Kadzuki adalah si bungsu dari tiga laki-laki Amamiya bersaudara. Namun dalam suatu malam yang tidak di duga, Takeru saudara yang paling tua menghilang meninggalkan gadis kecil dengan mata sayu di apartemen yang gelap sendirian. Dalam kota Chiku yang...
"Aku tidak mengerti perasaan ini, intinya aku merasa senang. Hahaha!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***********
Kadzuki melangkah santai menuju ke suatu tempat. Ia menenteng tas sekolahnya. Seperti biasa, dia selalu mengunyah permen karet kesukaannya. Seki yang berjalan mengikutinya di belakang meliriknya dengan tertarik.
Matanya kerap kali terpejam menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah. Hari yang sempurna, cuacanya sangat cerah. Menyenangkan sekali. Udara tidak sedingin biasanya. Beberapa orang di luar sana mulai mengenakan pakaian-pakaian lebih terbuka. Jaket-jaket ditinggalkan dan mereka memilih jenis pakaian kurang bahan, terkecuali untuk gadis ini. Si bungsu amamiya yang sekarang mengenakan jaket kulit kesayangannya.
Menyadari sepasang mata yang terus menatap, kadzuki akhirnya menoleh. Seki yang tertangkap basah akhirnya tertawa tak berdosa. Sang gadis menunjukkan senyum tipisnya.
"Kamu mau?" Kata kadzuki sembari menyodorkan beberapa bungkus permen karet miliknya.
"A-sankyu!" Seki jelas menerimanya dengan senang. Kadzuki akhirnya menyamakan langkahnya dengan pemuda gempal itu. Menurutnya tidak sopan jika berjalan mendahului yang lebih tua, itulah yang selalu di katakan kakaknya.
"Amamiya-san... suka sekali permen karet, ya?" Kadzuki mengangguk dengan senyum tipis.
Mereka sedikit mengobrol tentang hal yang tidak penting hingga tak berapa lama tibalah mereka di depan sebuah bangunan. Kadzuki menatap bangunan itu dengan serius, dahinya berkerut. Dalam hati kadzuki bertanya apakah ini benar-benar gedung sekolah. Coretan grafitti dimana-mana, sobekan kertas yang tersebar hampir di semua penjuru, dan bangku rusak yang bertumpuk seperti gunung di setiap sudutnya.
Blup! Permen karetnya yang mengembang menjadi pecah. Kadzuki akhirnya meludah membuat permen karet yang tidak lagi manis. Ia kembali memandang bangunan yang katanya sekolah di hadapannya itu. Ia menggeleng pelan.
"Nee, amamiya-san!" Lamunannya terhenti ketika seki memanggil. "Ikuzo!" Kadzuki memangguk, ia mengikuti langkah pemuda di depannya. Kini kadzuki menjadi pusat perhatian dari banyaknya siswa yang ada. Mereka memandangnya dengan heran, beberapa juga marah. Sayup-sayup ia mendengar beberapa siswa mengatakan pendapat mereka tentang seorang gadis yang datang bersama seki.
Seki berhenti karena tidak mendengar suara langkah kaki yang mengikutinya. Dia berbalik mendapati kadzuki yang terdiam di anak tangga pertama. Seki memiringkan kepalanya dengan heran. "Nandayo?"
Kadzuki menginjakan kaki di anak tangga pertama. Hatinya penuh diliputi keraguan. "Aniki, tidak akan tau, kan?" Batinnya bersuara dengan gelisah. Kakaknya pasti akan marah kalau dia kabur saat jam pelajaran sedang berlangsung, terutama hiroto. Sudah dapat di bayangkan wajah dingin hiroto yang menyambutnya di ambang pintu apartemen. Uhh, dia pasti akan menatapnya dengan tajam.