BAB 17

465 8 2
                                    

*Happy Reading*

Terlihat Rendra sudah membawa piring yang berisikan rujak dan meletakkannya di depan sang istri.

"Wahh kelihatannya sangat enak." Girang Anisa dan mencobanya. Dia terpejam dan langsung mencari air.

"Sayang kau kenapa?" Tanya Rendra

"Cobeknya as..shin... Huekk."

"Maaf sayang aku sama sekali tidak tahu cara membuat rujak."

"Tidak apa apa, setidaknya suamiku ini sudah berusaha." Anisa memeluk suaminya sambil tersenyum.

Rendra yang melihatnya juga sangat bahagia, dia pikir istrinya akan marah ternyata tidak.

"Mas, apakah kamu tidak berminat membelikan aku ponsel?." Tanya Anisa sambil memainkan dada bidang sang suami.

"Apakah kau mau?"

"Hmmm" Anisa hanya berdehem.

"Baiklah aku akan menyuruh Kevin untuk membelikan mu."

"Aku tidak mau. Aku mau kita ke sana dan membelinya."

"Hmm baiklah."

Lalu mereka pun pergi keluar mansion untuk membeli handphone. Saat sudah sampai di depan toko handphone mereka pun turun.

Anisa nampak sangat senang. Setelah membeli handphone Anisa memberitahu suaminya bahwa kepalanya sangat pusing dan Rendra pun menyuruh Anisa masuk ke dalam mobil nanti dia akan menyusul.

Anisa sangat pusing dan dia pun segera menuju mobil yang ada di seberang jalan dia dengan cepat berjalan tanpa ia sadari sudah ada mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Anisa yang tidak menyadarinya pun tetap berjalan hingga saat sudah  di pertengahan mobil tersebut menabrak tubuh Anisa hingga Anisa terlempar jauh di jalanan. Rendra yang melihat Anisa tertabrak pun histeris.

"ANISAAAAAAA."  Teriak Rendra histeris dan langsung berlari menuju sang istri yang sudah bercucuran darah di kepalanya.

"Anisa, bangun sayang hei bangunn jangan tinggalkan aku hiks.." Rendra pun menangis dan memeluk sang istri.

Dia mengangkat Anisa masuk ke dalam mobil membawanya ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit.

"Susterrr dokter tolong istri saya cepatttt." Rendra berteriak, dan terlihat suster mendorong brangkar menuju Rendra, Rendra pun meletakkan sang istri dan ikut mendorong. Sesampainya di depan ruang IGD suster melarang Rendra untuk ikut masuk, namun Rendra ngotot untuk masuk.

"Maaf pak bapak tidak boleh masuk, biarkan kami menangani istri bapak."

"Biarkan saya masuk, istri saya... Istri saya butuh saya awas." Namun baru melangkah Kevin sudah datang dan menarik Rendra menjauh.

"Lepaskan sialan, istri gw di dalem dia butuh gw." Ucap Rendra memberontak.

"Ndra Lo harus sadar, biarin istri Lo di tanganin, Lo tenang aja mereka pasti lakuin sebisa mereka ndra, istri Lo pasti baik baik aja." Ucap Kevin dia iba melihat sang sahabat yang begitu terpuruk.

"Andai gw gak ngebiarin dia ke mobil sendirian dia pasti masih sama gw Vin ini semua salah gw gw gagal ngejaga dia." Nampak Rendra menangis.

"Enggak ndra Lo gak salah, ini udah takdir Lo harus tenang ikhlasin semuanya, berdoa sama Allah semoga di mudahkan." Ucap Kevin.
Rendra pun beristighfar dan berdoa semoga sang istri baik baik saja.

Setelah beberapa menit dokter pun keluar.
Rendra reflek berdiri.

"Dok, bagaimana keadaan istri saya dok?."

"Istri bapak kehilangan banyak darah, tapi kami sudah mendonorkan darah yang cocok dengan istri bapak.Tadinya istri bapak kritis pak, namun saya mengambil tindak lanjutan dengan mengoperasi istri bapak. Dan Alhamdulillah semuanya sudah membaik kita tinggal tunggu kabar baiknya. Dan perihal janinnya kami minta maaf, janinnya terpaksa kita angkat karena janin sudah tidak bernyawa di dalam kandungan." Jelas dokter tersebut menjelaskan.
Rendra yang mendengarnya lemas, tidak terasa air matanya jatuh.

"Baiklah dokter terima kasih. Apakah kamu sudah boleh masu?" Ucap Kevin mewakili.

"Iya pak silahkan, tapi saya sarankan agar istri bapak cepat tersadar. ajaklah dia berkomunikasi."

"Iya dok terima kasih."

Dokter pun mengangguk dan berlalu.

Rendra dan Kevin pun masuk ke dalam ruangan Anisa, terlihat Anisa sudah terkapar lemah di ranjang rumah sakit.

Rendra mendekat dan menggenggam tangan sang istri.

"Sayang, ayo bangunlah. Apakah kau tidak merindukan ku?."

"Ayo bangun, kau jangan menyiksa ku begini." Rendra nampak menangis pilu.

"Sayang bukankah kau tadi bertanya anak kita laki laki atau perempuan?. Tapi anak kita sudah tidak ada sayang." Ucap Rendra menangis.

"Bangunlah sayang hiks.." Rendra nampak frustasi saat ini dia menangis dan memeluk tubuh sang istri dia berharap sang istri terbangun.

****

Gadis Desa Milik Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang