue bisa baca pikiran orang! Gue tau li ada niat nggak baik ke gue! Ngaku lo! "
Alta tak hentinya tersenyum aneh "Neting aja lo, jelek. Lagian kalau lo nggak mau makan ya udah, duduk aja disitu, tontonin gue makan. Kagak usah aneh aneh tu pikiran. Lagipula kalau gue mau macam macamin elo, kagak di tempat rame juga kali. Gue masih waras. "
"Mang, baksonya satu ya" Lanjut Alta memesan memesan bakso"Satu aj den?" Tanya tukang bakso saat melihat mereka berdua
"Iya mang, yang di sebelah saya makannya kembang"
"Demit atuh den, cantik cantik masa dibilang demit"
"Cantik apa nya mang, jelek kayak mak lampir gini dibilang cantik"
"Ah si aden bisa aja, berantem jangan lama lama atuh den, nggak baik"
"Iya mang, yang disebelah kagak peka peka mang, capek saya"
"Yang sabar den, cewek emang gitu. Kadang manis kadang asem"
"Dia mah asem terus mang, kagak pernah manis"
"Adeh si aden. untung bini saya ada manisnya den, walaupun banyak asemnya heheeh."
"Curhat mang? "
"Hehehe bagi pengalaman aja den hahaha" Gelak tawa mereka berdua mengundang cekikikan dari para pembeli lainnya yang sedari tadi mendengar pembicaraannya mereka
Kruuk krruk... Suara perut Airi membuat penjual bakso itu menoleh "Neng yakin nggak mau pesen, neng? Malam malam enak lo ini makan yang anget anget"
"Hmmm enak banget mang, gurih... Pedas.. Enak deh pokoknya" Ucap Alta memanas manasi Airi
Airi menelan ludahnya kasar, huaa dia tak tahan "satu aja bang" Ucap Airi akhirnya setelah peperangan dengan egonya
"Gitu atuh, jangan kebanyakan gengsi neng. Ntar makan bunga beneran, mau"
Airi hanya diam melototi Alta yang cekikikan meledeknya
Setelah selesai dengan perbaksoan itu, Alta kembali mengantar Airi kerumahnya. Tak ada lagi percakapan antara mereka kecuali ucapan terimakasih Airi. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing.
Airi membuka kunci rumah. Ia mendapat kunci duplikat rumah itu dari satya, karena sebelumnya ia sering dikuncikan diluar oleh saudara saudaranya yang lain
Memasuki rumah, yang ia dapati hanya gelap, wajar saja pikirnya, karna ini sudah jam 10 malam
"Kemana saja kamu" Ucap suara bariton setelah tiba tiba lampu ruangan itu hidup sendiri
Seorang yang duduk di sofa dekat TV itu, berdiri. " Jawab" Teriaknya.
"Rumah temen" Jawab Airi pelan
Surya berjalan mendekatinya. Plak.... Sebuah tamparan keras dipipi Airi membuatnya oleng dan terjatuh ke lantai
"Rumah teman? Anak kurang ajar, jam segini baru pulang. Kau pikir rumah ini hotel yang bisa kau masuki kapan aja ha?"
Airi bangkit dari posisinya, menghapus darah disudut bibir kirinya, kemudian berdiri dengan wajah datarnya
Plak... Tamparan kedua kembali menghujaninya, namun kali ini dia tak terjatuh.
"Kembali membuat onar di sekolah, mukulin orang, bolos, dan hampir saja masuk penjara. Kalau bukan karna nama baik sekolah saya taruhannya, tidak akan sudi saya bela belain buat nyelamatin kamu. Cuih.....Dasar anak tak berguna. Mau kamu apa ha? merusak citra keluarga giotama? asal kamu tau, karna ulah bodohmu itu, aku terpaksa membuat kerjasama dengan keluarga brata bodoh itu. Semua kerugianku itu karna kau, dasar pembawa sial. Jangan mentang mentang ayah saya memberi Kamu nama giotama, kamu bisa seenaknya merusak keluarga saya. Nggak bakal saya biarkan kamu kembali menghancurkan keluarga Saya. Saya malu punya anak kayak kamu"
"Kenapa ngga biarin saya masuk penjara aja? Kenapa anda peduli? Saya anak anda? Sejak kapan anda peduli tentang apa yang saya kerjakan? Dan Jika anda takut saya akan merusak nama baik kelurga yang Anda angung angungkan itu, anda tenang saja. Meskipun saya kenapa kenapa, tidak ada yang akan peduli dengan itu. Jadi buat apa anda takut?"
"Kurang ajar".. Plakk... " Anak bajingan. Kalau bukan karna janji saya sama ayah saya, sudah saya usir kamu dari sini, siapa yang sudi tinggal dirumah sama orang yang tak tau aturan seperti kamu"
"Begitu? Kita sama, kalau bukan karna janji saya pada kakek, sudah lama saya tinggalkan neraka ini"
"Neraka kau bilang" " Terimalah neraka pilihanmu ini" Surya melepas ikat pinggangnya dan mencambukkan nya pada airi
Rasa manis darah menjalar dimulut saat Airi menggigit bibir bawahnya guna meredam rasa sakit dari pukulan demi pukulan surya
Tanpa ampun, surya mencambuk Airi dengan ikat pinggangnya. Setelah tak terlihat pergerakan dari Airi, surya meninggalkan tubuh remuk Airi dilantai dingin itu
Langkah kakinya meninggalkan Airi masih dapat airi dengar.
seperti sebuah nyanyian kesunyian yang perlahan hening,
tersisa denting demi denting jarum jam dan hembusan dinginnya angin malam.
Fiuuu... Suara seruling alam menerpa helai hijau yang melambai.
Tik....tok.... tik....tok... Irama itu... Gemuruh suara saut menayaut pun mulai terdengar diujung cahaya yang ikut menjadi saksi kala Nyanyiannya semakin pilu.
tetesan bening itu perlahan jatuh. Makin deras.. Kian deras, bagai luapan air bah.
Kemudian perlahan menyusut sedikit....,demi sedikit ulah udara yang kembali gersang.Itu.... Dan untuk kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
27 FEBRUARI
Teen Fiction* yang cengeng jangan baca! "Woi jelek..... Gue cinta sama lo" Ucap alta spontan Orang yg di panggil itu hanya diam di balik Hoodie yg ia gunakan hingga hanya terlihat bibirnya ke bawah Keliatan manis emang.... " Tapi bohong" Ucap alta selanjutnya...