sedoso

282 35 1
                                    

○♤○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○♤○

sekarang aku kalo terjemahin bahasa jawanya ada di bawah ya, terus buat tulisan nya aku bedain jadi italic.

○♤○


Kakinya ia bawa lari walau sudah di peringati oleh calon suami, Riani tak perduli. Dalam pikiran selalu terbayang akan kondisi sang Mama, Mama, dan Mama. Rautnya sudah ingin menangis sebelum melihat sang adik duduk termenung di depan bilik kamar yang ia tanyakan melalui WhatsApp.

Ada seklumit rasa yang mungkin sangat sulit untuk di artikan sebelum akhirnya Riani menubruk tubuh sang Kaka di sana, memeluknya penuh lara. Ia benar-benar tak tahu akan kondisi orang tuanya sendiri padahal ia yang berada di rumah selama ini.

"maafin aku ka, maafin aku karena gatau kondisi mama"

"gapapa, ssssutt udah gapapa" katanya sambil menepuk-nepuk bahu sang adik.

Rumi sebetulnya sedikit kecewa karena ternyata orang yang pertama kali tau soal penyakit Mama adalah dia, bukan Riani ataupun Sarah yang masih tinggal satu rumah.

Namun jika dipikir lagi semuanya pun percuma, hal yang telah terjadi yasudah terjadi. Kali ini Rumi ikut menangis, mengetahui bahwa Mama nya telah mengidap tumor otak selama satu tahun lamanya.

Di lansir dari ucapan dokter yang Rumi ketahui, efek dari kepala Mama yang sering kencang, pusing, matanya buram, dan sering sekali tidak bisa tidur mungkin itu di sebabkan oleh tumornya yang berada di otak. Hal yang Rumi tau saat ini hanya satu, pengobatan Mama tak cukup dengan waktu satu minggu atau satu bulan.

Minimalnya lebih dari dua atau mungkin lima bulan. Bahkan satu tahun masa stabilnya.

Kabar ini tentu saja membuat hati Rumi mencelos dan gelisah bukan main, pernikahan adik keduanya sebentar lagi akan di laksanakan. Ia tak bisa sepenuhnya memberi tanggung jawab Mama kepada Riani apalagi Sarah. Ia juga berpikir, walau memang sang adik belum sepenuhnya milik Brahma tapi ia juga masih memiliki tanggung jawab untuk mengurus orang tuanya sendiri meski statusnya ia sudah menjadi milik orang lain. Orang tua tetap nomor satu, lagipun Rumi tak setega itu pada kedua adiknya. Maka ia pikir jalan satu-satunya yang tak lain adalah menghadapi ujian ini bersama.

"ri dengerin kaka"

Riani menjauhkan wajahnya dari pundak Rumi, menatap sang Kaka dengan air mata yang masih mengalir.

"ini tanggung jawab kita, jangan ngerasa kamu yang paling berat dan jangan ngerasa kamu yang paling salah. Mama masih punya kita, masih punya Bapak dan masih punya Allah. Semuanya baik kalo kita ngejalanin dengan doa dan usaha yang seimbang, Kaka bakal bantu kamu, oke? udah gausah nangis!" kembali di peluk sang adik kedalam dekap.

Bersamanya Sarah yang juga ikut di rengkuh di sana.

"tapi mas Bumi gimana? apa ga bakal repot nantinya?" tanya Riani yang kini sudah melepas pelukan nya dari sang Kaka.

sempiternal - vsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang