Bab 09 : Kedai Ramen Hanabi

205 30 10
                                    

enjoyy!

***************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***************

Saat pagi buta. Tepat pukul empat pagi, kadzuki terbangun akibat suara bising beberapa anak nakal yang berada di samping apartemennya. Dengan kesal gadis itu meninju futon. Ia mengerang marah karena tidurnya terganggu.

Kadzuki lalu berdiri dan menuju ke jendela. Ia menggesernya hingga menampakkan langit yang masih gelap. Di samping apartemennya terdapat beberapa anak laki-laki dengan gakuran hitam, tapi entahlah dia tidak tahu mereka bersekolah dimana. Yang jelas para berandalan kecil itu sudah menganggu tidurnya. Kadzuki membenci mereka.

Gadis itu memutuskan untuk kembali merebahkan tubuhnya dan bersiap tidur. Sayangnya suara para berandalan brengsek itu membuatnya benar-benar tidak bisa tertidur. Kadzuki akhirnya memilih untuk tetap berada dalam posisi siap tidurnya. Ia hanya memejamkan mata tanpa bisa tertidur.

Beberapa saat berlalu. Kadzuki mengerang pelan sembari meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Ia tidak tahu pastinya kapan, tapi suara bising berandalan itu telah menghilang. Kadzuki berjalan keluar dari ruang tidurnya. Ia menemukan masaki yang masih tertidur pulas di sofa ruang tamu, bahkan pria itu membiarkan televisi menyala. Kadzuki mendengus malas. Masih pagi tapi mood-nya sudah buruk. Ini semua salah berandalan brengsek itu. Ia berlalu menuju kamar mandi setelah menekan tombol power hingga layar televisi menjadi hitam.

"Tidak buruk." Gadis itu merenung menatap pantulan dirinya di depan cermin besar dalam kamar mandi. Ia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia mulai menatap rambut panjangnya menggunakan jari-jari tangan hingga siap mengikatnya seperti kuncir kuda. Dengan bangga tersenyum pada dirinya sendiri dan segera keluar dari kamar mandi, melihat kedua kakak laki-lakinya di ruang tengah.

Ketika kedua pria itu mendengar suara pintu terbuka, mereka langsung mengalihkan perhatiannya. Masaki menampakkan senyum kekanak-kanakannya.

"Astaga, adikku yang manis."

Kadzuki mendengus mendengar pujian kakaknya, masaki. Ia lantas mengambil tas sekolahnya yang berada di atas meja kecil dekat pintu masuk ruang tidurnya. Ia bersiap untuk memakai sepatunya sebelum suara hiroto memanggil.

"Aku akan mengantarmu, gadis kecil!" Katanya sambil tersenyum menyeringai. Kadzuki melihat sang kakak dengan heran lalu menggeleng keras. "Tidak mau!" Ucap kadzuki tenang. Hiroto langsung tercengang mendengarnya dan masaki menjadi tertawa puas ketika melihat wajah pundung adiknya yang baka.

Seumur-umur ia tidak pernah di tolak seorang gadis. Mereka yang akan datang dengan sendirinya. Tapi lihatlah adiknya yang sombong itu. Dia baru saja mengatakan tidak. Rasanya terdapat sobekan kecil dalam hatinya. "Tapi nanti aku akan menghubungimu, aniki!" Imbuh kadzuki sebelum benar-benar menutup pintu apartemen.

"Itterasai!" Masaki berteriak setelah pintu tertutup sempurna.

Kadzuki melangkah menyusuri jalan-jalan di lingkungan yang kosong sembari memandang bosan sekeliling. Ia berharap dapat menemukan para berandalan kecil yang telah mengganggu tidurnya. Namun itu tidak ada sampai dia tiba di gedung sekolahnya. Kadzuki menghembuskan nafasnya kecewa.

𝗦𝗘𝗥𝗘𝗡𝗜𝗧𝗬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang