prolog

22 1 0
                                    

Hai haii~ ini cerita pertama ku jadi maaf kalau cerita ini kurang bagus, karena saya juga masih belajar. Saya hanya butuh kritikan kalian agar saya akan memperbaiki cerita hasil saya lagi.

Happy reading
.

.

.

~~~~
Angin berhembus kencang menerpa permukaan wajah sosok yang tengah duduk di tepi pantai, tatapannya begitu datar tak ada ekspresi apapun.

Matanya terlihat sembab menatap lurus kearah depan, sosok itu berdiam diri tanpa ada orang lain yang mengganggu ketenangannya.

Terlihat tangannya kian mengerat, dadanya bergemuruh tak tenang, entah kenapa ucapan ayahnya tadi begitu menyakitkan.

melirik buku yang berada di sampingnya, kemanapun dirinya pergi selalu membawa buku tersebut. Tangannya meraih buku tersebut lalu mulai menulis sesuatu di atas kertas demi kertas.

menulis judul untuk seseorang yang ia sayangi meski orang tersebut sering menyiksanya tanpa henti, namun dirinya masih menyayangi sosok tersebut bagaimana pun itu.

'Untuk Ayah'

Kedua netranya pandang kertas yang penuh tulisan dengan kosong, terlihat bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.

"Terimakasih, ayah dengan semua lukanya".

Perlahan jari jemarinya menutup diary, kemudian memandang suasana laut, bagaimana ombak yang dirinya pandang mampu membawa nya hanyut, dirinya hanya ingin ketenangan yang mampu meredakan emosi di dalam dirinya yang tidak dapat di gambarkan dengan sebuah ekspresi.

Di tempat lain ada sosok yang sama, berdiam diri di sebuah bebatuan dengan perasaan yang begitu dongkol, melemparkan satu persatu batu kecil  tak peduli walaupun membuat batu di sekitar habis karena ulahnya.

Netranya memandang matahari yang nyaris tenggelam, laki-laki ini menyukai matahari terbenam, menurut nya itu hal favoritnya, tak peduli dengan lukanya yang dirinya biarkan.

Laki-laki itu tersenyum tipis mengingat dimana dirinya bertemu dengan seseorang yang kini telah gak ada di dunia lagi.

"Zel, maafin gue gak bisa jaga Lo baik-baik".

Sosok tersebut menundukkan kepalanya menggigit bibirnya menahan isakannya, hatinya begitu pilu mengingat masa-masa tersebut bersama sahabatnya.

"Takdir berkehendak lain, tuhan lebih sayang sama Lo sampai ambil Lo dari gue Zel,"

"Maafin gue Zel,dia sama gue udah gak bersahabat lagi, sahabat kita sudah retak. Dia bener-bener benci sama gue,"

"Maaf, gue gak bisa jaga pertemanan kita dengan baik, Sampai pertemanan kita yang udah di bentuk dari awal retak begitu saja".

Sosok itu tak kuasa menahan tangisannya, ia begitu menyesal karena saat kejadian itu dirinya tak memperhatikan sahabat nya, sebuah penyesalan akan datang pada akhirnya.

Hanya kata maaf yang keluar dari mulut nya.

Netra coklat nya memandang sebuah foto berukuran sedang itu dengan sayu, dimana foto itu berisikan tiga sahabat tengah tersenyum lebar kearah kamera seolah tak punya masalah.

Sosok itu tak bisa menahan tangisannya, ia menangis tersedu-sedu karena sebuah penyesalan begitu abadi di perasaan nya.
°
°
°
"Bu, satu jus buah"

Pemuda itu berlari ke warung di daerah pantai untuk lebih menenangkan diri.

Ia pun menerima pesanannya dengan sopan, saat hendak pergi telinga nya jelas mendengar suara lain selain dirinya, padahal pantai saat ini begitu sepi tak ada pengunjung selain dirinya.

membalikkan tubuhnya, kedua netranya melihat ada seorang perempuan yang berdiri memunggungi nya untuk menunggu pesenan.

Saat sosok itu memutar tubuhnya tatapan keduanya pun bertemu menatap satu sama lain, tubuhnya begitu kaku untuk di gerakan.
°
°
°
"Lang, kamu jangan pergi ya, aku masih butuh kamu"

Perempuan itu menatap pemuda itu penuh harap agar pemuda itu tidak pergi meninggalkannya.

"Kali ini aku menemukan rumah ternyaman, rumah yang aku singgahi begitu retak, dan aku menemukan rumah dari seseorang"

Pemuda itu hanya terdiam mematung, ia mencerna setiap bait kata yang keluar dari mulut perempuan ini. Perempuan itu tersenyum hangat kearah nya.

"Kamu janji ya jangan ninggalin aku." lagi lagi,perempuan itu menatap pemuda penuh harap.

Pemuda tersebut bingung harus menjawab apa, lantas ia menatap kedua hazel yang begitu indah. Lalu tersenyum manis.

"Ja, Lo jangan menganggap dan mencari rumah dari orang lain, kalo orang lain pergi begitu saja yang terluka siapa? Ya Lo Ja, Lo boleh anggep gue sebagai rumah Lo, tetapi gue gak selamanya ada di sisi Lo Ja."

"Gue sayang sama lo, malah lebih dari itu. Kalo takdir berkehendak lain dan Apa yang Lo inginkan gak terwujud jangan salahkan takdir, dan Lo jangan menyimpan harap lebih pada siapapun, termasuk diri gue sendiri".

"Lo boleh anggap gue rumah ternyaman, tetapi gue gak bisa tepati janji Lo, gue gak akan selamanya selalu ada di samping Lo." pemuda itu tersenyum menenangkan berupaya perempuan itu agar tidak begitu sakit.

Tangan nya mengelus surai perempuan itu dengan lembut dan hangat, yang di perlakukan hanya terdiam mematung.

"Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. So, semua orang yang ada di kehidupan Lo gak akan selamanya tetap bersama."

"People come and go"

Perempuan itu tersenyum miris "begitu menyakitkan, aku udah trauma dengan kata itu".

Pemuda itu mengelus punggung sempit dengan lembut "maaf, Lo jangan simpan harap pada siapapun. Pasti ekspetasi tidak sesuai dengan realita, itu bahkan begitu menyakitkan".

Pemuda itu memandang wajah perempuan itu dalam "Lo tau tentang takdir?" Perempuan itu hanya mengangguk.

"Takdir itu ada di tangan Tuhan, takdir tersebut tidak bisa di gantikan oleh hamba nya, biarlah Tuhan yang mengurus takdir hambanya, kita sebagai hamba hanya bersyukur meski hati kita bertolak belakang apa yang kita inginkan."

"Jalan keluarnya adalah bersyukur, meski jujur. Bersyukur itu susah, kita harus menerima apa takdir yang tuhan berikan."

"Biarlah, kita sebagai manusia hanya mengikuti alurnya saja".

NABASTALA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang