4. Dia?&menolong

9 1 0
                                        

"Rumah ternyaman ku begitu berantakan, tetapi apa salahnya aku menemukan rumah ternyaman dari orang lain?"

-SN

Janlup vomment;)
~~~~~~~~
    Pagi sekali di keluarga Danuar begitu berisik, sedangkan sang ibu rumah tangga setres menghadapi sikap anak-anaknya serta suaminya.

"Mama! Kaos kaki Langit mana ya?!" 

Angkasa Langit Arkananta, anak bungsu dari Renan Danuar Arkananta yang cukup terkenal akan kekayaannya. Kerap di panggil Arkan namun panggilan Langit hanya di khususkan untuk keluarga nya saja. Arkananta di ambil dari marga kakeknya, Langit kehidupannya cukup ada, ada-ada saja dengan tingkah nya.

Teriakan dari anak bungsunya terdengar keras. ibunya Myla Kelana bingung, karena dirinya masih menyiapkan bekal untuk mereka tetapi teriakan bersahutan dari mereka membuat dirinya tidak fokus.

"Non, biarkan bibi yang menyiapkan bekalnya," ujar bi Sri selaku art rumah nya. Myla pun tersenyum lalu pergi untuk menghampiri mereka satu persatu.

"Mama! Berkas Nadine dimana ya?"

Myla menghampiri kamar anak bungsunya, ia melihat Langit merogoh lemarinya membuat semua pakaiannya keluar berserakan kemana-mana.

"Awas," langit segera menyingkir kala Myla menghampiri nya untuk mencari barang yang di maksud.

"Ini apa?" Ucap Myla malas memperlihatkan kaos kaki berada di loker dalamnya itu.

Langit yang melihat pun cengengesan menggaruk tengkuknya tak gatal.

"Mama!" 

Nadine Dirana Arkananta kakak perempuannya yang masih mahasiswa S1 itu berdiri di ambang pintu dengan wajah memelas.

"Apa Nadine?" Tanya Myla yang cukup lelah. Tiap harinya selalu seperti ini anak-anaknya begitu ceroboh!

"Berkas Nadine kok gak ada?" Tanya Nadine kesal.

Myla menghembuskan nafasnya berat "cari dulu Nadine,carinya pake mata sama tangan bukan pake mulut".

Mendengar ucapan tajam Myla membuat Nadine semakin kesal, sedangkan Langit yang tengah memasang kaos kakinya tertawa mengejek kearah kakaknya.

"Yaudah ma," ucap nadine pasrah. Sebelum meninggalkan kamar Langit, Nadine sempat memberi tatapan tajam kearah adiknya itu.
°
°
°
 Langkah kaki seorang gadis terlihat tidak ada semangat-semangatnya, ia menyapa orang-orang yang berlalu lalang dengan senyuman khas nya.

Langkahnya terhenti kala kedua netranya tak sengaja melihat sosok ayahnya yang tengah bercengkrama dengan seseorang yang terlihat sedikit menakutkan di matanya. Dengan penuh keberanian ia pun menghampiri ayahnya.

"Ayah." 

Ayahnya pun menoleh kala suara tak asing terdengar jelas, melihat Senja berada di sekitarnya dengan berseragam sekolah lengkap nya.

"Mau apa kamu?" Tanya ayah dengan nada tak mengenakan.

"Ayah gak capek apa? Ayah berkeluyuran entah kemana, udah dua hari ayah gak pulang, ayah lupa masih punya rumah?"

Dengan pertanyaan yang di lemparkan oleh Senja membuat emosi ayah kembali memuncak. Ayah tatap Senja dengan sorot bengis.

"Bukannya kamu senang karena ayah gak pulang, kamu aman kan gak ada ayah?" Ayah menatap Senja sinis.

"Mungkin, tapi setidaknya ayah tanggung jawab, ayah harus kerja bukannya berkeluyuran kemana." Karena Senja sudah muak- pun mengeluarkan unek-uneknya, gadis ini tak peduli ayahnya akan marah besar.

NABASTALA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang