9. Trust

27 4 0
                                    

"Kenapa kau ingin berada di sini sendirian? Di dalam kegelapan?" Luhan bertanya untuk kesekian kalinya. 

"A-aku hanya ingin tahu mengenai ruangan bawah tanah"

"Darimana kau mendengar mengenai tempat ini, Yang Mulia?"

"A-aku hanya tahu dari imajinasiku sendiri"

"Apa maksudmu, Yang Mulia?"

"Bukankah semua istana mempunyai ruangan bawah tanah? Aku tidak tahu kalau istana ini juga mempunyainya, jadi aku meminta para pelayan mengantarku tadi. Tapi, kenapa kau bisa ada di sini, Luhan? Bukankah kau pergi bersama dengan Raja tadi?" Chorong mulai mengalihkan pembicaraan. 

"Aku harus mengambil beberapa tombak untuk dibawa ke kapal laut"

"Tombak?"

"Tempat ini merupakan gudang senjata sekarang" Luhan berjalan ke arah lain dan membuka lebar pintu dari dua arah sampai memperlihatkan ruangan lain yang lebih lebar lagi. 

"Wah!" Chorong baru mengetahui keberadaan banyak senjata di sana sekarang. Dia mengikuti kemana Luhan melangkah sampai harus dibuat takjub dengan banyaknya senjata api dan juga senjata tajam yang tersusun rapih di tempatnya. Bahkan ada beberapa bahan peledak juga yang mungkin selalu digunakan Raja untuk menyerang suatu wilayah. 

"Raja memindahkan gudang senjata di sini setelah ruangan sebelumnya akan di isi dengan perlengkapan pasukan yang lain" Luhan memberikan penjelasan. 

"Apa senjata ini dibeli di beberapa tempat yang berbeda? Kenapa ada banyak sekali?"

"Tidak. Raja memiliki pekerja sendiri yang dikhususkan untuk membuat senjata perang"

"Apa? Semua ini merupakan buatan manusia?"

"Benar. Tidak ada jual-beli senjata karena beberapa wilayah sudah dikuasai oleh Raja Suho hanya dalam kurun waktu beberapa tahun saja. Dia hanya mengambil para penduduk terpilih untuk dipekerjakan di istana"

"Bagaimana bisa dia memanfaatkan keahlian mereka untuk membuat semua ini?"

"Kebijakan Raja sudah dibuat cukup lama dan itu membuat para warga yang tinggal di wilayah kerajaan ini bisa bertahan hidup sampai sekarang. Jadi tidak ada yang sepenuhnya dirugikan dari hal itu" Luhan sibuk menurunkan beberapa tombak berat ke lantai dan mulai mengikatnya dengan rapih. 

"Tapi mereka harus hidup dalam ketakutan saat harus berhadapan dengan hukuman mati"

"Kau masih akan memprotes hal itu kepada Raja, Yang Mulia? Sebaiknya hentikan niatan baikmu tadi. Meskipun statusmu sudah menjadi istrinya, tapi Raja tidak akan dengan mudah mengganti peraturan begitu saja"

"Apa kau mempunyai saran lain, Luhan? Aku ingin membantu mereka yang harus kehilangan anggota keluarganya akibat hukuman mati itu"

"Kenapa kau harus melakukannya, Yang Mulia? Bukankah lebih baik untuk diam dan tidak ikut campur lebih jauh?"

"Aku......merasa sangat bersalah dengan kematian para perawat istana kemarin. Aku yang menyebabkan mereka bisa dihukum mati oleh Raja. Aku juga teringat kembali dengan kondisi wilayah kerajaan penyihir yang sudah hancur. Memikirkan jumlah korban yang meninggal, membuatku semakin merasa bersalah sekarang karena tidak bisa melindungi siapapun"

Luhan terdiam sejenak. 
"Kau merupakan anggota kerajaan ini sekarang, jadi setidaknya kau berhasil melindungi dirimu sendiri dari kejadian itu"

"Akan lebih baik kalau aku saja yang menerima hukuman mati dari Raja, dibandingkan harus melihat banyaknya orang yang meninggal karenaku"

"Apa mengalami lupa ingatan membuatmu bisa bersikap sebaik ini, Yang Mulia?"

"Apa?"

"Kau tidak pernah mengungkapkan pemikiranmu padaku. Dan sepertinya kita memang tidak pernah melakukan pembicaraan sepanjang ini sebelumnya"

The Cruel King and The Beautiful WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang