00 : Prolog

754 47 5
                                    


Title : SERENITY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Title : SERENITY

Based on : - Road To High & Low
                    - High & Low The Movie 1
                    - High & Low The Red Rain

Genre : Action, Crime, Drama, Friendship

Status : Finished

Language : Indonesia

Disclaimer :
Kadzuki adalah karakter asli yang dibuat berdasarkan hasil imajinasi saya. Plot asli, plot sampingan lainnya, dan perubahan apapun pada karya serial H&L adalah milik saya. Semua hak milik karakter, tempat, plot, bagian lain dari H&L adalah milik Sigeaki Kubo bersama EXILE TRIBE.


* * *

Di sebuah tempat. Terjadi pertarungan antara dua pria dengan sekelompok orang. Namun mereka dapat mengatasi itu dengan mudah. Hingga tak berapa lama dua pria itu telah berhasil menumbangkan semua musuhnya.

"Hoi!"

Masaki berteriak kesal karena adiknya dengan tidak sopan melempar seseorang kearahnya, yang untungnya dapat ia hindari dengan baik. Alhasil orang itu terbang menubruk kaca besar hingga pecah berkeping-keping. Sedangkan pelaku utama hanya tertawa puas tanpa merasa bersalah akan tindakannya barusan.

Mereka adalah Amamiya bersaudara. Amamiya Masaki dan Amamiya Hiroto sebagai pelaku utama.

Sedangkan di sisi lain gedung, seorang gadis muda dengan mengunyah permen karet di mulutnya, menginjak dada seorang pria yang terbaring di bawahnya. Dia lalu menoleh ke seorang pria yang juga sedang bertarung dengan enam orang sekaligus.

Gadis itu mendudukkan dirinya di atas perut sang pria yang sudah tidak sadarkan diri. Permen karetnya meletus setelah mengembang seperti balon, bersamaan dengan si pria yang telah selesai dengan aksi pertarungannya. Dia berbalik menatap si gadis.

"Apa ini.. sudah kubilang untuk tidak ikut bertarung."

"Etto... aniki!Ada tiga di belakangmu." Kadzuki bersyukur dapat mengelak dari omelan sang kakak, dia hanya tertawa kecil.

Suara langkah kaki yang mendekat membuat Kadzuki terpaksa menoleh ke belakang untuk memeriksa. Dia tersenyum setelah mengetahui siapa yang datang. "Apa kau ikut bertarung?" Tanya Masaki karena posisi adiknya saat ini.

"Hanya sedikit pemanasan." Kadzuki menjawab dengan senyuman, dan dia berdiri mendapat respon tawa kecil dari Hiroto.

Mereka lalu memusatkan perhatian pada seorang pria gondrong yang telah memberi pukulan telak pada lawan. Ketiganya tersenyum setelah pria itu berbalik menghadap ketiganya. Dia mengambil sebuah benda yang terbungkus oleh kain dan melemparkannya, masaki berhasil menangkap.

"Aniki.." Hiroto tersenyum pada kakak sulungnya.

"Astaga, bagaimana bisa kalian kehilangan barang itu?!"

* * *

Kadzuki hanya duduk memperhatikan kakak sulungnya yang sedang menjalankan bisnis ada pria tua berpakaian rapi. Dia menyender pada Hiroto yang berada di sampingnya. Gadis muda itu menghela nafas, "aku bosan..." beonya pelan.
Hiroto menoleh dengan dahi mengkerut.

"Permenku habis, tahu," ujarnya lirih. Kadzuki menghembuskan nafasnya dengan kesal, dia menatap plafon ruangan. Masaki melihat tingkah adiknya hanya tersenyum geli.

"Seperti yang diharapkan dari amamiya bersaudara."

Pria itu lalu pergi dan bawahannya segera menyerahkan uang segepok diatas meja. Masaki segera mengambil alih tugas karena kakaknya yang terdiam. Dia memastikan dan mengangguk puas. Masaki lalu membaginya pada Takeru, Hiiroto, dan Kadzuki menjadi yang terakhir.

Setelah menerima uang itu kadzuki langsung mendelik pada masaki, si pemberi.

"Oi!"

Menanggapi itu masaki hanya memberi senyuman tak berdosa pada adiknya, "anak kecil memang lebih sedikit1 orang dewasa," ujar Masaki tersenyum konyol.

Tanpa menghiraukan kekesalan adiknya, Masaki malah berganti mempermainkan Hiroto. Dia memberi segepok uang tambahan namun tak jadi, dia melakukannya berulang kali hingga hiroto menjadi marah.

Menyadari Takeru yang masih terdiam mengamati orang-orang dengan jas rapi itu membuat masaki ikut menatap dengan rasa bingung dalam batinnya.

Setelah selesai mereka berjalan keluar dari gedung dengan takeru yang memimpin jalan. "Aku sangat bangga dengan kalian."

"Nandayo.."

"Entahlah, tapi kalian sangat berlebihan."

Mendengarnya membuat hiroto memalingkan wajahnya dengan malas.

"Apa kalian lupa? Gunakan tanganmu untuk melindungi hal yang kau anggap penting."

"Aku tahu itu!" Hiroto dengan Kadzuki berucap bersamaan dengan nadanya yang sama-sama malas. Masaki tersenyum melihat wajah nelangsa kedua adiknya. "Dia mulai berkata bijak lagi." Kadzuki langsung meliriknya dengan sinis.

"Karena itulah aku tidak pernah ragu untuk menggunakan tanganku. Untuk saat ini dan untuk masa depan."

Kadzuki akhirnya mengikuti langkah takeru hingga keduanya menaiki motor dan mesin menyala. Takeru menoleh kepada dua adik laki-lakinya yang masih memperhatikan, menimbulkan kejanggalan bagi masaki.

Setelah keduanya memakai helm dengan lambang empat burung dan tambahan dua sayap di setiap sisinya; motor segera melaju meninggalkan pekarangan gedung. Masaki membalas lambaian tangan adiknya yang mulai menjauh sedangkan Hiroto hanya mengangkat tangannya sebentar.

Mereka tidak menyadari jika malam itu adalah momen terakhir mereka bertemu, sebelum sebuah kejadian tragis menimpa diantara kedua saudaranya.

••••

WESRCLASICA

𝗦𝗘𝗥𝗘𝗡𝗜𝗧𝗬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang