Bab 3

742 17 0
                                    


Pagi cerah yang indah sudah terlihat tapi tidak dengan hidup Anisa saat ini, biasanya kalau sudah seperti ini dia akan menghabiskan waktunya di kebun yang biasanya di gunakan untuk mencari penghasilan, berbeda sekarang dia harus terkurung di rumah yang bisa di katakan neraka.

"Anisa, apakah kamu sudah membuatkan makanan untuk tuan?" Tanya bi Inah seorang pelayan yang sudah lama bekerja dengan Rendra bahkan dia yang mengasuh Rendra dari kecil.

"Eh iya BI sudah" jawabnya yang terkejut karena melamun

"Yasudah kamu bawakan lah tuan sarapan itu jangan sampai dia marah kalau kau telat membawakannya"

"Baik bi ,Anisa permisi dulu ya" jawabnya, dan bi Inah hanya mengangguk mengiyakan.

"Iya, hati hati ya"

"I-iya bi tenang aja"

Dengan gugup dan takut Anisa berjalan naik ke atas tangga menuju kamar Rendra yang terletak di lantai atas.

Tok.. tok.. tok..

Ketuknya dengan hati hati.

"Masuk" sautan dari dalam dengan datar

Dengan langkah yang gemetar Anisa berjalan dengan hati hati menuju meja ruang santai di kamar tuan Rendra.
"Permisi tuan ini sarapannya" dengan gugup dia meletakkan nampan yang berisi makanan itu.

Rendra tidak menyahut, lalu Anisa dengan tidak sengaja mundur dan kakinya tersandung di kaki kursi sehingga mampan yang berisi sarapan tadi terjatuh di lantai dan pecah berkeping-keping dan mampu membuat Rendra marah.

"Apa yang kau lakukan pelayan sialan?!" Teriaknya keras

"Maaf tuan maafkan aku, aku tidak sengaja tuan" jawabnya bergetar

"Dasar jal**g sialan" . Makinya

Anisa yang di maki seperti itu seketika ketakutannya hilang berganti dengan emosi yang memuncak.

"Apa maksudmu mengataiku jalang!!?" Tekannya emosi.

"Hahaha bahkan kau lebih dari seorang jalang, hijab yang menutupi kepalamu ini hanya sebuah topeng agar semua orng tidak mengetahui sifat aslimu kan?" Ucapnya tanpa rasa bersalah

Plakkk..

Tanpa sadar Nisa menampar pipi Rendra dengan sangat keras
"Jaga bicaramu tuan!!, Jangan asal bicara jika tidak sesuai fakta!!" Tunjuknya tanpa rasa takut

Rendra yang mendapat tamparan dan perlawanan dari Anisa pun seketika marah, matanya memerah dan rahangnya mengeras.
"Berani kauu!!?" Plakkk.. plakkk..dua kali tamparan yang mendarat di pipi Anisa dengan kuat hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Rendra yang sudah sangat emosi menjambak rambut Anisa dengan kuat dengan terhalang jilbab saja.

"Akhhh sakitt  tuan maafkan saya tuan, tolong lepaskan saya tuan" teriaknya histeris

"Apa kau bilang lepaskan?, Ini adalah hukuman buat kau yang sudah berani melawan ku." Tariknya lagi kuat

Lalu Anisa pingsan tak sadarkan diri akibat terlalu sakit sehingga kepalanya pusing dan membuatnya pingsan.
Rendra melepaskan cengkraman tersebut dan berjongkok melihat wajah Anisa dengan intens.

'dia sangat cantik tanpa polesan make up, bibirnya yang tipis, dan pink, hidung mancung, serta kulit putih bersih' ucapnya dalam hati, lalu memanggil pelayan untuk mengurus Anisa yang sudah tak sadarkan diri.

"Jangan berikan dia makan, dan suruh dia mengerjakan semua pekerjaan rumah, jangan ada yang membantunya kalau ku tau ada yang membantunya maka ku jadikan dia makanan peliharaan ku"

Pelayan yang mendengarnya merinding dan takut memang tuannya ini sangat kejam, tidak ada yang boleh melawannya, semuanya harus menuruti perkataannya kalau sampai ada yang melawan maka nyawa taruhannya.

***

Paginya, terlihat seorang wanita cantik sedang mengerjapkan matanya. Lalu terbangun dengan memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing.

"Apakah kau sudah baaik baik saja?." Tanya bi Inah yang baru saja masuk ke dalam kamar yang di tempati Anisa beristirahat.

"Ah iya Bi sudah" jawab Anisa.
Dia baru ingat semalam dia di tampar dengan kuat hingga dua kali tamparan, siapa lagi yang melakukannya kalau bukan Rendra.

"Baiklah, sekarang kau bersihkan tubuhmu dan setelah itu lakukan pekerjaan rumah tanpa terkecuali, tidak ada kotoran sedikit pun jika ada kotoran sedikit pun maka tuan akan marah, dan kau tidak di berikan makan selama seharian ini". jelas bi Inah panjang lebar.

Anisa yang mendengarnya melotot tak percaya, bisa bisa dia mati kelaparan.
"Maaf bi apakah semua pekerjaan rumah di sini saya yang mengerjakannya?". Tanyanya hati hati

"Iya, tuan memesan untuk tidak memberikan bantuan kepadamu, kalau sampai ada yang membantumu maka dia akan di jadikan santapan untuk peliharaannya", jelas bi Inah lagi lalu pergi

'Oh ya tuhan bagaimana bisa aku mengerjakan semuanya sendiri sedang mansion ini sangat lah besar , ya Allah kuatkan lah hambamu'. batinnya memohon

****

Gadis Desa Milik Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang