Bab 07 : Kemenangan SWORD

318 40 13
                                    

Duagh!! Kadzuki menginjak dada seorang pria hingga dia terbatuk darah. Ia menoleh pada hiroto yang menarik kerah seorang pria dari doubt, "kemana perempuan yang kalian culik?" Hiroto bertanya dengan rendah, itu cukup menakutkan.

Ketika amamiya mendatangi markas doubt untuk menyelamatkan lala. Namun itu berakhir sia-sia. Hanya tersisa beberapa anggota yang masih menetap. Itu sudah dapat di simpulkan jika para wanita yang diculik sudah di bawa pergi. Kadzuki memutar bola matanya malas, ia menyibak rambut hitamnya yang tergerai bebas. Ia lalu mengikatnya dengan kuncir hitam.

"Mereka ada di pelabuhan untuk segera dikirim." Jawab pria itu ketakutan. Hiroto melepaskannya dengan keras hingga terbentur lantai. Kadzuki berdecak kesal dan berjalan pergi, kedua kakaknya segera menyusul.

Kadzuki merasa bisa terbang kapanpun. Ini seperti perjalanan menuju neraka. Hiroto mengendarai motornya dengan gila, sama halnya dengan masaki. Kecepatan dua motor itu berada di tingkat teratas. Kadzuki hanya dapat memeluk kakaknya dengan kencang, ia memejamkan mata takut.

Selama ini dia selalu bersama kakak sulungnya, Takeru. Dan selama itu pula takeru akan mengendarai dengan pelan, menikmati waktu bersama adiknya. Sangat menyenangkan dan jauh dari ketegangan bersama hiroto seperti saat ini. Di saat-saat seperti ini kadzuki hanya dapat berdoa atas keselamatannya pada tuhan. Benaknya mulai berpikir apakah kedua kakaknya lupa jika membawa saudara perempuannya. Sungguh menyebalkan.

Hingga tibalah keduanya di tempat pertempuran SWORD dengan mighty warrios beserta lima ratus pasukannya. Mereka sedikit terlambat. Terlihat sword mulai kewalahan karena pasukan lawan yang sangat banyak. Kedua motor kakaknya berhenti hingga membuat ban belakangnya menjadi berputar.

"Amamiya?"

"Oi.. amamiya!" Pasukan sword mulai kembali bersemangat setelah kedatangan amamiya bersaudara. "Pegangan lebih erat!" Kadzuki menurut. Hiroto menekan rem bagian depan bersamaan dengan tangan satunya yang menarik pedal gas. Asap keluar karena ban yang terus bergesekan dengan lantai paving. Akhirnya ketiga amamiya kembali melaju dengan kecepatan yang sama.

"Kalian tunggu disini!" Seru murayama di sisi lain. Furuya segera menghampiri ketuanya. Dia memegang bahu murayama membuatnya menaruh atensi. "Murayama, kadzuki bersama mereka!" Kata furuya memberi tahu. Murayama diam menatap furuya dalam beberapa detik lalu tersenyum menyeringai dan segera pergi melanjutkan pertempuran.

Ukyo segera menghandle untuk menurunkan kontainer, perlahan tapi pasti. "Menunduk!" Kadzuki menuruti perintah kakaknya dengan jantung berdebar. Motor kedua kakaknya mencondong dan melewati selah kontainer yang ada. Degik itu kadzuki menahan nafas.

Untungnya mereka tepat waktu, sesaat setelah kontainer benar-benar menyentuh permukaan. Kadzuki masih dengan wajahnya yang tidak terkondisi. Hiroto menoleh ke belakang untuk memeriksa karena lingkaran tangan adiknya masih terjalin erat di perut. Dia terkekeh mendapati wajah kadzuki yang melongo.

Setelah sadar kadzuki langsung menghadap kakaknya dengan tatapan mengerikan. Dia mencubit perut kakaknya hingga hiroto mencicit kesakitan. Kadzuki menyelesaikannya dengan kesal yang teramat.

Mereka segera turun dari motor. Beberapa orang dengan senjata segera datang menghalau. Kadzuki mendengus melihatnya, dia mendahului kedua kakaknya dan memulai pertarungan. Seseorang hendak melayangkan tinjunya namun dapat dihindari dengan mudah oleh si gadis. Mereka memang banyak tapi bodoh dan parahnya hanya menggunakan serangan yang acak.

Seseorang berteriak dari belakang. Kadzuki melayangkan tendangan dengan pola berputar hingga mengenai kepala. Dia maju dan melompat untuk menghadapi kroco yang lainnya.

Masaki menarik kerah baju salah satu dari mereka. "Dimana gadis itu?" Kadzuki mengakhiri pertarungan dengan menendang kroco yang terakhir hingga terpental. Dia berbalik melihat kedua kakaknya. Hiroto segera menarik tangan adiknya.

𝗦𝗘𝗥𝗘𝗡𝗜𝗧𝗬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang