telulas

191 31 3
                                    

○♤○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


○♤○

sekarang aku kalo terjemahin bahasa jawanya ada di bawah ya, terus buat tulisan nya aku bedain jadi italic.

○♤○

Riani total bingung. Sosoknya ada tapi jiwa nya seperti tengah berada di tempat lain, adalah Brahma sekarang. Wajahnya begitu dingin semacam orang yang mendapat masalah dan sangat sulit untuk di pecahkan, Riani merasa iba namun di sisi lain ia tak tau harus bersikap seperti apa.

Sebab sejak tadi, ia telah berusaha keras untuk mengajak ngobrol kekasihnya. Memberi spech juga untuknya berpikir sebentar guna menenangkan pikiran, akan tetapi rupanya semua itu sangat percuma.

Brahma masih diam dengan sorot mata dingin penuh amarah yang entah untuk siapa. Berpikir mungkinkah ada kendala pada proyeknya kali ini?

Atau orang rumah?

"mas bama" satu kali panggilan.

"mas Brahma" dua kali panggilan dengan menyebut nama asli.

"Kalangga Brahmana" tiga kali dan final.

Brahma tersadar, berkedip beberapa kali sebelum akhirnya melayangkan pertanyaan "iya iya kenapa? hm? apa, iya?"

Hela nafas keluar, bebarengan dengan tubuhnya yang bangkit dari sofa "kamu cape kayanya mas, pulang aja yaa"

"loh loh" seketika kaget "aku baru dateng?" tubuhnya ikut bangun.

"yaterus gimana? aku dari tadi ngajak ngomong respon nya selalu sama"

"emangnya harus gimana?"

"ya yang kaya biasanya, tapi kamu ga biasanya"

"lah? apasih, aku biasanya emang gini"

"gak" kilatan amarah tiba-tiba muncul pada mata Riani "mas Bama ku gapernah ngacuhin ucapanku"

Brahma tertegun, kepalanya menunduk bersama tangan yang memijit kepalanya pening. Matanya terpejam seraya memikirkan semua yang telah dilakukan nya pada Riani adalah salah.

"mau pulang atau cerita?" tutur lembut wanitanya kembali terdengar disana.

"kalo mau pul—"

"sebentar"

Disana. Brahma sudah menarik tubuh Riani kedalam pelukan, menyimpan kepalanya pada ceruk leher sang gadis yang beraroma laut. "ga nyampe satu menit" ucap Brahma lirih.

Menghirup aroma favoritnya guna menenangkan pikiran dan juga emosinya sekarang. Riani yang tiba-tiba mendapat perlakuan seperti ini hanya bisa diam, tau betul jika lelakinya adalah orang yang susah marah namun rapuh ketika di ulik lebih dalam.

"anget ri"

Riani terkekeh. Mengelus punggung Brahma lembut.

"nanti kalo udah sah satu hari sepuluh kali peluk ya"

sempiternal - vsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang