25. Jauhi Putriku

1.2K 42 0
                                    

Tinggal beberapa minggu lagi menuju ujian kelulusan Xanthus International School, hari ini adalah Try Out pertama yang akan berlangsung di kelas XII MIA 1 Unggulan. Karena hal itu, semua murid Xanthus International School belajar untuk Try Out.

Try Out akan dilaksanakan 10 menit lagi. Mereka masih diberikan kesempatan untuk mempelajari materi yang telah dipelajari sebelumnya.

"Devansha mana sih, Try Out udah mau mulai" gerutu Shea karna Devansha belum kembali ke kelas.

Shea kemudian kembali sibuk dengan bukunya sama dengan murid lain yang sibuk berkutat karena belajar. Hingga selang dua menit, Devansha masuk ke dalam kelas dengan napas yang memburu dan jangan lupakan bibirnya yang sudah berdarah karna berkelahi dengan Kenzie.

"Huh~"

Devansha berjalan lesu menuju kursi Shea. Shea yang masih sibuk dengan bukunya kemudian menoleh pada Devansha yang menarik kirsi untuk duduk disampingnya.

"Bibir kamu kenapa berdarah?" Tanya Shea khawatir.

Laki-laki itu mengernyitkan dahinya, "berdarah?" Tanyanya balik pada Shea.

Jelas membuat Shea emosi. "Terus kamu pikir aku nanya buat apaan?!"

"Tadi kamu berantem sama Kenzie?" Tanya Shea karna tau tadi Devansha sudah marah pada Kenzie.

"Nggak" elak Devansha dan semakin membuat Shea emosi.

"Oh" jawab Shea singkat dan pandangannya kembali ke buku.

"Sayang, udahan dulu belajarnya......" rengek Devansha karna Shea mengabaikannya.

"Kamu lupa kamu itu siapa?" Tanya Shea karna tidak biasanya Devansha santai seperti ini.

Devansha yang mendengar itu tersenyum miring, tau maksud istrinya.

"Emangnya aku siapa?" Tanyanya menaikkan satu alis.

Shea kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Devansha "kamu itu suami aku, si Genius Boy di Xanthus International School"

Jantung Devansha tiba-tiba berdetak dua kali lebih cepat dan telinganya menjadi merah karna kepanasan. Hembusan dari hidung dan mulut Shea yang menyentuh halus bagian telinga Devansha, membuat tubuh laki-laki itu menjadi merinding.

"Udah sana balik ke kursi kamu, bentar lagi guru mau dateng" usir Shea dan Devansha langsung menurut.

Tidak menunggu lama akhirnya guru pun datang dan Try Out dimulai. Suasana kelas menjadi hening karna semua murid sibuk dengan kertas masing-masing.

~~~~~~~~•••••••••~~~~~~~

Setelah pulang sekolah, Devansha dan Shea terlebih dahulu singgah di salah satu mini market dekat XIS sebelum ke mansion. Devansha kemudian meminggirkan mobilnya dan turun untuk membeli beberapa cemilan yang Shea minta.

"Kamu tunggu disini aja, biar aku aja yang beli" titah Devansha.

"List makanannya udah aku kirim ke hp kamu" ucap Shea dan diangguki Devansha.

Devansha kemudian masuk ke dalam mini market dan langsung membeli makanan yang dimaksud Shea. Setelah semuanya sudah lengkap, barulah Devansha membawa trolinya ke kasir.

Namun, saat mendorong troli itu, sebuah tangan kekar menariknya dan mengharuskan Devansha untuk menjauh dari kasir.

Devansha membalikkan badannya. Ia melihat jelas kalau yang menariknya adalah Zivan, mertunya. Devansha tersenyum, berusaha menghalau semua perasaan-perasaan buruk.

"Papa?" Guamam Devansha tersenyum.

"Gimana kabarmu, Devansha?" Tanya Zivan.

"Baik, pah"

"Kamu makin tampan aja, Devansha" puji Zivan seraya menepuk bahu Devansha, pelan.

Devansha hanya bisa menyengir, sebelum akhirnya Zivan mendekatkan wajahnya ke telinga Devansha.

"Papa cuma mau bilang, kamu gak bisa terus bersama dengan Shea. Papa, tau kalau Shea gak mencintai kamu dan biarkan dia bahagia dengan pilihannya. Jadi, jangan paksa dia buat cinta sama kamu" bisik Zivan dan seketika ekspresi Devansha langsung berubah.

"Satu lagi, jangan pernah sakiti Shea ku. Kalau sampai hal itu terjadi, kamu akan menyusul Givano" lanjut Zivan kemudian menjauhkan wajahnya dari telinga Devansha.

"Kamu kesini sendiri? Shea mana?"

"Oh, Shea lagi nunggu di mobil pah" jawab Devansha tersenyum kecut, lalu melirik Zivan yang berdiri di sampingnya.

"Papa pergi dulu" pamit Zivan seperti tidak terjadi apa-apa.

Setelah mendengar ucapan mertuanya itu, Devansha menjadi murung. Tatapannya lurus kedepan, pikirannya berkelana entah kemana. Hingga, didalam mobil pun ia hanya diam.

Shea yang menyadari perubahan sikap suaminya itu, juga hanya bisa diam. Shea akhirnya menyadari kesalahannya karna selalu dekat dengan Kenzie dan tidak memikirkan perasaan Devansha.

"Apa dia udah nyerah dan setuju buat pisah sama gue?" Pikiran-pikiran buruk mulai bermunculan di kepala Shea, hingga tak terasa mobil sudah sampai di mansion keluarga Cayden.

Sama seperti tadi, Devansha hanya diam dan keluar dari mobil tanpa memperdulikan Shea. Sedangkan Shea malah mengejar suaminya itu yang sepertinya berusaha menjauhinya.

"Dev....." panggil Shea menahan lengan Devansha.

Hening. Itulah yang sedang pasangan itu rasakan. Ditambah lagi, hembusan angin yang menambah suasana menjadi semakin hening.

Mata Shea kian memerah, berusaha menahan buliran bening yang akan keluar sebentar lagi. Akhir-akhir ini, Shea begitu emosional dan mudah overtinking. Mungkin itu karna efek kehamilannya, ditambah lagi ia sedang stress karena memikirkan perasaanya pada Devansha.

"Aku capek mau istirahat, kalau kamu mau ngomong besok aja ya?" ucap Devansha dengan senyuman tulus.

Shea menggeleng kuat "Dev......."

Devansha begini ke Shea bukan tanpa alasan. Alasannya Devansha menjalankan perintah mertuanya untuk tidak memaksakan perasaannya pada Shea dan membiarkan Shea memilih orang yang dicintaimya.

"Aku minta maaf. Harusnya aku gak usah berharap sama kamu" ungkap Devansha.

"Aku tau aku banyak kurangnya, yang emang gak akan mungkin bisa jadi orang yang kamu cintai"

"Kalau kamu gak bahagia sama aku...kita udahan aja ya? Aku memang sakit buat bilang ini. Tapi, gak mungkin aku paksa kamu buat cinta sama aku"

"Aku gak nyalahin kamu. Karna seharusnya aku juga gak maksain hati kamu buat aku"

"Dev....." jujur, entah kenapa hati Devansha sakit melihat Shea nangis didepannya.

Shea baru menyadari perasaan saat Devansha ingin meninggalkannya. Shea menyesali sikap plin-plan nya selama ini. Shea tidak mau kehilangan laki-laki yang menurutnya begitu tulus mencintainya itu.

Shea langsung memeluk Devansha yang masih mematung dihadapannya itu. Perlahan Devansha membalas pelukan sang istri lalu mengusap lembut kepala Shea yang masih terisak dalam pelukannya.

"Jangan. Please........" lirih Shea

"Aku gak mau pisah sama kamu" Devansha merasakan gelengan dari Shea.

"Aku juga sebenarnya gak mau pisah sama kamu" gumam Devansha dalam hati

















Jangan lupa vote and comment supaya makin semangat😊

Klik👇

SHEA : The Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang