6. Teman?

6 1 0
                                    

"Sebuah ketakutan akan selalu menyergap pada diri. Ketakutan akan pertemanan, hanya karena sebuah trauma membuat kita kurang percaya kala ada orang yang ingin bersama kita. Percayalah ketakutan sosial memang nyata."
-Author


~~~~~~~
Sinar mentari menyelinap di sela-sela jendela, cahaya yang begitu menghangatkan seluruh penjuru bumi kala di pagi hari. Semua makhluk di bumi bersiap untuk kegiatannya masing-masing. Di hiasi Kicauan burung bernyanyi begitu merdu.

Senja berjalan dengan santai menuju halte bus di kala pagi hari.

Saat di persimpangan tak sengaja membuat dirinya cukup terkejut kala matanya bertemu dengan sosok familiar di hadapannya dengan wajah tak bisa di baca.

"Selamat pagi, kita ketemu lagi!" dia Langit, Senja bertemu dengan Langit, apa yang mau lelaki itu lakukan.

"Langit? Sepagi ini?" Tanya Senja.

Langit tersenyum jenaka "ya menurut lo aja, pagi ini gue ada piket soalnya. Anak Soleh nih males telat soalnya," jawabnya dengan cengiran khasnya.

Senja memicing tak percaya "aku gak percaya, mana ada laki-laki yang gampang di andelin".

Terdengar decakan jelas "ck. Lo mah suka sepelin laki-laki sih, langka nih langka," ucapnya dengan nada sombong menepuk dadanya bangga.

"Terserah kamu".

Senja melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, dengan percakapan yang tak berguna itu. Langit ikut berjalan di sampingnya.

"Kenapa kamu ikuti aku?" Tanya Senja bingung melirik sekilas ke arah Langit dengan tampang polosnya.

"Ya emang salah? Gue mau bareng sama lo Nja ... " Langit sengaja menyenggol bahu gadis itu sok akrab. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa Senja terganggu.

"Emang nya kamu gak bawa motor?" 

Langit berfikir sejenak untuk mencari alasan, telunjuk nya bertegar di dagu. Sok berfikir,"hmmm ... Itu motor gue di bengkel," balasnya di akhiri cengiran.

Senja memicing kedua alisnya"terus kenapa kamu ada di sini? Bisa kan kamu nebeng ke temen-temen kamu tuh." 

"Alahhh, temen gue mah susah Nja. Jadi gue naik bis aja bareng lo kan?" Mau gak mau Senja meng iyakan ucapan Langit kalau tidak percakapan nya tak akan berhenti. Langit ada saja topik pembicaraan nya.

Keduanya duduk di halte bus untuk menunggu bus yang akan datang, Langit? Dia hanya diam memandang lurus sedangkan Senja sama diamnya. Keduanya di liputi rasa keheningan.

Suasana kini terasa canggung, Langit tak suka perasaan Canggung ini ia harus memulai percakapan baru. Melekat dalam keheningan hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang itu pun tidak terlalu banyak hanya sebagian.

Langit menoleh kearah Senja yang sama diamnya ia pandang wajah kalem itu dalam "Senja, lo baik-baik aja?" pertanyaan itu sontak membuat lamunan Senja buyar.

"Aku baik-baik aja, kenapa?" 

"Gue cuma pastiin, lo harus kuat sama dunia kejam ini. Kalau ada yang ganggu. lo bisa hubungi gue," kata Langit, senyuman terpatri jelas di sudut bibirnya, Senja bingung dengan penuturan lelaki di hadapannya.

"Emang nya kalo mereka jahat aku wajib hubungi kamu?" Langit tersenyum mendengar nya. Lebih tepatnya tersenyum miris.

"Gue bisa jadi pahlawan lo!" ucap Langit kelewat tinggi, ia bahkan mulai beraksi aneh di hadapan Senja yang memandang nya aneh.

Tak lama bus yang mereka tunggu pun datang, tak menunggu lama keduanya masuk lalu mencari kursi kosong untuk mereka duduki. Di perjalanan keduanya hanya diam, terkadang Langit pun bingung harus memulai dari mana, hanya menatap jalanan dari dalam.

NABASTALA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang