Di bawah guyuran hujan yang cukup deras Shea berjalan di trotoar seorang diri. Ia tidak tahu harus pergi ke mana tapi yang jelas ia harus menjauh sejauh mungkin dari mansion, sampai Devansha tidak menemukannya.
Kalau pulang ke mansion Zivan, papanya akan tau kalau selama ini Devansha kasar dan mungkin Zivan akan membunuh Devansha. Shea tidak mau hal itu terjadi.
Setelah semalaman berpikir, ia memilih pergi dari mansion itu. Karna percuma ia bertahan di sana, yang ada Shea semakin menderita dengan sikap Devansha yang benar-benar kasar padanya.
Shea menyentuh perutnya yang tiba-tiba terasa kram. Perempuan cantik itu kemudia menyandarkan tubuhnya pada pohon yang ada di pinggir jalan. Sesekali ia mengusap wajahnya yang basah karna air hujan hingga menutupi pandangan mata.
"Kenapa semakin sakit" lirih Shea sambil mengelus perutnya, rasa sakit yang ia rasakan semakin menjadi-jadi.
Hujan yang awalnya deras kini berubah gerimis disertai hawa dingin yang membuat perempuan cantik itu mengigil kedinginan. Di tambah pakaian yang digunakan basah.
Kini, Shea memilih untuk mengistirahatkan tubuhhnya di salah satu toserba yang sepertinya hendak tutup. Dengan pelan-pelan sambil memegangi perutnya Shea duduk lesehan di lantai yang tampak kotor itu. Shea mengusap-ngusap perutnya seolah usapan yang ia berikan akan membuat kram di perutnya mereda.
"Maafin mommy, nak. Mommy harus bawa kamu jauh dari dia. Mommy gak mau pisah sama kamu" gumam Shea pada nyawa kecil yang tumbuh dalam rahimnya.
Meskipun usia kandungan sudah memasuki usia 5 bulan, namun rasa sayang Shea sudah tumbuh untuk anak yang ia kandung. Jiwa keibuannya membuat ia memiliki keberanian melarikan diri dari sosok laki-laki yang sudah mengatakan kalau itu bukan anaknya.
"Kamu dari mana mau ke mana? Kenapa sampai basah kuyup seperti ini?" Tanya seorang wanita paruh baya pada Shea.
"Saya gak tau, buk" jawab Shea dengan suara pelan. Pulang ke mansion Zivan sama saja mempermudah Zivan membunuh Devansha.
"Kalau kamu gak tau harus pergi ke mana, malam ini kamu akan tidur di mana? Bahaya perempuan berada di luar malam-malam. Gimana kalau malam ini kamu nginap di rumah ibuk?" ajak wanita paruh baya yang diyakini pemilik toserba itu.
"Nggak usah, buk. Saya nggak mau ngerepotin ibuk"
Wanita paruh baya itu pun tersenyum hangat. "Ayo cepat, nanti kamu masuk angin"
Wanita itu pun memaksa Shea untuk naik ke motor matic nya. Mau tak mau, Shea terpaksa ikut.
Wanita bernama Claudya itu kemudian menghidupkan kendaraan beroda dua miliknya.
Diam-diam Claudya terus melirik Shea dari spion motornya, perempuan itu terlihat tidak nyaman sembar menoleh kesana-kemari.
"Nama kamu siapa, nak?"
"Shea" jawab Shea singkat.
Setelah itu tidak ada obrolan lagi dari keduanya. Mereka menikmati perjalanan malam itu ditemani angin.
~~~~~~~~~~•••••••••~~~~~~~~~
Tidak terasa hampir 15 menit berlalu, kini motor matic milik Claudya sudah berada di depan sebuah rumah mnimalis.Shea menatap rumah minimalis sederhana yang terletak di sebuah kompleks. Matanya menatap menelisik pada bangunan di hadapannya.
"Kenapa diam? Ayo masuk" ajak Claudya seraya menarik pergelangan tangan Shea untuk segera masuk ke dalam rumahnya.
Dengan langkah pelan Shea memasuki rumah itu. Claudya kemudian membawa Shea ke salah satu kamar yang ada dalam rumah itu.
"Kamu istirahat di kamar ini, Shea" ucap Claudya seraya membuka pintu kamar berwarna hitam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEA : The Bad Girl
Novela JuvenilMenceritakan tentang gadis cantik yang diminta papanya untuk balas dendam sama keluarga yang sudah membunuh mamanya. Dia - Zanaya Shea Padya, gadis cantik, licik, jenius, pandai menyusun rencana dan kini telah kembali ke tempat kelahirannya. Gadis k...