Bab 02 : Laki-laki Mabuk!

305 40 3
                                    

Malam sial bersama laki-laki mabuk

Malam sial bersama laki-laki mabuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Sungguh hari yang menyedihkan di pertengahan bulan. Kadzuki mengelap kaca mobil yang berembun lantaran AC mobilnya mati. Di luar hujan turun deras sekali, seperti seketika diguyurkan dari sebuah ember raksasa di atas langit.

Air hujan sebesar biji-biji jagung yang tentunya sangat sakit apabila mengenai kulit. Dalam cahaya remang-remang ia bisa melihat hujan seperti barisan anak panah yang menghujam ke bumi. Beberapa menumbuk kaca depan mobilnya yang menimbulkan suara klotak-klotak. Bising dan itu membuat hati kadzuki bertambah keruh.

Ia melajukan mobilnya memasuki kawasan kota toarushi, melewati Tokyo Racecourse dari arah timur. Dia menoleh ke kiri dan kanan, mencoba mencari penumpang. Berhati-hati untuk tidak melanggar jalur tram yang membelah ruas di jalan tepat pada tengahnya. Tram selalu lewat satu setengah jam sekali meski pada dini hari sekalipun.

Di kanan kiri jalan terlihat ratusan lampu yang di gantungkan di ranting pohon-pohon kering. Berjejer, menggantikan daun-daun yang telah banyak meranggas. Suasana ini tak ubahnya seperti malam natal.

Meriah. Tetapi kota ini memang termasuk jalan yang paling ramai, meski berada pada wilayah pinggiran. Terutama karena wilayah pinggiran kota tersebut terdapat kasino yang sangat populer. Tentunya itu tidak luput dari campur tangan para yakuza setempat. Suasana ini tak ubahnya seperti malam natal.

Turis-turis yang datang ke sini pasti mengira hari ini adalah natal. Namun mereka akan terkejut ketika tidak mendapati tulisan Merry Christmas! Sorry, we're closed! yang tergantung di etalase-etalase toko.

Kadzuki melambatkan laju mobilnya ketika melewati Meshoyo Hotel, itu termasuk hotel mewah. Di sana ternyata sudah banyak taksi lain yang menunggu penumpang.

"Ya ampun," dalam hati kadzuki mengeluh.

Menjadi supir taksi adalah pekerjaan lain yang dia lakukan ketika senggang atau libur sekolah, seperti di hari minggu ataupun hari libur di tanggal-tanggal tertentu.

Dilajukan mobilnya melewati butik-butik yang memanjakan barang-barang import berkualitas. Kadzuki berusaha untuk tidak melirik ke samping kanannya. Tapi toh tetap saja matanya tidak bisa lewat dari permadani persia yang tergantung di etalase toko.

Permadani indah bewarna hijau tua dengan hiasan bunga rumit dan kecil-kecil mirip bunga Lily. Lalu toko selanjutnya berisi banyak pakaian indah dan tentunya harganya tidak kurang dari lima ratus dollar. Dan dia mulai berandai-andai...

"Tidak mungkin, bodoh!"

Kadzuki buru-buru mengusir pikirannya jauh-jauh. Dia tidak hidup dengan harta berlimpah ruah, terlebih setelah terpisah oleh ketiga kakaknya. Untuk makan besuk saja masih mikir dua kali. Mengingat hal itu saja sudah membuat hatinya miris. Kenapa juga manusia susah berpikir rasional bila berhadapan dengan keinginannya?

𝗦𝗘𝗥𝗘𝗡𝗜𝗧𝗬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang