7. X

6 1 0
                                    

"Manusia itu penuh dengan topeng. Jadi, jangan berharap kamu menganggap selalu bersikap baik padamu, di balik itu semua pasti ada rencana yang tak di sangka-sangka."-X

~~~~
Di ruangan gelap berbagai peralatan tajam, suasana yang redup hanya ada satu cahaya yang hidup. Hadir sosok yang tengah duduk berhadapan dengan komputer nyala begitu terang, jari jemari nya kian lincah mengetik sesuatu.

Tatapan bagai elang yang ingin memakan mangsanya membuat siapa saja melihatnya segan. Tak ada ekspresi apapun kentara datar.

Sekian lama, senyuman tipis terkesan sinis tercipta di kedua sudut bibirnya.

"Akhirnya".
°
°
°
Sesampainya di rumah ia langsung di beri semburan oleh mamanya karena susah di hubungi. Hingga langit kian hitam. Usai mengantarkan Senja ke rumah nya menggunakan mobil milik salah satu temannya waktu itu, Langit mendesak Arcel untuk menggunakan mobil nya dan menyuruh Arcel pulang dengan yang lain. Memang rada-rada ni anak! Untung Arcel orangnya sabaran seluas galaksi, selebar badannya bobi salah satu teman kelasnya, dan sebanyak harta sultan Andara, serta sekuat hujan meteor!

Sedikit dongkol dia ...

Langit saat di rumah Senja sempat bertemu dengan sosok ayahnya yang menatap dirinya nyalang membuat nyalinya nyaris menciut. Kemungkinan kalau ada Arcel, lelaki itu pasti tertawa paling puasnya begitu sarkasme sebagi teman dan mempunyai jiwa solidaritas yang tinggi, katanya ...

Namun, Detik berganti menit, rasa cemas mengembara pada perasaan nya. Ia cemas pada gadis itu.

Lelaki itu sudah di ganti dengan pakaian santai, wajahnya lebih segar dari-dari sebelumnya. Langsung di rebahkan tubuhnya yang terasa lelah.

Ia mengetik sesuatu pada pesan seseorang.

                                     Senja.N

A.Langit Arkananta: Senja ini gue Langit. Cuman berpesan, Lo Jangan lupa minum obat, sehat-sehat. Nanti kita main sepuasnya deh, beli jajanan sepuas Lo.

A.Langit Arkananta: Kalo ayah Lo kasar sama Lo, Lo bisa ketik sesuatu di pesan gue.

Langit memandang pesannya yang tak kunjung di balas bahkan centang nya satu kemungkinan gadis itu tengah beristirahat. Ia tetap berusaha berfikir positif.

Beranjak dari tempat tidurnya menyambar jaketnya untuk siap ke luar, di lorong tak sengaja berpas-pasan dengan Nadine, kakaknya yang hendak ke bawah.

"Mau kemana lo? bentar lagi mau adzan magrib lo malah keluar!" Langit mengidik kan bahu nya acuh tak menjawab pertanyaan Nadine.

"NI BOCAH TENGIK LO! DASAR! BUKANNYA JAWAB MALAH NYELENONG GITU!"

"GAK SOPAN LO! ANAK TUYUL MBAK YUL!! ADEK DURHAKA! ANAK SETAN!! ANAK ITIKNYA TETANGGA!! JIN IPRIT!!"

"MAMA! SI LANGIT MAU KELUAR MA!"

Langit kesal dengan teriakan kakaknya terkesan begitu menggelegar, membekap mulut Nadine membuat perempuan itu memberontak. "Diem deh teh, mulut nya kek gak pernah di sekolahin aja, gitu amat sama adeknya. Gue bakar tuh PC sama poster pacar halu Lo. Atau sekalian gue bakar si Jaemin nya langsung."

Kedua netranya sontak melebar, dengan kasar Nadine melepaskan bekapan telapak tangan yang bertegar di mulut nya. Kedua netranya melirik nyalang. Setelah aksi bekapan tersebut Nadine meraup nafasnya rakus. Lalu ...

"DASAR PSIKOMPRET!!"

"TANGAN LO ASIN KEK GARAMNYA SI MAMAH!! SELITER! SEKARUNG! SETRILIUN! BUANYAK POKOKNYA!!"

Sontak Langit dengan reflek mencium bau di telapak tangannya "MULUT LO BAU PETE! SEBANYAK DOSA LO!"

Terdengar deheman terkesan keras, Kedua netra adik-kakak itu melihat presensi mamanya di anak tangga setelah mendengar teriakan yang berhasil mengalihkan seluruh makhluk di dunia, teriakan Nadine dan Langit jangan di remehkan cuy!

NABASTALA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang