Bab 05 : Kesedihan Dan Kekuatan

245 38 3
                                    

"Gadis bungsu amamiya..."

*************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*************

Kadzuki mengamati masaki yang sedang berkutat dengan peralatan dapur. Kakaknya melirik dengan senyuman konyol. "Wajahmu kusut sekali, kenapa?"

Ia mendengus dan melengos pergi tanpa berniat menjawab. Entahlah, suasana hatinya sedang buruk sejak pagi tadi. Ia juga tidak tahu penyebabnya. Terlihat jelas matanya yang masih sembab dan menjadi merah. Masaki yakin adiknya tidak tidur semalam.

Hiroto bersama masaki selalu rutin untuk datang. Terkadang mereka menginap. Dan itu tahu beberapa kebiasaan aneh adiknya. Dia selalu memergoki kadzuki yang sedang melamun. Beberapa waktu terakhir, kadzuki selalu merasa terlalu banyak pikiran. Itu menyebabkan pola tidur yang berantakan, hingga kantong matanya sedikit gelap dan pipinya semakin kurus. Masaki yang selalu peka, mengusap matanya saat sedang tidur.

Ketika kadzuki terbangun, masaki akan memamerkan senyum kekanak-kanakan dan berkata ada lingkaran hitam di matanya. Dan gadis itu hanya mencoba untuk tersenyum agar kakaknya tidak perlu khawatir.

Sejujurnya kadzuki tahu bahwa kedua kakaknya selalu terlihat tabah hanya untuk dirinya. Kehilangan takeru memang menjadi cobaan besar bagi ketiga amamiya bersaudara. Kadzuki bersyukur dia tidak lagi sendirian, sekarang ada kedua kakaknya yang akan selalu ada untuknya.

Kini, langkah kakinya perlahan berjalan menjauh dari sebuah konbini. Dia menoleh ke jalanan lenggang yang sepi. Mulutnya sibuk mengunyah permen karet hingga mengembang seperti balon. Kadzuki menghela nafas, mata satunya memandang awan biru yang tak terbatas.

Hari-hari yang sepi dan sunyi bagaikan desiran angin yang bergerak kesana-kemari hingga menimbulkan daun-daun bergoyang. Sama seperti kepompong yang akhirnya menjadi kupu-kupu. Momen seperti itu semakin berkurang bagi kadzuki. Setidaknya di dalam apartemennya, dia bisa menemukan kedamaian dan ketenangannya sendiri.

Walaupun terkadang ada masa saat dia menjadi stress. Lupakan masa lalu yang mengganggu dan cobalah melangkah untuk masa depan. Setidaknya itulah yang di katakan oleh kakaknya yang centil.

Kadzuki tidak menyangka jika pemilik konbini tempatnya bekerja telah memecatnya. Pekerja wanita kasir bahkan mengejeknya. Suasana hatinya menjadi bertambah buruk. Saat ini dia hanya dapat bergantung pada kedua kakaknya. Kalau mau berharap dari penghasilan taksi pasti akan sulit. Penumpang yang datang tidak menentu apalagi dengan kondisi mobilnya yang lumayan kuno. Mesinnya selalu bermasalah.

Dia terus melangkah tanpa tujuan hingga hari menjadi sore. Kadzuki telat menyadari jika dia telah berada di distrik white rascal. Matanya menatap liar sekeliling distrik. Ribuan titik lampu dari rumah-rumah, menghangatkan ketika malam tiba. Kadzuki tidak sadar jika dia telah tiba di sebuah jembatan.

Kadzuki memilih duduk di pinggir sungai. Ia melepas sepatunya dan mencoba mencelupkan kakinya di air. Tangannya berpegangan pada tanaman merambat yang tumbuh di lereng pinggir sungai. Terlihat beberapa ekor bebek berkepala hitam berenang mondar-mandir. Terkadang menepi ketika ada orang yang membawa remah roti untuk dibagikan.

𝗦𝗘𝗥𝗘𝗡𝗜𝗧𝗬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang