TUJUH

266 11 0
                                    

Hay hay

Jangan lupa vote and komen ya👋

Mungkin agak berbelit yak ceritanya tapi usahain deh buat di ngertiin aja

HAPPY READDING🧚‍♂️
.
.
.

"Kalau gak keberatan boleh saya antar, kebetulan saya sedang tidak sibuk hari ini." Diana sontak menatap nya tak percaya, benar saja masa harus satu mobil sama pria asing?

"Gak usah ngerepotin, nanti biar kita pesen taksi aja."

"Tidak itu sama sekali tidak merepotkan," pria itu tersenyum ramah pada Diana namun dirinya malah segera memalingkan wajahnya. Jujur saja dirinya tidak suka jika di tatap oleh lelaki apalagi dengan senyuman itu.

"Kita bisa pesen taksi. Oh iya sampe lupa boleh tau namanya siapa," kekeh bunda Zainab yang dibalas senyuman ramah padanya.

"Perkenalkan saya, Artala Afdal Ahza Atharazzka." ucap Artala menoleh pada Diana berharap agar dirinya bisa mengingat akan kehadirannya. Namun hasilnya tak sesuai ekspetasi, malah Diana hanya menunduk tak menatap sedikitpun padanya.

'Selupa itu kamu sama aku Al? Tega banget, peka dong," batin nya yang sudah penuh ke berharapan.

"MasyaAllah panjang banget ya namanya. Kaya gak asing," puji bunda Zainab yang membuat Artala terbelalak akan akhir perkataannya.

'Bunda aja masih inget sama aku loh, Al. Masa kamu nggak?' batinnya yang terus mengharapkan agar Diana juga bisa mengingat akan dirinya.

"Baik kalau gitu saya anterin aja ya."

"Asalamualaikum." mereka lantas menoleh padanya dengan senyuman hangat bunda Zainab tidak dengan Artala yang menatap bingung akan lelaki asing menurut nya.

"Afwan umi ganggu waktunya, kebetulan Zai gak sengaja liat umi disini," kehadiran Hudza menjadi sebuah pertanyaan bagi Artala pasalnya dia tidak pernah melihat lelaki ini, dan apalagi dia seperti sudah sangat kenal dengan mereka bahkan dia menyebutnya dengan sebutan 'Umi?

"Wa'alaikumussalam, gus Zai ada disini juga, iya ini umi habis belanja tapi mobilnya gak tau kenapa gak bisa nyala padahal udah mau pulang juga."

"Emm ... Kalau gitu Umi sama Diana bareng sama Zai aja," ucapan itu mampu membuat Artala membelalak kaget yang benar saja dirinya sudah mengajak mereka jauh sebelum lelaki yang menurut dia asing itu mengajak mereka.

'Ya allah kenapa harus ustadz Zai yang kau kehendaki untuk membantu Alma? Tapi dari pada sama dia mending ikut sama Ustadz Zai aja' batin Diana yang hanya menunduk sedari tadi.

"Arta terimakasih ya udah bantu tadi, biar gak nambah repot Zai aja yang anterin." Artala yang membayangkan bahwa misinya kini berhasil namun semua tak semudah itu. Artala sedikit menoleh pada Hudza dengan tatapan yang berbeda menatap dirinya dari semua segi penampilannya.

'Dia siapa ganggu orang aja, mana sok ganteng banget lagi. sabar gue harus bisa bersikap normal'
Lantas tanpa lama dirinya mengangguk membalas perkataan bunda Zainab.

"Iya sama sama, kalau begitu saya izin pamit, Asalamualaikum," dengan berat hati kini Artala segera berlalu dari mereka terutama Diana yang langsung menghembus nafasnya lega.

Aa HUDZA MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang