Chapter 39 💫

7 1 0
                                    

Happy reading
.
.
.


Keadaan dirumah Vanezz sudah tidak bisa dibilang tenang, dikarenakan Vanezz dan Lyora yang masih belum mau berhenti berdebat. Ya, perdebatan antara mereka berdua masih saja berlanjut sampai sekarang. Dimana Vanezz yang selalu membuat Lyora naik darah karena ucapannya, dan sekarang Vanezz sudah menunjukkan wajah tengilnya.

"Kamu tuh bener bener ya Vanezz!! Kurang ajar!" Sentak Lyora yang sekarang sudah berdiri dan kedua tangannya di tahan oleh mamahnya dan Vino.

"Kimi tih vinizz kiring ijir! Apa kidzz? Gak seneng? Gak peduli gue" ledek Vanezz balik.

"Dasar! Kalo berani sini kamu! Ku tampar juga wajah tengil mu itu!"

"Nak Gelud? Meh meh meh, gak nerima fakta ya kidzz? sini dong katanya mau nampar gue."

Vanezz rasanya sangat senang karena bisa mengejek Lyora, dia bisa melihat wajah Lyora yang sudah memerah akibat menahan amarahnya akibat perbuatannya.

"Nyebelin banget sih Lo! Lepasin Vino! Aku mau tampar si Vanezz!" Lyora meronta-ronta di dekapan Vino, karna kalo cuma ditahan gak mempan yaudah dia dekap aja sekalian.

"Ngomong doang tapi gak di lakuin."

"Sudah!"

Suara berat dan dingin berasal dari Lean membuat mereka semua bungkam, Lean menatap semua yang ada di ruang tamu ini dengan tajam. Ia menghela nafasnya untuk menstabilkan emosinya.

"Kalian berdua minta maaf." Suruh Lean.

Lyora yang awalnya berada di dekapan Vino langsung melepaskannya secara kasar, dia terkejut melihat ucapan papahnya Vanezz. Apa? Minta maaf? What! Seorang Lyora minta maaf?!

"Apa?! Tidak. Aku gak mau maafan sama dia!" Tolak Lyora mentah mentah dan kembali menatap Vanezz nyalang.

"Dih, Lo kira gue sudi maafan sama orang kayak Lo?"

Mereka semua hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, sepertinya kedua perempuan ini tidak bisa akur. Revan dan Ervan juga hanya bisa terdiam, bagaimana cara membuat keadaan menjadi seperti semula?

Sementara kedua manusia ini masih sibuk bertatap tatapan dengan satunya yang terlihat emosi yang sudah memuncak, dan satunya lagi yang masih memasang wajah tengilnya. Sungguh perpaduan yang sangat cucok.

"Vanezz, minta maaf" pinta Lean kepada putrinya, tapi Vanezz masih tetap diam ditempatnya.

"Maaf ya papah kalo Vanezz lancang dan tidak sopan. Tapi ini semua bukan salah Vanezz pah, ini juga kesalahan mereka karena bertanya kepada seseorang tanpa menunjukkan rasa empatinya. Mereka bertanya sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaan orang lain. Dikira Ervan sama Revan gak sakit hati apa denger ucapan mereka? Sakit hati lah, Vanezz aja dengernya sakit hati. Apalagi mereka? Bukannya kalian berdua ini sudah dewasa? Seharusnya pola pikir kalian juga harus lebih dewasa dong. Umur aja udah dewasa tapi tingkah kek bocah." Jelas Vanezz.

Mereka pun menjadi bungkam, semua yang diucapkan Vanezz itu benar. Ini juga bukan murni kesalahan Vanezz.

"Gak jelas."

"Tuh kan! Lo budeg apa gimana?! Udah gue jelasin juga tadi! Minimal minta maaf lah! Lo kira ucapan Lo bener kayak gitu?! Nggak ya! Heran deh gue, Lo beneran anaknya tante Rossela kan? Tapi kenapa kelakuan Lo beda jauh? Padahal tante Rossela sangat sopan, baik, ramah. Tapi kenapa kelakuan anaknya kayak gini?..."

'kenapa sakit banget leher gue? Aduh...'

Ervan yang menyadari suara Vanezz mulai pelan pun langsung menoleh, ia tau jika ada yang gak beres sama Vanezz. Tapi saat ingin membuka suara ternyata Vanezz sudah mulai berbicara lagi.

Obsesi Kepada Teman Sekelas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang